"paman jelas-jelas kamu juga mencintai aku akan tetapi kenapa kamu tidak mau mengakuinya"
Alena jatuh cinta kepada paman angkatnya sejak dia masih kecil, akan tetapi paman selalu menganggap dia seorang gadis kecil yang sangat imut, apakah si dokter jenius itu akan tergerak hatinya untuk menerima Alena, ikuti kisahnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon AMIRA ARSHYLA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
chapter 13
Setelah sampai di dalam kamar.
Alena kemudian langsung berjalan naik ke atas tempat tidurnya, menit demi menit berlalu, jam demi jam berlalu akan tetapi Alena belum juga tidur.
"ah...kenapa aku tidak bisa tidur...!"ujar Alena sambil bangkit untuk duduk.
"aku haus "ujar Alena dalam hatinya sambil berjalan keluar dari dalam kamar.
Alena kemudian langsung berjalan masuk ke dapur.
"baiklah kamu Jagan tidur dulu, aku akan segera mengirimkan data kepadamu."terdengar suara Narendra sedang menelpon.
Alena mengentikan tangannya untuk membuka kulkas.
"besok pagi aku tidak jadi pergi ke institut,aku ingin pergi mengajak Alena jalan-jalan."ujar Narendra.
"dia jarang-jarang datang ke sini, mana boleh aku membiarkan dia di dalam apartemen terus."ujar Narendra.
"paman...!"ujar Alena dalam hatinya.
Alena kemudian berjalan mendekati ruangan kerja Narendra.
"kamu mau ikut...? apakah pekerjaanmu sudah selesai...? Hah...apa belum selesai...? Jika belum selesai maka selesailah dulu, kamu tidak perlu memikirkan Alena."ujar Narendra.
Alena melihat Narendra dari balik pintu.
"aku akan membuat kopi untuk paman."ujar Alena sambil membalikan badannya.
Alena kembali berjalan masuk ke dapur.
Alena kemudian langsung membuat kopi untuk Narendra, setelah itu Alena langsung mengantarkan kopi tersebut ke ruangan Narendra.
Sesampainya di dalam ruangan tersebut, ternyata Narendra sudah tertidur pulas dengan posisi terduduk.
Alena melihat ke arah laptop Narendra.
Alena kemudian menaruh kopi tersebut pelan-pelan.
Alena kemudian melirik ke arah Narendra yang sedang tertidur, Narendra tidak merespon.
akhirnya Alena memberanikan dirinya untuk menatap Narendra secara terang-terangan.
Alena kemudian duduk berjongkok di depan Narendra yang sedang tertidur.
"uh...! Bahkan di saat tertidur juga paman masih saja terlihat tampan."ujar Alena dalam hatinya sambil menatap wajah Narendra.
Alena kemudian mengulurkan tangannya, dia ingin menyentuh Narendra.
Akan tetapi Alena mengurungkan niatnya.
"bagaimana ini, aku ingin sekali menyentuhnya...!"ujar Alena dalam hatinya sambil terus menatap wajah Narendra.
Alena melihat ke arah bibir Narendra.
Gluk...!
Alena menelan ludah melihat bibir Narendra yang menggoda imannya itu.
cium dia...!
Cium dia...!
Terdengar suara yang berbisik di hati Alena.
Alena kemudian bangkit dari duduknya.
Kaki Alena kebas dan dia kemudian oleng.
"gawat...!"ujar Alena dalam hatinya.
Alena kemudian jatuh tepat di kedua paha Narendra.
"eh...!"ujar Alena.
"hidungku sepertinya menyentuh sesuatu."ujar Alena.
"maaf, paman maafkan aku...!"ujar Alena sambil bangkit dengan sangat cepat.
Akan tetapi karena kaki Alena kesemutan dia jadi sempoyongan.
"m*mpuslah aku."ujar Alena dalam hatinya.
Alena terjatuh, akan tetapi dia dengan sembarangan memegang bagian tubuh Narendra.
Narendra kemudian langsung memegangi Alena.
"Alena, kenapa kamu belum tidur...?"ujar Narendra.
"aku...aku, belum bisa tidur, jadi aku keluar untuk mencari makanan, aku melihat paman belum tidur jadi aku ingin mengantarkan untuk paman."ujar Alena.
Narendra kemudian menoleh ke arah meja kerjanya.
"baiklah terima kasih, pergilah Kembali ke kamar."ujar Narendra sambil mengusap kepala Alena.
"baik paman."ujar Alena sambil berlari keluar dari dalam ruangan tersebut.
Narendra tersenyum.
Narendra kemudian merapikan kimono yang di pakainya.
Tiba-tiba saja Alena mengintip dari balik pintu.
"paman kamu sedang merapikan apa...?"ujar Alena dalam hatinya.
Alena kemudian langsung berjalan kembali ke kamar.
"tidak-tidak mungkin, aku tidak punya daya tarik seperti itu."ujar Alena sambil menggelengkan kepalanya.
Alena kemudian langsung masuk ke dalam kamar.
Semetara itu di dalam ruangan Narendra.
Narendra sedang membuka kimono yang di pakainya.
terlihat sesuatu menonjol dari area bawahnya.
Setelah itu Narendra kemudian masuk ke dalam kamar mandi yang berada di dalam ruangan tersebut.
Setelah itu Narendra kemudian langsung kembali memakai kimononya.
setelah rapi, Narendra kemudian langsung berjalan masuk ke dalam kamar.
Dia tersenyum melihat Alena yang sudah terlelap dalam tidurnya.
Setelah itu Narendra kemudian langsung berjalan keluar dari dalam kamar tersebut.
Keesokan harinya.
"Alena, kamu sudah siapa apa belum...?"ujar Narendra.
"tunggu sebentar paman."ujar Alena dari dalam kamar.
"baiklah."ujar Narendra.
Tidak lama kemudian, Alena keluar dari dalam kamar.
"paman ayo..."ujar Alena sambil tersenyum lebar.
"ayo."ujar Narendra sambil berjalan keluar dari dalam apartemen tersebut.
Alena dan Narendra kemudian berjalan masuk ke dalam mobil.
"paman kita mau pergi ke mana...?"ujar Alena sambil menatap ke arah luar jendela mobil.
"nanti kamu juga akan tahu."ujar Narendra sambil fokus menyetir.
beberapa saat kemudian.
Narendra memarkirkan mobilnya.
setelah itu Narendra kemudian langsung membuka pintu mobilnya.
"terima kasih paman."ujar Alena.
Narendra mengangguk.
Alena kemudian langsung keluar dari dalam mobil.
"wah....!"ujar Alena sambil tersenyum lebar ke arah menara Eiffel yang berada di hadapannya.
"apakah kamu senang...?"ujar Narendra.
"paman aku sangat-sangat senang sekali...!"ujar Alena.
"ayo kita masuk ke atas."ujar Narendra sambil menggandeng tangan Alena.
Sesampainya di atas.
"wah...! paman pemandangan di atas ini sangat bagus sekali."ujar Alena sambil tersenyum lebar.
"Tinggi sekali ya."ujar Alena.
Alena kemudian berfoto di dalam menara Eiffel.
setelah itu mereka berdua langsung kembali turun ke bawah.
di bawah mereka berdua kembali berfoto.
"apakah kamu senang...?"ujar Narendra sambil tersenyum lebar ke arah Alena.
"aku sangat-sangat senang...!"ujar Alena sambil tersenyum lebar.
Bruk...!
Seseorang menabrak tubuh Alena.
"ah...!"ujar Alena.
Narendra kemudian langsung memeluk Alena.
"awas..!"ujar Narendra.
Narendra kemudian langsung memeluk Alena.
tiba-tiba beberapa polisi berlari mengejar orang yang menabrak Alena tadi.
"paman, apa yang terjadi...?"ujar Alena sambil menatap wajah Narendra.
"sepertinya ada pencuri."ujar Narendra.
"kamu tidak apa-apa kan..?"ujar Narendra sambil mengusap kepala Alena.
"aku tidak apa-apa paman."ujar Alena sambil tersenyum.
"keamanan di sini kurang bagus ya...?"ujar Alena.
"jika siang hari termasuk masih aman-aman saja, akan tetapi jika malam hari di sini benar-benar sangat bahaya."ujar Narendra.
"jadi kamu harus ingat, tidak boleh pergi dari rumah pada Malam hari sendirian ya."ujar Narendra sambil menatap wajah Alena.
"baiklah paman, aku mengerti."ujar Alena.
"anak baik, ayo kita pergi."ujar Narendra.
"Oke...!"ujar Alena.
Alena kemudian melangkah akan tetapi tiba-tiba saja dia merasakan sakit yang teramat sangat di kakinya.
"aku...!"ujar Alena sambil meringis.
"ada apa...?"ujar Narendra sambil memegang bahu Alena.
"kakiku, kakiku sepertinya terkilir paman."ujar sambil duduk di atas rumput yang tumbuh di sana.
Narendra kemudian memapah Alena duduk di bangku yang tidak jauh dari tempat mereka berdiri.
"duduklah di sini "ujar Narendra.
Narendra kemudian langsung membuka sepatu yang di pakai oleh Alena.
"aku...!"ujar Alena sambil meringis menahan sakit di kakinya.
"Jagan bergerak."ujar Narendra.
Alena mengikut ucapan Narendra, Narendra kemudian mengusap kaki Alena perlahan-lahan.
"kalau begini sakit tidak...?"ujar Narendra sambil memijit pelan kaki Alena.
"gak begitu sakit."ujar Alena.
"kalau begini...?"ujar Narendra sambil memijat kaki Alena dengan sedikit keras.
"buku mata paman sangat indah."ujar Alena dalam hatinya.
"Alena...?"ujar Narendra dengan intonasi suara yang agak keras.
"iya paman."ujar Alena terkejut.
"sakit tidak...?"ujar Narendra.
"enggak, enggak sakit kok...!"ujar Alena sambil menggelengkan kepalanya.
"kalau begitu tidak ada yang perlu di khawatirkan, beli obat dan langsung di oleskan saja, akan tetapi kakimu yang sebelah sini sementara waktu tidak usah di gunakan untuk bejalan."ujar Narendra sambil memakaikan sepatu ke kaki Alena.
"hah ..? Lalu bagaimana kita akan pergi jalan-jalan."ujar Alena.
"kita pulang saja dulu."ujar Narendra sambil mengendong Alena.
"aduh....rasanya aku ingin pingsan di gendongan paman, kaki yang terkilir ini sungguh tidak sia-sia...!"ujar Alena dalam hatinya sambil tersenyum.