Masa depan bisa berubah, itulah yang di alami seorang pemuda yang masih duduk di kelas 12 sma, karena menolong seorang siswi dari sekolah lain yang dia lihat di dalam mimpinya tertabrak mobil di persimpangan, dia harus di keluarkan dari sekolah dan di paksa menikahi siswi itu karena terlibat skandal.
Tapi ketika dia hidup bersama istrinya dan berada di dalam bahaya, dia mengetahui kalau kemampuan melihat masa depannya adalah sebuah sistem yang sudah menyertai dirinya sejak dia lahir. Berkat sistem itu, dia berhasil membawa istrinya melarikan diri ke ibukota.
Di sanalah dia baru mengerti asal usul dirinya juga istrinya. Dia memulai hidupnya di ibukota setelah mengetahui siapa dirinya, dia juga berniat menuntut balas kepada orang yang membuat dirinya sendirian tanpa keluarga dan yang mencelakai orang orang terdekat nya termasuk teman masa kecil nya. Ikuti terus kisahnya.
Genre : fiksi, fantasi, drama, sistem, komedi, tragedy.
Mohon like dan komen ya. khusus dewasa.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mobs Jinsei, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 8
Adam berkeliling di pasar, dia membawa map berisi data dirinya kemudian mendatangi toko demi toko untuk mencari pekerjaan. Selain itu dia juga mengunjungi ruko yang sedang di bangun agar dia bisa di perkerjakan di sana, namun sampai hampir tengah hari, dia belum mendapatkan juga toko atau konstruksi yang mau memperkerjakan dirinya, dia duduk di sisi trotoar sambil memegang gulungan map nya, tangannya melihat smartphonenya yang nampak sepi.
“Susah ya cari kerja,” ujar Adam dalam hati.
Ketika melihat jam di layar smartphone nya, Adam langsung berdiri, dia mengantungi map nya di saku belakang celana nya, dia sedikit berlari ke arah tempat mimpinya terjadi, ketika sampai, dia melihat jalan yang sama dengan di mimpinya, dia juga melihat nenek yang sedang berjalan ke arahnya.
“Sebentar lagi,” ujarnya dalam hati.
“Vroom,” tiba tiba terdengar suara motor kencang, sang nenek menyingkir ke pinggir, namun “sreet,” “jambret,” pembonceng motor yang melewati sang nenek mengambil tas nya yang berisi uang untuk membayar spp cucu nya. Langsung saja Adam berpura pura memegang batang tebu dan menggulingkannya ke tengah, dia juga menarik kayu penyangga terpal yang menutupi tenda seseorang, “gubrak,” motor yang berusaha menghindari tong, jatuh tertimpa terpal.
“Woi jambret nya jatuh,” teriak Adam.
Langsung saja para pedagang, pegawai pegawai toko dan pekerja bangunan menghampiri motor yang jatuh, mereka membekuk dua orang pria yang memakai helm dan memegangi motornya. Beberapa orang yang berkerumun sesekali menghadiahkan pukulan ke bagian perut penjambret dan memukul helm nya. Seorang sekuriti datang untuk mengamakan para penjambret, kemudian beberapa sekuriti yang di panggil oleh sekuriti pertama melalui ht mulai berdatangan.
Adam berjalan santai menuju ke arah keluar pasar, kepalanya tertunduk karena dia masih belum mendapat pekerjaan, tapi tiba tiba tangannya di tangkap seseorang, Adam menoleh melihat nenek yang di tolongnya menangkap tangannya,
“Makasih ya nak, kalau ga ada kamu tas nenek sudah hilang, ini sekedar rasa terima kasih nenek untuk kamu, sekali lagi makasih ya,” ujar sang nenek.
“I..iya nek, sama sama nek,” balas Adam.
Setelah sang nenek berbalik pergi, Adam membuka kepalan tangannya, dia melihat uang berwarna merah bergambar presiden pertama dan wakilnya yang nampak tersenyum pada dirinya sebanyak dua lembar. Dia langsung tersenyum, matanya mulai menoleh memeriksa sekeliling, dia melihat seorang penjual ayam goreng di ujung gang, langsung saja dia berlari ke sana dan membeli dua porsi pecel ayam lengkap dengan nasi nya.
Dengan langkah gontai, dia berjalan pulang ke rumahnya, tapi tiba tiba dia berhenti dan melihat bungkusan di tangannya,
“Oh iya, Lia kan kerja ya, dia pulang jam berapa ya ?” tanya nya dalam hati.
“Dam, kamu di sini ?” tanya Aulia.
Adam menoleh, dia melihat sebuah toko penjual beras dan telur di sebelahnya, ternyata Aulia menjaga toko itu dan dia keluar menghampiri dirinya ketika melihat dirinya lewat, langsung saja dia mengajak Aulia kembali ke toko,
“Kamu udah makan belum ?” tanya Adam.
“Um...belum,” jawab Aulia.
“Nah kebetulan, ini ada makanan, aku dapet rejeki barusan,” ujar Adam memberikan kantung plastik nya.
“Iya, makasih ya, kamu udah dapet kerja ?” tanya Aulia.
“Belum sih, aku mau jalan lagi muter muter,” jawab Adam.
“Oh dia siapa Lia ?” tanya seorang ibu bertubuh gempal yang sepertinya baru masuk melalui jalan belakang toko.
“Dia suami ku bu,” ujar Aulia memperkenalkan Adam.
“Siang bu, maaf mengganggu, saya hanya mengantar kan makanan untuk Aulia,” ujar Adam menyapa sang ibu.
“Oh gitu, iya iya, ga apa apa (menoleh melihat Aulia) Lia, kamu makan saja sama suami kamu dulu, saya gantikan sebentar,” ujar sang ibu.
“Benar tidak apa apa bu ?” tanya Aulia.
“Tidak apa apa, lagipula kan kita sudah mau nutup juga sejam lagi, kamu makan dulu saja, sudah jam 1 siang nih,” jawab sang ibu.
“Iya bu, makasih ya bu,” ujar Aulia.
Setelah itu, Aulia keluar dari belakang dan menemui Adam di depan, mereka duduk di kursi yang ada di depan toko dan makan bersama sama. Sang ibu menatap pasangan muda yang sedang makan, duduk di kursi di sebelah tokonya sambil tersenyum. Aulia membuka kantungnya dan melihat ayam goreng, dia menoleh kepada Adam,
“Um...aku sisain dikit buat sore boleh ga ?” tanya Aulia.
“Jangan, habisin aja, nanti kita beli lagi,” jawab Adam.
“Iya deh, kamu ada uang ?” tanya Aulia.
“Ada, aku tadi dapet rejeki,” jawab Adam.
“Makasih ya Dam,” balas Aulia.
“Jangan makasih mulu ah, udah wajar kali suami beliin istri makan,” ujar Adam.
“Hehe iya,” ujar Aulia tersenyum.
Selesai makan, Aulia masuk lagi ke dalam, kemudian Adam pamit kepada sang ibu dan membawa bekas makanan bersamanya pergi. Sang ibu menoleh kepada Aulia,
“Suami kamu sedang cari kerja ya ?” tanya sang ibu.
“Iya bu, ada ga kerjaan buat suami saya ?” tanya Aulia.
“Coba saya tanya adik saya ya, kayaknya restoran padang nya lagi butuh orang deh,” jawab sang ibu sambil mengambil smartphone nya.
“Baik bu, terima kasih banyak,” ujar Aulia dengan senyum yang lebar.
******
Beberapa saat kemudian, Adam yang berkeliling akhirnya duduk di kursi yang berada di trotoar, dia menunduk dan melihat gulungan map di tangannya,
“Kemana lagi ya (menoleh melihat terminal) apa jadi supir aja ya, tapi aku ga bisa nyetir, apa lagi ya,” ujarnya.
Dia merogoh kantungnya dan mengambil smartphone nya, tetap saja smartphone nya masih nampak sepi. Tangannya kembali menari nari di atas membuka internet, dia juga memeriksa kuota nya dan ternyata masih penuh,
“Berarti memang sepi, haduuuh, gimana ini,” ujar Adam sambil mengusap rambutnya yang sekarang cepak.
“Dring,” tiba tiba smartphonenya berbunyi, langsung saja Adam melihat layarnya, ternyata yang menelponnya Farrel.
“Halo Rel ?” tanya Adam.
“Woi bro, apa kabar, gimana lo sekarang ?” tanya Farrel.
“Gue lagi cari kerjaan, napa ?” tanya Adam.
“Lo dimana sih ? masih di sekitar sekolah ga ?” tanya Farrel.
“Gue jauh bro, lo ga usah kesini lah,” jawab Adam.
“Duh gimana ya, gue pengen ketemu lo bro, lo bisa kasih gue alamat lo ga ? ada yang mau gue dan Dina omongin ama lo nih,” ujar Farrel.
“Ya udah nanti gue sherlok ya,” balas Adam.
“Sip, paling minggu gue kesana, trus Aulia gimana ? lo berdua akur akur aja kan ?” tanya Farrel.
“Yah akur aja sih, ga ada masalah,” jawab Adam.
“Sip, pokoknya gue ama Dina dukung lo terus,” balas Farrel.
“Makasih ya Rel, lo emang temen baik gue hehe,” balas Adam.
“Diem lo ah, jadi terharu nih gue hehe, dah ya, jangan lupa kirim sherlok,” ujar Farrel.
“Ok sip, makasih bro,” balas Adam.
Adam menutup teleponnya, dia langsung mengirim alamat rumahnya dan share lokasi rumahnya kepada Farrel melalui pesan, “dling,” Farrel langsung membalas pesannya,
“Buset jauh amit, minggu yah, lo dan Aulia jangan kemana mana,” ujar Farrel.
“Sip, gue tunggu,” balas Adam.
Setelah menyimpan smartphone di kantungnya, Adam menepuk kedua pipinya, dia kembali berdiri dan berjalan menuju ke dalam pasar lagi untuk mencari pekerjaan lagi. Sore menjelang malam, “klek,” Adam membuka pintunya dan melepas sepatunya, dia langsung duduk di kursi kemudian membuka dua kancing kemejanya yang paling atas.
“Haaaah....cape nya,” ujar Adam dalam hati.
“Druk...druk,” Aulia berlari turun ketika tahu Adam sudah kembali, dia langsung menghampiri Adam dan duduk di kursi yang menghadap ke pintu di sebelah Adam.
“Dam, aku dapet kerjaan untuk kamu, di restoran padang punya adik dari ibu yang memperkerjakan ku, mau kan,” ujar Aulia.
“Mau, tempatnya di mana ?” tanya Adam.
“Di ruko depan pasar, besok kamu kesana aja katanya,” jawab Aulia.
“Ok, nama restonya apa, aku kesana besok,” balas Adam.
Setelah menyebut nama restorannya, Aulia menoleh ke meja, dia melihat ada bungkusan lain lagi di meja, dia mengambilnya dan membukanya,
“Loh kamu beli makanan lagi ?” tanya Aulia.
“Iya, buat makan malam kita,” jawab Adam.
“Wah macem macem ya ?” tanya Aulia.
“Iya tadi aku mampir ke warteg pas pulang,” jawab Adam.
“Yuk makan sama sama,” balas Aulia berdiri sambil membawa bungkusannya.
“Aku mau mandi dulu sih, bentar ya,” ujar Adam.
“Makan dulu aja, aku juga belum mandi kok,” balas Aulia.
“Ok deh, yuk makan,” ujar Adam.
Setelah itu, keduanya berjalan ke meja makan dan makan makanan yang di beli oleh Adam bersama sama dengan ceria.