Meski umurnya akan menginjak 30 tahun, Rayna belum terpikirkan untuk menikah, ia masih ingin menikmati hidup dengan bebas.
Hal itu justru menjadi masalah besar bagi sang Mama yang ingin Rayna segera menikah, Mamanya pun mencari berbagai cara agar Rayna mau menikah, hingga akhirnya ia meminta sang suami agar mencarikan pendamping untuk sang anak.
Beberapa kandidat telah terpilih hingga pilihan sang Mama jatuh pada seorang pria.
Bagaimana kelanjutan kisahnya? apakah Rayna menerima pria yang dipilihkan sang Mama?
Kalau kepo langsung baca ceritanya ya......
🥕🥕🥕
Follow INSTAGRAM @LALA_SYALALA13
Follow TIKTOK @LALA_SYALALAA13
Follow FACEBOOK @LALA SYALALA
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lala_syalala, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mati Lampu
Saat Rayna tengah asik dnegan tontonannya tiba-tiba terdengar petir yang begitu keras hingga menbuat Rayna terkejut bahkan tak lama setelah itu lampu mati, Rayna yang memang dasarnya penakut langsung memegang lengan sang suami karena laptop Alvin masih menyala.
"Mas, mati lampu," Rayna benar-benar takut saat ini, ia ingin menangis saja. Tapi, Rayna malu jika menangis karena ada Alvin disana.
"Gak ada apa-apa," ucap Alvin yang menaruh laptopnya di atas meja dan berdiri.
"Mas mau kemana?" tanya Rayna yang juga ikut berdiri.
"Mau ambil senter sama lilin," jawab Alvin.
"Ikut," ucap Rayna.
"Kamu disini aja," ucap Alvin.
"Ikut, aku takut kalau disini sendirian," ucap Rayna.
"Senter sama lilinnya di meja bawah televisi," ucap Alvin.
"Iya, gapapa. Aku ikut aja," ucap Rayna.
"Yaudah, pegangan," ucap Alvin.
"Iya, ini udah pegang dari tadi," ucap Rayna.
Mereka pun berjalan maju untuk mencari senter dan lilin, tak butuh waktu lama Alvin pun sudah mendapatkan senter dan lilin lalu Alvin menyalakan lilin di lantai.
"Udah, ayo duduk lagi," ucap Alvin.
"Mas takut," Rayna sejak tadi tidak melepaskan pegangannya dari Alvin bahkan tubuh mereka saat ini begitu dekat lebih tepat Rayna yang mendekat pada Alvin hingga mereka sudah tidak ada jarak lagi.
"Gak ada apa-apa, kan udah ada lilin jadi gal gelap," ucap Alvin.
"Tapi, masih takut," ucap Rayna.
Di tengah-tengah ketakutannya tiba-tiba saja tubuh Rayna melayang dan membuatnya terkejut hingga berteriak, bagaimana tidak terkejut karena Alvin menarik tubuh Ryana hingga ia duduk di pangkuan Alvin lalu Alvin mengambil selimut yang ada di belakang Rayna dan menyelimuti Rayna.
"Mas Alvin ngagetin aja sih, udah tau aku dari tadi takut," ucap Rayna.
"Gak usha takut ada aku," ucap Alvin dan memeluk pinggang Rayna lalu ia mengambil laptopnya dan kembali bekerja.
Rayna yang ada di depan Alvin pun merasa nyaman dan membuat rasa takutnya berkurang, karena terlalu nyaman tanpa sadar Rayna bersandar di dada bidang sang suami. Apalagi Alvin yang terlihat tidak kesusahan sama sekali, padahal tangan kirinya menahan pinggang Rayna dan tangan kananya fokus pada laptop.
"Mas," panggil Rayna.
"Hem?" tanya Alvin.
"Kam itu ada lilin, Mas keliling kompleks ya terus nanti aku yang jaga lilinnya, hihihi," ucap Rayna yang tersenyum geli dengan ide anehnya itu.
"Emang kamu berani disini sendiri kalau aku keliling?" tanya Alvin.
"Ya gak lah, aku bakal ikutin kemanapun kamu pergi, lagipula tadi aku cuma asal aja ngomongnya," ucap Rayna.
"Kalau aku gak masalah keliling kompleks, tapi kalau kamu berani ditinggal," ucap Alvin.
"Jangan dong, tega banget sih mau ninggalin istrinya di rumah sendirian, nanti kalau aku di bawa hantu atau gak penjahat gimana, kamu mau jadi duda," ucap Rayna.
"Ya, mau gimana lagi," ucap Alvin.
"Ish, belum juga enak-enak udah mau cari istri baru aja," ucap Rayna lalu menutup mulutnya ketika sadar apa yang baru saja ia katakan.
Alvin ya g awalnya fokus pada laptop pun langsung berhenti dan menatap lekat Rayna, "Bilang apa tadi?" tanya Alvin.
"Bilang apa? gak bilang apa-apa kok," ucap Rayna.
"Kamu mau sekarang? mumpung suasana di luar lagi hujan terus mati lampu," ucap Alvin dan mendekatkan wajahnya pada Rayna.
Rayna yang merasa Alvin semakin mendekat pun ia perlahan menjauhkan kepalanya, namun sayang kepalanya ditahan oleh tangan Alvin. Lama kelamaan wajah Alvin dan Rayna semakin dekat bahkan keduanya bisa merasakan hembusan napas mereka.
Tinggal sejengkal saja bibir mereka akan menyatu tiba-tiba lampu menyala dan Rayna akhirnya daoat melihat jelas wajah Alvin di hadapannya bahkan hidung mereka sudah bersentuhan dengan cepat Rayna menjauhkan wajahnya dan turun dari pangkuan Alvin lalu berdiri dan ingin pergi ke kamarnya.
Namun, di tengah rasa gugup dan canggungnya tiba-tiba tangan Rayna ditarik oleh Alvin dan detik itu juga bibir mereka saling menyatu, Rayna yang ada di pangkuan Alvin pun terkejut bukan main karena bibir mereka yang benar-benar menempel.
Secara perlahan, Rayna pun mulai membalas ci*man tersebut meksipun kaku hingga tiba-tiba Alvin mengigit bibir bawah Rayna dan membuat Rayna membuka mulutnya lalu Alvin pun mulai memimpin ci*mannya ini, suasana begitu hening hingga suara decapan mereka terdengar jelas hingga beberapa saat pagutan tersebut pun terlepas karena Rayna yang sudah hampir kehabisan napas.
Setelah pagutan tersebut terlepas, Rayna pun menghirup udara sebanyak-banyaknya dan disaat itu pula tiba-tiba tangan Alvin mengusap bibir Rayna yang sudah bengkak itu.
"Sakit?" tanya Alvin.
"Sakit lah, kenapa Mas gigit bibirku sih?" tanya Rayna kesal.
"Biar mulutnya kebuka," ucap Alvin.
"Iya, tapi sakit," ucap Rayna.
"Maaf," ucap Alvin.
"Ish, jangan minta maaf. Aku jadi merasa bersalah nanti," ucap Rayna.
"Kenapa merasa bersalah?" tanya Alvin.
"Ya, kita udah nikah masa Mas ci*m aku aja harus minta maaf sih," ucap Rayna.
"Aku tau kita udah nikah dan aku udah punya hak atas kamu, tapi aku gak mau jadi suami yang hanya mementingkan diriku sendiri, kalau kita melakukan apapun harus atas izin keduanya, kamu setuju, aku juga setuju, paham," ucap Alvin.
"Paham," ucap Rayna.
"Mau dilanjut apa gimana?" tanya Alvin.
"Gak bisa ya, aku sekarang lagi datang bulan," ucap Rayna.
"Kamu betah ya duduk disini," ucap Alvin.
Seketika Rayna pun sadar dan menjauh dari Alvin, "Aku gak tau, Mas ya yang narik tanganku tadi," ucap Rayna dan berlari masuk ke dalam kamar.
Di dalam kamar, Rayna senyum-senyum sendiri. "Malu banget aku, ci*man pertamaku diambil Mas Alvin, Mama bibir anakmu udah gak perawan lagi," ucap Rayna dan menahan untuk tidak teriak.
Disisi lain, Alvin yang masih ada di luar kamar pun menetralkan detak jantungnya, "Ayo Vin sadar," gumam Alvin dan tersenyum jika kembali mengingat apa yang baru saja ia lakukan.
Bukan hanya Rayna, tapi bagi Alvin ci*man tadi adalah ci*man pertama baginya. Padahal Alvin tadi hanya ingin menggoda Rayna di saat mati lampu, namun justru Alvin sendiri yang tergoda pada Rayna dan entah keberanian dari mana Alvin menarik tangan Rayna lalu menci*m bibir ranum tersebut yang dapat Alvin pastikan jika ini juga pertama kalinya bagi Rayna karena Rayna masih kaku.
"Dia gak mikir aku lecehkan kan? aku suaminya, jadi gapapa kan aku ci*m dia tadi, terus kenapa dia lari? apa dia gak suka aku ci*m," gumam Alvin.
Begitulah Alvin, tidak tau jika Rayna berlari karena malu, gugup dan senang disaat yang bersamaan.
.
.
Bersambung..........
ᴏ ᴋᴋ ᴠɪsᴜᴀʟ ɴʏ ᴍɴ