Sebuah ramalan kuno mengguncang keseimbangan antara para Akasha dan para Moksa, mereka tinggal di pusat alam semesta bernama Samavetham. Ramalan itu meramalkan kelahiran seorang Akasha terkuat di sebuah planet kecil, yang akan membawa perubahan besar bagi semua makhluk hidup. Ketika para Moksa berusaha menggunakan pohon Kalpataru untuk mencapai ramalan tersebut, para Akasha berupaya mencegah kehancuran yang akan dibawanya.
Di Bumi, Maya Aksarawati, seorang gadis yatim piatu, terbangun dengan ingatan akan mimpi yang mencekam. Tanpa dia sadari, mimpinya mengisyaratkan takdirnya sebagai salah satu dari 12 Mishmar, penjaga dunia yang terpilih.
Ketika ancaman dari organisasi misterius semakin dekat, Maya harus berhadapan dengan kekuatan baru yang bangkit di dalam dirinya. Dibantu oleh reinkarnasi Mishmar yang lain, Maya harus menemukan keberanian untuk melawan atau menghadapi konsekuensi yang dapat mengubah nasib seluruh alam semesta.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Feburizu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
ANCAMAN YANG MENGINTAI
Setelah itu Nila berdiri dari kursinya, berjalan mendekat dengan langkah tenang, lalu mencondongkan tubuhnya ke arah Thompson. Senyum misterius terukir di wajahnya. Napasnya terdengar pelan di telinga Thompson. "Asal kau tau, Signature Jax ada di Nikaragua."
Mata Thompson membelalak, keterkejutan tergambar jelas di wajahnya. "Jangan bercanda denganku!" teriaknya dengan nada tinggi, alisnya mengerut tajam. Suara monitor jantung berdetak semakin cepat.
Namun, Nila hanya tersenyum tipis. Dia kembali ke kursinya dengan langkah santai, seolah hanya ingin menguji kesabaran Thompson. Dengan gerakan santai, dia mengangkat kedua tangan dan mengangkat bahunya. "Seharusnya kau sudah tahu, anggota kami tersebar di seluruh dunia," ucapnya dengan percaya diri. "Meskipun kami berada di bawah naungan Tree of Life, kami tetaplah organisasi yang independen. Mendapatkan informasi semacam itu bukanlah masalah besar bagi kami."
Thompson menghela napas, ekspresinya kembali tenang seiring suara monitor jantungnya stabil. Ia tersenyum sinis. "Heh... Aku pikir kalian hanya sekumpulan pembunuh. Tapi ternyata kalian cukup pintar juga," katanya sambil menatap Nila penuh rasa ingin tahu.
"Apakah organisasi sudah menemukan identitas Dìqiú Wèishì? Li Wei itu?" tanyanya dengan antusias.
Nila tersenyum, lalu mulai menjelaskan secara rinci tentang Yuanyun. Thompson mendengarkan dengan seksama, namun pikirannya tiba-tiba melayang pada sosok Maya, gadis yang sempat meninju wajahnya dengan kekuatan innérzjä sebelum Yuanyun datang.
Dia meraih ponselnya, membuka foto yang sempat ia ambil dari atas candi. Dalam foto itu, terlihat Maya sedang membantai pasukan UES dengan brutal. Thompson menunjukkan foto itu kepada Nila sambil menceritakan kejadian tersebut.
"Apa ini?" tanya Nila, mengangkat alisnya.
"Kau mungkin tidak akan percaya, tapi gadis itu menggunakan innérzjä. Dia bukan hanya melukai wajahku, tapi juga membantai pasukanmu dengan mudah, bahkan sebelum si bedebah Yuanyun itu muncul," ujar Thompson serius, nadanya penuh keyakinan.
Nila memandangi foto itu dengan saksama. Ia kemudian memindahkan foto itu ke ponselnya sendiri, lalu tertawa terbahak-bahak. "Buahahahaha! Jadi, luka di wajahmu itu gara-gara gadis kecil ini?!"
Thompson memandangnya dengan wajah masam, tidak terhibur oleh ejekan tersebut. Nila terus tertawa, memegangi perutnya yang mulai sakit karena terlalu keras tertawa.
"Ha... hahaha..."
"Huaaaahahahaha!"
Thompson hanya terdiam, menunggu Nila kelelahan. Setelah beberapa saat, akhirnya tawa itu mereda. Nila menghela napas, menyeka air mata di sudut matanya.
"Baiklah, baiklah... sebentar," katanya, menutup mulutnya dengan tangan untuk menahan tawa yang tersisa. Ia segera mengirimkan foto Maya ke database UES. "Aku akan meminta anggota kami memeriksa ini. Jika ada informasi lebih lanjut, aku akan diberi tahu."
Setelah itu, mereka kembali berdiskusi tentang keberadaan Signature Jax. Nila menjelaskan metode pengintaian yang digunakan UES, analisis data, dan rencana operasional untuk menemukan lokasi pastinya.
Thompson mendengarkan dengan penuh perhatian. "Jadi, lokasinya ada di Mesoamerika, ya? Aku tidak sabar untuk segera pergi ke sana," katanya, penuh semangat.
Nila menyela dengan nada tenang. "Tak semudah itu. Kami sudah berada di sana sebelumnya, tetapi hingga kini, kami belum menemukan lokasi tepatnya. Namun, bukti-bukti menunjukkan bahwa Signature itu berada di Piramida El Castillo." Dia menyilangkan tangannya, ekspresinya penuh kesabaran.
Thompson tertawa keras. "Hahaha! Bukankah itu sudah jelas? Hanya aku yang bisa menemukannya. Signature Jax tidak akan keluar dari tempat persembunyiannya sampai aku ada di dekatnya." Nada sombongnya terdengar jelas.
Nila mendengus kecil. "Jangan terburu-buru. Lebih baik kau sembuhkan dulu luka-lukamu itu."
Tiba-tiba, suara ponsel Nila berdering. Ia mengeluarkannya dari saku dan membaca pesan yang masuk. Dengan cepat, ia berdiri, mengenakan jasnya, dan berjalan menuju pintu keluar.
"Yah... walaupun aku benci mengakuinya, mungkin kau benar. Bagaimanapun, kaulah yang seharusnya memiliki Signature itu," ucapnya sambil membuka pintu.
Sebelum pergi, Nila berhenti sejenak. "Oh iya, gadis yang kau ingin aku selidiki itu bernama Maya Aksarawati. Dia tinggal di panti asuhan bernama Darma di kota Kalynda." Ia melambaikan tangannya dan keluar dari ruangan.
Thompson tersenyum kecil. Wajahnya menyiratkan rencana yang penuh ambisi. Pintu kamar tertutup, menyisakan keheningan yang menusuk.