Cerita ini menguak kisah tentang seseorang yang mempunyai masa lalu kelam di dalam hidupnya, sebut saja namanya Namira seorang gadis yang memiliki hubungan spesial bersama pria beristri, sebut saja nama pria itu Samudera, seorang pria yang mempunyai masalah berat dengan istrinya hingga membuatnya bermain api dengan seorang gadis yang bekerja sebagai waiters di salah satu restaurant.
“Mas, aku hamil,” ucap Namira, sedang pria itu hanya terdiam, dia tidak tahu harus bahagia atau berduka mendengar kabar ini.
“Mas, kenapa diam,” ucap Namira sekali lagi.
“Iya Mir, aku turut senang dengan kehamilanmu jaga baik-baik ya anak kita,” sahut Sam, yang aslinya di dalam pikirannya dihantui rasa bersalah yang teramat dalam terhadap istrinya.
Saksikan kelanjutan kisahnya hanya di Manga Toon.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayumarhumah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 8
10 hari semenjak kepergian bapaknya, hari-hari Namira berjalan seperti biasanya, meskipun kadang sedih menghampiri namun perempuan itu berusaha untuk tegar dalam menghadapi ujian hidup.
Tidak mudah mempertahankan seorang janin yang tidak memiliki ayah, tidak jarang para tetangga menggunjingkan dirinya yang hamil tanpa suami, hal ini sudah menjadi makanan sehari-hari bagi Namira meskipun sakit dengan perkataan mereka namun perempuan ini mencoba untuk tegar.
Di pagi yang cerah ini Namira ingin sekali ikut ke ladang bersama ibunya namun seperti biasa sang ibu selalu saja menolaknya.
"Ibu, Mira ikut ke ladang ya," ucap perempuan itu.
"Ngapain Nak, sudah di rumah saja, kamu gak boleh capek loh," tolak ibunya.
"Gak apa-apa Bu, Mira ingin bantu-bantu Ibu di ladang," paksa Namira.
"Nak, kamu itu hamil, jadi gak boleh capek-capek," ucap sang ibu.
"Ya Ibu di rumah terus kan Mira jenuh Bu," sahutnya dengan nada lemas.
"Sekali gak boleh tetap gak boleh dari pada terjadi apa-apa dengan kandunganmu itu," tegas Yanti yang membuat Namira terdiam.
Namira pun terpaksa harus melihat langkah ibunya yang semakin jauh di pandang, saat ini perempuan hamil itu masih duduk di depan rumahnya, karena merasa bosan jika harus di dalam rumah terus menerus, namun keberadaannya di teras rumah membuat seorang tetangga yang membencinya seakan tersulut emosi melihat Namira duduk sambil mengelus perutnya yang buncit.
"Heh! Bunting, orang tu ya kalau lagi hamil di luar nikah seharusnya malu, nah ini masih punya muka berkeliaran di depan rumah," cibir Mpok Jaenab, sepertinya orang itu masih belum kapok padahal kejadian kemarin cukup membuat nyawa seseorang melayang.
"Maaf ya Mpok, sebenarnya ada urusan apa Mpok, sama saya, perasaan saya tidak pernah mengusik kehidupan Mpok," balas Namira.
"Iya memang dirimu tidak pernah ada urusan sama saya, tapi aibmu itu bikin malu semua orang kampung," ketus Jaenab yang membuat Namira harus tahan rasa sakit di hatinya.
"He, Mpok Jaenab kalau ngomong tuh jangan kebangetan, kita ini sama-sama punya anak perempuan jadi jangan seperti ini mah nanti malah nular ke diri sendiri loh," sahut tetangga yang satunya lagi.
"Heh, Siti kau tahu apa tentang masalah ini, ingat ya! Anak saya tidak mungkin seperti Namira yang urakan dan murahan, palingan itu anak bapaknya orang banyak makanya dia bingung mau minta tanggung jawab kepada siapa, orang mainnya rame-rame," cibir Jaenab.
"Sudah puas Mpok Jaenab menghina saya, sekarang pergi dari rumahku, pergi ....!" teriak Namira yang membuat Jaenab sedikit ketakutan.
"Idiiiih, baru di gituin saja udah tantrum," cetus Jaenab seakan tidak pernah merasakan kesakitan yang di rasa oleh perempuan hamil itu.
Setelah kepergian Jaenab, Namira merasa terpukul, memang dia akui kalau dirinya ini bukan wanita baik-baik tapi dirinya juga tidak sanggup jika semua orang menghakimi dirinya atas kesalahannya sendiri.
"Ya Allah rasanya sangat sakit, aku sudah tidak tahan dengan semua cacian ini," ucapnya sambil berlinang air mata.
*****
Sejenak dia mulai masuk ke dalam kamarnya untuk menghindari keributan lagi saat ini Namira mulai bermain handphone berseluncur dengan media sosialnya, hatinya tiba-tiba sakit ketika melihat postingan Sam dan sang istri yang tengah berlibur di luar negeri.
"Kita buka lembaran baru dan melupakan semua yang terjadi, Sayangku maafkan atas semua kesalahanku selama ini, aku mohon temani hidupku hingga akhir hayatku," isi caption Samudra, dengan di iringi fotonya yang saling bergandengan tangan dengan istrinya.
"Ya Allah kenapa ini begitu sakit dari cibiran Mpok Jaenab, Samudra demi langit dan bumi, aku bersumpah semoga saja kau akan membayar kesakitan yang selama ini aku rasakan," ucap Namira yang begitu sakit hati melihat Samudra bahagia dengan sang istri sedang dirinya harus melewati banyak luka demi mempertahankan janin miliknya.
Suara adzan ashar sudah terdengar, perempuan itu langsung terpanggil dan melaksanakan ibadah wajibnya, di dalam shalatnya Namira mencoba untuk bercerita kepada Tuhannya, karena di saat seperti ini siapa lagi tempat untuk mengadu selain kepada Allah.
"Ya Allah ya Rabbi, adakah sedikit cahaya bagi hambamu yang pendosa ini, hamba hanya ingin mempertahankan janin ini saja Ya Allah, tapi kenapa? Semuanya seakan menolak dengan keberadaan anakku ini," ucapnya dengan penuh kekesalan.
Selesai shalat Namira langsung membersihkan rumah dan pekarangannya, hal ini dia lakukan untuk mengurangi beban ibunya yang seharian sudah bekerja keras demi mencukupi kebutuhan keluarganya.
"Alhamdulillah akhirnya selesai juga pekerjaanku, ah sepertinya hujan-hujan seperti ini enaknya rebus singkong," pikir Namira yang tidak ingin membiarkan singkong di dapurnya nganggur begitu saja.
Namira pun mulai mengupas kulit singkong, dan di tengah dia melakukan pekerjaan ini tiba-tiba saja, pintu rumahnya di ketuk oleh seseorang.
"Tok ... Tok ... Tok." Ketukan pintu terdengar begitu keras.
"Namira ... Namira ....!" teriak seseorang di luar sana.
"Iya, sebentar," ucap Namira yang langsung berlari untuk membukakan pintunya.
"Eh Mang Kosim, ada apa ya?" tanya Namira.
"Itu ibumu terjatuh di ladang dan sekarang tidak sadarkan diri," ucap mang Kosim memberi tahu.
Deg!!!
Hati Namira seakan sudah tidak sanggup lagi untuk menerima semua kenyataan yang ada karena memang merasa syok perempuan hamil itu langsung jatuh pingsan.
"He Namira sadarlah," ucap Mang Kosim lalu mulai berteriak meminta tolong.
Satu demi satu tetangga mulai keluar dan langsung menggotong tubuh Namira di baringkan di kursi panjang ruang tamunya, setelah itu para tetangga bertanya kepada Mang Kosim, apa sebenarnya yang terjadi.
"Mang ini Namira kenapa?" tanya Mpok Siti.
"Dia pingsan ketika saya beri tahu kalau ibunya terjatuh di ladang dan sekarang tidak sadarkan diri," jawab mang Kosim.
"Astaga Cing Yanti, sekarang keadaannya gimana?" tanya Mpok Siti kembali.
Para warga yang tahu langsung membawanya ke Puskesmas terdekat, makanya saya datang kemari untuk memberi tahu Namira, dan ternyata Namira begitu syok dan langsung pingsan," sahut Kosim.
"Astaga! Namira kenapa ujianmu begitu berat Nak," ucap Mpok Siti sambil mengusap-usap minyak aromaterapi ke pelipis Namira.
*****
Di dalam bangunan putih tersebut, para perawat mulai memeriksa tubuh Ibu Yanti dengan semaksimal mungkin, namun sayang lagi-lagi Ibu Yanti terlambat di bawah ke Puskesmas sehingga ketika para perawat mulai memeriksanya, Ibu Yanti sudah menghembuskan nafas terakhirnya.
"Maaf Bapak-bapak, keluarga dari Ibu Yanti di mana?" tanya seorang perawat tersebut.
"Keluarganya masih belum datang kami sudah menyuruh orang untuk menjemputnya," sahut Bapak-bapak yang ada di ladang itu.
"Tapi kali ini saya ingin menyampaikan sesuatu yang penting," ucap perawat tersebut.
Dan tiba-tiba saja Kosim datang di tengah bapak-bapak yang lain.
"Sim, gimana Namira nya ada?" tanya bapak yang lainnya.
"Dia langsung terjatuh pingsan," sahut Kosim.
"Apa! Pingsan terus gimana ini," ucap yang satunya lagi.
"Begini Pak kalau memang Ibu Yanti tidak ada keluarga lain maka hal ini saya sampaikan kepada bapak-bapak saja karena kalau di tunda pun tidak baik," kata suster tersebut.
"Memangnya kenapa Suster?" tanya Kosim.
"Bapak-bapak kami mohon maaf, kondisi ibu Yanti sudah tidak bernyawa ketika sampai di tempat ini," jelas perawat tersebut yang membuat bapak-bapak itu terkejut.
"Innalillahi Wainna Ilaihi Rojiun," ucap bapak-bapak tersebut.
"Astaga ini gimana Mang Kosim?" tanya yang lainnya
"Kita urus saja jenazahnya," sahut Kosim.
"Umur orang tidak ada yang tahu pagi pergi ke ladang untuk mencari nafkah pulang-pulang sudah tinggal nama saja," ucap salah satu bapak-bapak itu.
*******
Namira pun mulai tersadar dari pingsannya saat ini perempuan hamil itu tengah bingung karena di kejutkan dengan para tetangga yang berkerumun di rumahnya, pemandangan ini mengingatkannya kepada kejadian beberapa hari lalu.
"Mpok Siti ini ada apa? Kok di rumah banyak orang?" tanya Namira yang bingung dengan keadaan sekitar.
Catatan penulis:
Selamat siang kakak-kakak semoga suka ya dengan kelanjutan bab ini. Temani terus ya perjuangan Namira yang banyak lika-liku kehidupannya.
Jangan lupa untuk memberikan dukungan untuk author melalui like komen dan Vote ❤️❤️❤️🙏🙏🙏
smoga ada yg menolong dg tulus iklas
karma samudra atas kelakuan jahat pd Namira dan anak kamu... semoga Novia ketahuan berselingkuh....