NovelToon NovelToon
Ketika Takdir Kembali Memilih

Ketika Takdir Kembali Memilih

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat / Nikahkontrak / Nikahmuda / Single Mom / Wanita Karir
Popularitas:6.6M
Nilai: 4.7
Nama Author: Rosee_

Novel Ketiga

Berdasarkan survei, sedia tisu sebelum membaca😌

--------
Mencintai, lalu melepaskan. Terkadang cinta itu menyakiti, namun membawa kebahagiaan lain di satu sisi. Takdir membawa Diandra Selena melalui semuanya. Merelakan, kemudian meninggalkan.

Namun, senyum menyakitkan selalu berusaha disembunyikan ketika gadis kecil yang menjadi kekuatannya bertahan bertanya," Mama ... apa papa mencintaiku?"

"Tentu saja, tapi papa sudah bahagia."

Diandra terpaksa membawa kedua anaknya demi kebahagiaan lainnya, memisahkan mereka dari sosok papa yang bahkan tidak mengetahui keberadaan mereka.

Ketika keegoisan dan ego ikut andil di dalamnya, melibatkan kedua makhluk kecil tak berdosa. Mampukah takdir memilih kembali dan menyatukan apa yang telah terpisah?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rosee_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Menyesali Keputusan

"Dian ..." lenguhan lirih Nico membuat Dian segera mendekat. Pria itu masih belum sadarkan diri, tapi mengigau dalam tidurnya.

"Jangan pergi ... jangan tinggalkan Papa, Nak ...."

Dian terpaku di samping ranjang. Dulu ia melakukan apa yang dirinya inginkan tanpa perlu menyesal. Tidak ada kata penyesalan dalam kamus hidupnya. Jika berani membuat keputusan, maka juga harus berani menanggung resiko.

Tapi hari ini, untuk pertama kalinya ia menyesali keputusannya. Jika tahu akhirnya akan seperti ini, ia takkan pernah mengalah. Ia salah karena berpikir Nico akan bahagia setelah dirinya pergi, namun pria itu justru menderita. Menderita melebihi dirinya.

Ia bisa sedikit melupakan dan terobati berkat kehadiran anak-anaknya, tapi Nico? Pria itu hanya sendirian. Dian mengusap pelan air mata Nico yang keluar dari sudut matanya dengan ujung jari.

"Aku disini, jangan takut," ujar Dian lirih penuh kelembutan.

"Dian ... aku mencintaimu. Jangan pergi."

Kekehan kecil Dian yang diiringi lelehan bening akhirnya tak dapat ditahan kembali. Jika Nico mengucapkan nya lima tahun yang lalu, mungkin mereka sudah bersama.

"Orang bilang cinta dan benci itu berbeda tipis. Bagaimana jika aku mencintaimu, namun sebenarnya itu benci?"

Wanita itu menggenggam hati-hati tangan Nico yang berbalut infus dan mengusapnya perlahan.

"Bagaimana jika keduanya? Karena sikap kasarku juga berlaku padamu."

"Nona." Dian segera menghapus kasar air matanya saat mendengar suara ketukan. Dian keluar melewati Roby dan duduk di sofa yang berada cukup jauh dari kamar seraya menyuruh Roby mendekat.

Dian menyilangkan kakinya. Tangannya bertumpu di senderan sofa untuk menopang kepalanya. Dian terus menatap Roby hingga pria itu duduk di depannya.

"Bagaimana kabarmu, Rob?" Dian tersenyum miring. Roby balas menatapnya tanpa takut.

"Saya baik, Nona. Terima kasih sudah bertanya."

Dian mengangkat sebelah alisnya. "Apa aku salah mengingat jika kau dulu pernah memanggilku nona?" Dian sok berpikir.

Roby paham maksud wanita itu. Pria itu menghela nafas pelan. "Status saya dengan nona sudah berbeda. Maaf karena berlaku tidak sopan di masa lalu." Roby sedikit menunduk.

Dulu hubungan mereka cukup baik. Roby melindunginya seperti seorang kakak. Tidak ada tuan dan nyonya dalam pertemanan mereka.

"Wow, masih tentang kasta rupanya."

"Saya pernah tidak sopan pada pewaris keluarga Hanasta."

Siapa yang tidak terkejut jika mengetahui wanita yang pernah menjadi nyonya di kediaman Abraham rupanya adalah seorang konglomerat. Wanita itu bahkan diperlakukan bagai pembantu karena mengira usulnya tidak jelas.

Roby memang sudah merasa jika Dian tidak sesederhana itu. Nyonya Mita begitu kasar, tapi Dian masih bisa tersenyum tanpa rasa sakit. Bahkan mencoba menghindar pun tidak. Dian menerima begitu saja perlakuan mereka.

Sekarang semua sudah jelas. Wanita yang tampak arogan di depannya inilah Dian yang sebenarnya. Wanita itu membiarkan lawannya berada di atas angin lebih dulu, lalu membiarkan mereka jatuh hingga meninggalkan luka.

"Kau lihat jendela itu?" Dian menunjuk jendela besar yang terbuka lebar. Roby yang tidak bisa menebak hanya mengangguk. "Bagaimana jika aku menjatuhkan mu dari sana?" Dian tersenyum menyeringai.

"No– nona. Akhh!" Roby jatuh dari kursinya karena terkejut oleh Dian yang berdiri tiba-tiba. Tubuhnya refleks bergerak karena takut

Wanita itu tertawa puas dan duduk kembali ke tempatnya. "Kau takut? Payah!" sentaknya. Roby kini merasakan sendiri ketakutan orang-orang yang menghindari Dian. Selain bicaranya yang sesuka hati, wanita ini bisa melakukan apa saja tanpa memikirkan perasaan.

"Panggil aku Dian! Aku bukan nona mu!"

"Saya tidak bisa, Nona." Pria itu belum berdiri dari posisinya.

Dian mengangguk. "Kalau begitu aku pergi saja. Lagipula aku hanya dianggap orang asing yang bergelar nona." Berdiri.

"Jangan seperti itu, Nona. Kondisi tuan belum membaik. Bisa saja bertambah jika tahu Nona pergi lagi."

Wanita itu memberi senyuman. "B-u-k-a-n u-r-u-s-a-n-k-u!" Memperlambat setiap ucapannya, lalu berbalik pergi.

Roby mengumpat dalam hati. Bodoh! Tentu Dian tidak peduli.

"Baiklah! Dian," putus Roby akhirnya. Dian berbalik kembali menghadap Roby yang sudah berdiri. "Good boy. Jadi ingatlah baik-baik. Jangan membicarakan tentang status di depanku. Aku hanya Dian, bukan tuan Puteri."

"Tapi bisakah aku memanggil begitu jika hanya ada kita. Dulu juga seperti itu, kan." Roby masih mencoba bernegosiasi. "Ok," jawab Dian singkat. Wanita itu kembali ke kamar Nico.

-

-

-

-

-

"Lily, kau sedang apa?"

Mita kagum mendengar tus tus piano dari ponsel Lily. Gadis kecil itu memainkan nada yang tak pernah Mita dengar dengan jari kecilnya yang menari di layar ponsel.

"Lily sedang berlatih, Nyonya. Lily akan tampil di acara pesta ulang tahun perusahaan Hanasta."

"Really?!" Mita tak menyangka gadis kecil seperti Lily sudah memiliki koneksi sejauh ini. Lily hanya tersenyum tanpa berniat menjelaskan. Sudah jelas karena ia merupakan cucu dari pemimpin tertinggi.

"Kami juga di undang. Oma jadi tidak sabar melihat penampilan mu."

"Hm, semoga semua menyukainya."

"Tentu saja suka. Oma akan bertepuk tangan untuk Lily."

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

1
Liz Ayu
memang benar jika dari kecil diajarkan berfikiran terbuka dan menerima apa adanya nantinya akan jadi orang yang bijaksana
Roka Ayah
semoga sukses
Firma
keren.....
Nismawati
Luar biasa
CikCintania
nikmati saja penyesalan mu Nico🤭🤭
sang penikmat
Luar biasa
Pur Wanti
karya mu bagus tetap semangat aku suka
Kusii Yaati
benar Thor ini kan dunia novel di mana semua terserah author mau nulis apa!yg penting masih bisa di pahami ceritanya, yg penting hati author seneng dan bebas berkarya 😊
Arkha Juna
Cerita terlalu berbelit" terlalu banyak drama
Arkha Juna
aku lompat aja part y
Nanik Lestyawati
keren
Arfanacaina_w
cerita kakak selaku bagus
pipi gemoy
👍🏼👏🏼🙏🏼☕
pipi gemoy
mampir Thor
Mr.VANO
bagus cerita novelmu thor
Mr.VANO
ini cerita awal petaka terjadi
Mr.VANO
baru bab pertama sdh menarik
Mazree Gati
tak membaca flasback
Inyhhlstryyy
Ngapain Bella ada di sini? nanti di cariin sama Alex loh pulang Belle pulang/Curse//Curse/
Inyhhlstryyy
Kalau boleh tau umur Nico brp Thor?
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!