🔥🔥🔥
Harap bijak dalam membaca!
Its real my karya, jika ada unsur kesamaan nama, tokoh atau kejadian yang sama itu diluar dugaan saya. dengan ini saya menyatakan, bahwa saya telah berfikir keras dalam memberikan cerita khayalan ini. terimakasih!
***
*
Bulan Aleena Zahrani, gadis muslimah bercadar yang sangat cantik, dia terlahir dari keluarga Sederhana. tapi nasibnya tidak secantik parasnya. Bulan dinikahi oleh pria berdarah dingin tentunya dari keturunan mafia kejam sama seperti nasib yang ia alami saat ini.
Stevan Jafer Dirgantara, anak dari Moundy Dirgantara. Dia adalah mafia yang terkenal paling kejam di kotanya. Stevan menikahi Bulan karena ingin membalas dendam pada Ayah gadis bercadar tersebut.
Lalu bagaimana dengan nasib Bulan?
Apa dia akan tetap bertahan menerima kekejaman dari suaminya atau justru dia akan pergi?
Kita simak yuk ceritanya di karya Novel => Kekejaman Suamiku
By: Miss Ra
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rania Alifah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 5
Seperti yang dikatakan Stevan, kedua orangtua Bulan benar-benar datang kerumah mewah yang di miliki pria kejam itu. Wanita paruh baya itu tersenyum haru saat melihat bangunan dua lantai yang kini di tinggali putri kesayangannya. Sekarang jam sudah menunjukkan pukul sebelas siang, kedua orangtua Bulan masuk ke dalam rumah itu setelah Stevan pergi keluar kota.
Namun di lantai dua tepatnya di depan pintu kamar Bulan, dua pelayan itu mengetuk pintu hingga membuat wanita bercadar itu membuka pintu kamarnya.
"Nona muda, orang tua anda sudah datang!" ucap pelayan dengan menunduk sopan.
Bulan membulatkan matanya dengan ekspresi senang dan sangat bahagia mendengar pelayan mengatakan itu.
"Benarkah?" tanya Bulan antusias.
"Benar Nona!"
Bulan melihat Ayah dan Ibunya dari lantai dua dan segera berlari menuruni tangga karena sudah sangat tidak sabar ingin memeluk seorang wanita yang tengah melahirkannya itu.
Brukk..
"Ibu!" Bulan memeluk Ibunya dengan sangat erat dan menumpahkan tangisannya disana.
"Assalamualaikum nak." Mama Almira membalas pelukan sang putri dengan erat dan mengusap punggung Bulan dengan lembut.
"Waalaikumsalam bu," sahut Bulan lirih melepas pelukannya dan menoleh menatap sang Ayah lalu berhambur memeluknya. "Ayah!"
Bulan kembali terisak, dia memeluk Ayahnya seolah mengadukan semuanya melalui tangisan. Mama Almira yang mendengar isakan dari putrinya hanya bisa diam namun hatinya sangat hancur mendengar tangisannya.
Bulan melepas pelukan Ayahnya, dan wanita bercadar itu mengusap air mata yang sudah membasahi cadarnya lalu membawa mereka berdua menuju kamar yang sudah disiapkan oleh pelayan sesuai perintah dari suami kejamnya itu.
Di dalam kamar tamu, Bulan melepas cadarnya, dia tersenyum pada kedua orangtuanya seolah menunjukkan bahwa dirinya baik-baik saja.
"Bagaimana keadaanmu nak? Apa Stevan memperlakukanmu dengan baik?" tanya Ayah Ezra.
Dia sudah tahu putrinya itu sedang tidak baik-baik saja. Melihat anak semata wayangnya sudah berkorban demi nyawa kedua orangtuanya itu pun merasa sedih.
"Alhamdulillah Bulan baik-baik saja, suamiku juga memperlakukan aku dengan baik!" sahut Bulan memandangi keduanya secara bergantian. "Keadaan Ibu dan Ayah bagaimana?" tanya Bulan lagi, dia duduk diantara kedua orangtuanya di sofa yang berada di dalam kamar.
"Alhamdulillah, kami baik-baik saja." sahut Mama Almira mengusap kepala putrinya dengan lembut.
"Maafkan aku bu, Ayah. Selama satu tahun ini, aku tidak bisa menengok Ayah dan Ibu!" kata Bulan memandangi keduanya yang berada dikanan dan kirinya.
"Tidak apa nak, Ayah dan Ibu mengerti. Kami juga tahu seperti apa Stevan itu. Asalkan dia memperlakukanmu dengan baik itu sudah cukup untuk kami,!" sahut Ayah Ezra dengan senyuman.
Bulan yang mendengar itu segera memeluk keduanya. Dan kembali memandangi mereka.
"Ayah dan Ibu sudah makan siang?" tanya Bulan.
"Belum.." sahut keduanya secara bersamaan.
"Kalau begitu ayo makan siang, pasti Ayah dan Ibu lapar kan?" ajak Bulan antusias, dari binar matanya dia terlihat sangat bahagia bisa melihat lagi kedua orang tuanya.
Bulan berjalan beriringan dengan mereka melangkah menuju meja makan. Bulan adalah anak perempuan satu-satunya dari seorang Ayah yang bekerja sebagai Supir di pabrik terbesar dikota itu. Sedangkan Ibu nya mempunyai usaha toko pakaian di salah satu pusat berbelanjaan.
Meski sederhana tapi mereka tidak akan kekurangan dalam hal apapun. Orangtua Bulan juga menyewa jasa asisten rumah tangga tanpa menginap dan tukang kebun untuk membersihkan taman belakang juga depan rumah setiap satu minggu sekali.
*
Di meja makan, sudah tersedia beberapa makanan. Ayah dan Ibu Bulan menatap meja makan dengan mata lebar karena tidak pernah melihat makanan sebanyak itu dimeja makan.
"Ibu, Ayah. Makan lah, atau mau aku ambilkan?" tanya Bulan dengan senyum dibalik cadar.
"Apa setiap hari kau diperlakukan seperti ini nak?" balas Ayah Ezra.
"Iya Ayah, suamiku sangat menyayangiku. Apapun yang aku minta pasti akan diberikan begitu saja!"
Bulan yang mengatakan itu dengan suara bergetar menahan tangis. Tanpa mereka sadari, putri nya itu menahan rasa sakit yang begitu dalam menyimpan semuanya agar orang tuanya itu tidak merasa bersalah atas kesedihannya.
"Stevan rupanya sangat mencintaimu nak."
Ayah Ezra dengan mata berkaca-kaca mengusap bahu Bulan seakan memberitahu bahwa Ayahnya turut bahagia dengan apa yang Stevan lakukan terhadap putri semata wayangnya.
Mereka akhirnya makan dengan lahap, Bulan yang sudah sangat merindukan suasana itu pun selalu antusias dan mengajak mereka bercanda kemudian tertawa senang.
Para pelayan yang menyaksikan itu pun ikut tersenyum dengan kebahagiaan Bulan saat ini. Tak bisa di tutupi, para pelayan juga ikut meneteskan air matanya melihat situasi Bulan yang saat ini tertawa lebar bersama Ayah dan Ibunya.
*
*
*
Malam harinya, Bulan masuk ke dalam kamar orangtuanya. Dia menatap keduanya yang saat ini masih duduk di sofa karena belum tidur.
"Ayah, Ibu. Bolehkah aku tidur bersama kalian malam ini?" tanya Bulan sudah menggunakan pakaian tidurnya.
"Boleh nak, kemarilah. Kita akan tidur bersama malam ini."
Ayah Ezra berjalan mendekati Bulan dan memeluk bahunya menggiring putrinya itu untuk berbaring di atas kasur bersama mereka. Bulan berbaring ditengah-tengah Ayah dan Ibunya.
Sedangkan Ayah dan Ibunya menghadap pada Bulan lalu memeluknya seakan merindukan sewaktu Bulan kecil dulu.
"Ayah, Ibu."
"Ya sayang." sahut keduanya serentak.
"Aku sangat merindukan kalian."
Ayah Ezra dan Mama Almira semakin mengeratkan pelukan pada putrinya. Mereka mengecup pipi anak gadisnya yang sudah menikah itu dengan lembut dan membiarkannya terlelap bersama.
*
*
*
Di luar kota, Stevan terus memantau pergerakan istrinya itu. Dengan tatapan tidak suka dia menatap istrinya di layar laptop yang selalu ia bawa kemanapun ia pergi.
"Kau sangat bahagia sekali rupanya. Sampai kau lupa sedang berada di rumahku saat ini!" gumamnya lirih dengan ekspresi tidak suka.
Bersamaan dengan itu, pintu kamar Stevan ada yang mengetuknya. Hingga membuat lamunan pria itu buyar seketika.
Tok..Tok..Tok..
"Ya masuk!"
Boy asisten Stevan masuk sesuai perintahnya. Dia melangkah mendekati bos nya itu dan berdiri di dekatnya yang sedang duduk di sofa.
"Tuan, ada seseorang yang ingin bertemu dengan anda!"
"Siapa?" Stevan dengan ekspresi tidak sukanya menjawab perkataan asistennya.
"Dia yang mengajukan berkas kerja samanya di Perusahaan cabang Amerika."
Stevan diam dan berfikir sejenak, setelah tahu siapa yang datang. Dia mengangguk setuju dan mengibaskan jarinya agar Boy memberitahukan pada tamunya untuk menunggu dirinya keluar.
Setelah kepergian Boy dari kamarnya, Stevan kembali menatap layar laptopnya dan melihat Bulan yang sedang tidur sembari memeluk Ayah Ibunya dengan tenang.
"Setelah kepergianku, aku pastikan senyum kebahagiaan mu itu tak lagi terlihat dibibirmu, Bulan!" gumamnya lirih dengan senyum menyeringai seakan ingin kembali menyiksanya lebih dari yang Bulan dapat seperti sebelumnya.
...****************...
Bulan hamil..
semoga boy org pertama yg mendapat kabar Bulan hamil
semakin seru nih....
lanjut thor
istrinya yang habil stevan yang ngidam😁
semangat berkarya..
aku yakin saat ini Stevan jafier dirgantara sedang menikmati indahnya penyesalan
semoga Bulan terus kuat menjalani kehidupannya
Steven dan Bulan benar2 berpisah nih