Bian, seorang pria berusia 30-an yang pernah terpuruk karena PHK dan kesulitan hidup, bangkit dari keterpurukan dengan menjadi konten kreator kuliner. kerja kerasnya berbuah kesuksesan dan jadi terkenal. namun, bian kehilangan orang-orang yang di cintainya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon D.harris, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Jatuh cinta lagi
Bian merasa semakin dekat dengan Rissa, tetapi ia juga bingung dengan perasaannya. Suatu malam, ia menelepon Fendi di Australia untuk curhat.
“Fen, gue nggak tahu apa gue harus buka hati lagi,” kata Bian, suaranya terdengar ragu.
“why not, Bro?” jawab Fendi. “Rissa kelihatan tulus, dan dia bikin kamu bahagia, kan?”
“Masalahnya, dia masih muda, Fen. gue udah hampir 40, dia baru 25. gue takut dia nanti merasa menyesal karena memilih gue"
Fendi tertawa kecil. “age is just a number, Bro! Yang penting, kalian saling melengkapi. Lagi pula, lo berhak bahagia. Jangan terus-terusan hidup di bayang-bayang masa lalu.”
Kata-kata Fendi membuat Bian berpikir panjang. Mungkin, memang sudah saatnya ia mencoba membuka hati lagi.
......................
Bian memutuskan untuk mengungkapkan perasaannya kepada Rissa. Ia memilih restoran Italia yang terkenal di Bali untuk makan malam bersama.
Sore itu, Bian menjemput Rissa. Rissa tampil cantik dengan dress sederhana, tetapi anggun. Bian merasa gugup, tetapi ia menyembunyikannya di balik senyum ramahnya.
“Malam ini istimewa, jadi aku pikir kita perlu suasana yang berbeda,” kata Bian sambil membuka pintu mobil untuk Rissa.
Restoran itu memiliki suasana yang hangat, dengan cahaya lilin di setiap meja. Mereka duduk di meja dekat jendela yang menghadap ke pantai, menikmati pemandangan sunset sambil menyantap makan malam.
......................
Percakapan mereka mengalir ringan pada awalnya. Mereka membicarakan bisnis, hobi, dan hal-hal kecil yang membuat mereka tertawa.
“Aku nggak menyangka, loh, kerja sama kita bisa sejauh ini,” kata Rissa sambil tersenyum. “Dulu aku cuma datang ke kedai kamu untuk cari inspirasi.”
Bian tersenyum. “Dan sekarang inspirasi itu malah bikin kita lebih dekat.”
Rissa tertawa kecil, menunduk malu. “Iya, aneh ya gimana hidup membawa kita ke jalan yang nggak pernah kita duga.”
Ketika suasana mulai tenang, Bian mengambil napas dalam-dalam. Ia tahu ini momen yang tepat.
“Rissa,” kata Bian pelan, menatap mata Rissa dengan serius.
Rissa menghentikan sendoknya, menatap Bian dengan bingung. “Kenapa, mas?”
“Aku tahu kita berbeda banyak hal. Usia, pengalaman hidup, bahkan cara pandang. Tapi, aku merasa nyaman setiap kali kita bersama,” kata Bian dengan jujur.
Rissa terdiam, menunggu Bian melanjutkan.
“Aku nggak tahu apa kamu merasakan hal yang sama, tapi aku... aku ingin kamu tahu kalau aku menyukaimu. Lebih dari sekadar teman atau partner bisnis.”
Wajah Rissa memerah, matanya terlihat terkejut sekaligus tersentuh.
“mas bian…” gumam Rissa pelan.
“Maaf kalau ini terlalu tiba-tiba. Tapi aku nggak mau terus menyimpan ini tanpa kamu tahu,” lanjut Bian, suaranya sedikit gemetar.
Rissa tersenyum kecil, menatap Bian dengan lembut. “Aku… aku nggak tahu harus bilang apa. Tapi jujur, aku juga merasa nyaman sama kamu.”
Bian merasa lega mendengar itu. Mereka menghabiskan sisa malam dengan perasaan yang lebih hangat, meski belum ada keputusan pasti dari Rissa.
......................
Rissa akhirnya menerima Bian. Hubungan mereka mulai terasa indah dan penuh kebahagiaan. Meski Bian masih merasa canggung dengan perbedaan usia mereka, Rissa meyakinkannya bahwa itu bukan masalah.
"salah satu alasan aku suka sama kamu, ngga tau kenapa, tiap sama kamu aku merasa aman dan nyaman. Obrolan kita juga selalu nyambung, mas" kata Rissa saat mereka duduk di pantai suatu sore.
“Aku juga ris, walaupun usia kita beda. Tapi aku kagum dengan sifat dewasa kamu, kerja keras kamu" jawab Bian sambil menggenggam tangan Rissa.
Namun, kebahagiaan mereka mulai terusik saat Billy, mantan pacar Rissa, kembali muncul di hidupnya.