Takdir dari Tuhan adalah skenario hidup yang tak terkira dan tidak diduga-duga. Sama hal nya dengan kejadian kecelakaan sepasang calon pengantin yang kurang dari 5 hari akan di langsungkan, namun naas nya mungkin memang ajal sudah waktunya. Suasana penuh berkabung duka atas meninggalnya sang korban, membuat Kadita Adeline Kayesha (18) yang masih duduk di bangku SMA kelas 12 itu mau tak mau harus menggantikan posisi kakaknya, Della Meridha yaitu calon pengantin wanita. Begitu juga dengan Pradipta Azzam Mahendra (28) yang berprofesi sebagai seorang dokter, lelaki itu terpaksa juga harus menggantikan posisi kakaknya, Pradipta Azhim Mahendra yang juga sebagai calon pengantin pria. Meski di lakukan dengan terpaksa atas kehendak orang tua mereka masing-masing, mereka pun menyetujui pernikahan dikarenakan untuk menutupi aib kelurga. Maksud dari aib keluarga bagi kedua belah pihak ini, karena dulu ternyata Della ternyata hamil diluar nikah dengan Azhim. Mereka berdua berjanji akan melakukan pernikahan setelah anak mereka lahir. Waktu terus berlalu dan bayi mereka pun laki-laki yang sehat diberi nama Zayyan. Namun takdir berkata lain, mereka tutup usia sebelum pernikahan itu berlangsung. Bagaimanakah kehidupan rumah tangga antara Azzam dan Kayesha, yang memang menikah hanya karena untuk menutupi aib keluarga dan menggantikan kakak mereka saja?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon almaadityaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
05. SMDH
Sesampainya di rumah baru mereka, pasutri itu pun mulai mengeluarkan barang-barang mereka dari koper masing-masing. Apalagi Kayesha, bawaan gadis itu memang lah sangat banyak sekali, ada 7 koper.
Kayesha yang memang dari dulu bersifat manja dan mudah mengeluh kini hanya bisa diam tidak berani banyak bicara dan sibuk mengurus kopernya yang berat-berat itu. Ia kewalahan mengangkat dua kopernya, alhasil 5 kopernya dibawakan oleh Azzam.
Bagaimana dengan kamar tidur mereka?
Dari Kayesha, gadis itu sebelumnya sudah menyepakati untuk tinggal satu atap tapi Kayesha ingin tidur sendiri, jadi Azzam tidur di kamar pertama dan Kayesha di kamar kedua. Tapi Azzam juga tak keberatan, ia mau-mau saja.
"Aduh, banyak banget..." keluh Kayesha tanpa sadar ketika membuka semua kopernya.
Azzam yang di ambang pintu, lantas mendengarnya karena ia membawakan satu koper Kayesha yang tertinggal di mobil menuju kamar gadis itu.
"Kayesha, kamu lelah ya? Kamu duduk aja gih."
Kayesha terkejut lalu menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, "e-eh engga Mas Azzam, maksudnya baju aku banyak banget. Aku masih bisa ngerjain kok."
Azzam tersenyum, "ngga, kamu duduk aja di kursi luar ya? Biar saya yang beresin baju baju di koper kamu."
Kayesha menggeleng, "hehe engga kok, gapapa. Ini tinggal nyusun bajunya aja kok lagi."
"Ya sudah, saya bantuin ya. Kamu yang kecil-kecilnya aja, kamu susun barang-barang kamu aja yang kecil-kecil itu di meja kamu," Kayesha hanya mengangguk.
Azzam pun dengan rapi memasukkan baju-baju Kayesha kedalam lemari kaca itu, dengan jenis-jenisnya. Sedangkan Kayesha, gadis itu sedang menyusun skincare dan aksesorisnya di meja rias yang cukup besar.
Setelah beberapa lama, baju Kayesha sudah tersusun rapi, hanya saja menyisakan sekoper seragam sekolah Kayesha yang gadis itu bilang nanti Kayesha sendiri yang akan menyusunnya ke lemari karena ada beberapa yang ingin ia setrika untuk hari Senin besok.
8.45 AM.
"Kayesha..."
Kayesha menoleh ke Azzam.
"Kamu mau makan apa? Saya mau keluar mau beli makan buat kita, kamu terakhir makan tadi siang kan kalo ga salah."
Kayesha berpikir sejenak, kalau di rasa-rasa perutnya juga sedikit keroncongan, "nasi goreng boleh deh, tapi kalau ngga ada atau kejauhan gapapa gausah, ngikutin Mas Azzam aja."
Azzam tersenyum kecil, lalu mengeluarkan kunci mobilnya, "Kayesha gapapa, kan? Kalau saya tinggal sendiri dulu?"
"Gapapa, Mas Azzam. Mas Azzam beli aja dulu, aku juga mau sholat ini baru lanjut beberes barang lagi."
Akhirnya Azzam pun pergi dari sana, Kayesha pun memutuskan untuk sholat Isya karena sudah lewat dari jam nya.
Setelah melalukan 4 rakaat Isya, Kayesha yang kelelahan berniat untuk berbaring sambil tengkurap untuk beristirahat sejenak karena badannya terasa sangat lelah seperti seribu kali marathon. Ia menyalakan ponselnya, ia pun saling membalas beberapa pesan dari keluarganya dan dari temannya.
30 menit berlalu, Kayesha yang sudah sangat lelah berniat untuk menutup matanya sebentar. Ternyata justru ia malah keterusan, dan semakin jatuh ke dalam bawah alam sadarnya dengan posisi layar ponsel yang masih menyala.
Azzam yang tadi membeli makan untuk mereka berdua kini sudah sampai di rumah. Dengan pintu kamar Kayesha yang masih terbuka, ternyata gadis itu sudah tertidur dengan sangat lelap bahkan seperti mati suri.
Kayesha, bangun dulu ya makan.
Beberapa kali Azzam mencoba membangunkan Kayesha, namun nampaknya Kayesha benar-benar mati dalam tidurnya. Karena tak tega, Azzam pun menyimpannya di dalam lemari makanan yang ada di dapur.
Dengan sendiri, Azzam membereskan barang-barangnya yang dari tadi belum ia bereskan rapikan dan susun karena fokus dengan barang-barang Kayesha. Kurang lebih hampir jam setengah sepuluh, barang-barang dan bajunya sudah tersusun semua di dalam lemari dan meja.
Dia lupa nyetrika ternyata.
Azzam salah fokus ketika ingin menutup pintu kamar Kayesha, ternyata seragam-seragam Kayesha sama sekali masih berada dalam koper. Apalagi Kayesha sempat mengatakan bahwa ia ingin menyetrika seragamnya karena besok Senin ia harus masuk sekolah seperti biasa.
Tanpa sadar Azzam tersenyum melihat Kayesha, ia pun buru-buru membuyarkan pandangannya. Azzam yang sangat peka dan perhatian, ia pun menyetrika semua seragam Kayesha dari seragam biasa hingga ke dasi, setelahnya juga Azzam menyusun seragam Kayesha secara terpisah di lemari yang masih kosong dengan gantungan baju di setiap seragam, tak lupa juga Azzam juga menyetrika kemeja dan jasnya untuk bekerja besok.
Kira-kira hampir jam 10 malam lewat, Azzam juga sudah selesai menunaikan sholat Isya. Ia yang juga merasa lelah, memutuskan untuk tidur di kamarnya.
\~•\~
Hoam... uhuk-uhuk.
Kayesha mengerjapkan matanya, ia terbangun karena merasa haus apalagi badannya terasa sangat lengket. Dengan malas, ia menyalakan ponselnya yang berada dekat tubuhnya. Mata nya membulat ketika ternyata jam sudah menunjukkan pukul 5.45 pagi.
Lah? Kok bisa? Eh, gue lupa nyetrika seragam anjir, auto telat nih!
Kayesha melompat dari kasurnya, ia mengecek koper-kopernya ternyata sudah tersusun rapi diatas lemari. Ia mengecek setiap lemari, benar saja ternyata seragamnya sudah tersusun rapi dengan gantungan.
Perasaan gue ga nyetrika deh batin Kayesha.
"Lah iya, kok gue lupa sama Mas Azzam sih? Anjir, apa jangan-jangan, dia yang nyetrikain seragam gue?"
Kayesha buru-buru mengikat rambutnya lalu keluar dari kamar, benar saja ketika ia membuka pintu kamar, bertepatan sekali dengan Azzam yang nampaknya ingin membuka pintu kamarnya.
"E-eh, Mas Azzam," kaget Kayesha.
"Sudah bangun ya? Sholat subuh dulu gih," Kayesha mengangguk.
"Eh iya, Mas Azzam yang nyetrikain seragam aku ya?" Azzam hanya tersenyum saja.
Dag dig dug
"Makasih ya, Mas. Aku kelupaan, tadi malem niatnya mau rehat sama buka handphone malah ketiduran. Sekali lagi makasih ya, Mas Azzam," Azzam mengangguk.
"Iya saya tau kok kamu juga lelah pasti beres-beres apalagi kamu hari ini juga sekolah kan? Ya sudah kamu wudhu gih terus mandi, siap-siap baru sarapan, nasi goreng tadi malam simpan terus saya panasin lagi tadi," Kayesha lagi dan lagi hanya mengangguk bingung harus mengatakan apa.
Ia pun memutuskan untuk berwudhu, sepanjang langkah menuju kamar mandi, Kayesha menahan debaran jantungnya yang berdetak lebih cepat. Ia sendiri bingung kenapa ia jadi seperti itu.
Padahal Mas Azzam juga hari ini kerja, pasti dia lebih extra capek daripada gue. Duh, ya Allah maafin hamba, malah nyusahin dia deh!
\~•\~
Kayesha, kamu pulang jam berapa?
Kayesha tak jadi membuka pintu mobil Azzam, "jam 4 lewatan biasanya"
Azzam menyodorkan sebuah kartu nama kepada Kayesha, yang sebelumnya kartu nama itu ia gunakan untuk orang-orang yang 'perlu' saja dengannya apalagi karena Azzam adalah seorang dokter.
"Itu ada nomer telfon saya, kamu bisa hubungin saya takutnya saya di jalan atau apa," Kayesha mengangguk.
Baru saja ingin membuka pintu mobil, tiba-tiba Azzam memegang tangan Kayesha. Jantung Kayesha di pagi itu benar-benar dibuat olahraga oleh Azzam.
"Maaf—maaf, saya cuma mau ngasih ini," Azzam reflek buru-buru melepaskan tangan Kayesha.
E-eh apa maksud?
Kayesha kaget dan bingung sekaligus kegeeran ketika Azzam mengeluarkan selembar uang berwarna merah dari dompet Azzam yang sangat tebal kira-kira 4 cm lah.
"Uang jajan sekolah, ini cukup kan?"
"Eh gausah Mas Azzam, uang aku masih ada kok. Mas Azzam simpan aja," tolak Kayesha padahal bertolak belakang dengan pikirannya.
"Ambil, Kayesha. Ini sekarang sudah kewajiban saya, kamu ga boleh nolak, ya?"
Kayesha menggeleng, "makasih Mas Azzam, tapi gausah deh itu kebanyakan juga. Uang aku masih ada kok."
Azzam memegang tangan Kayesha lalu meletakkan selembar seratus ribu itu ditelapak tangan Kayesha.
"Ambil ya? Gapapa, buat kamu jajan atau disimpan juga terserah kamu."
Nikmat mana lagi yang engkau dustakan ya Allah.
Dengan ragu-ragu dan malu-malu kucing, Kayesha pun mengambilnya, "beneran ini, Mas Azzam? Ini kebanyakan."
Azzam menggeleng, "ngga, yaudah kamu masuk ke sekolah aja sana nanti telat."
Sebelum Kayesha keluar dari mobil, ia mengulurkan tangannya.
"A-aku boleh salim, kan?"
Azzam menahan senyumnya, lalu menerima uluran tangan Kayesha, membiarkan gadis itu mencium punggung tangannya.
"Mas Azzam langsung ke rumah sakit?"
"Iya, tapi nanti pas free mau ke apotik dulu mantau obat sama pemasukan disana."
FYI, selain bekerja di rumah sakit sebagai dokter forensik. Azzam juga memiliki tiga apotek yang berbeda-beda tempat, apotek itu sendiri ia dirikan selain untuk business dan untuk orang-orang yang membutuhkan obat dan semacamnya, itu untuk membuka lowongan pekerjaan yang berprofesi tentang kesehatan.
"Oalah yaudah iya Mas Azzam, hati-hati ya, Mas," Azzam lagi dan lagi hanya mengangguk sambil tersenyum kecil.
"Assalamualaikum."
"Wa'alaikumussalam," jawab Azzam sopan.