NovelToon NovelToon
Penjahat As A Sister

Penjahat As A Sister

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi / Reinkarnasi / Cerai / Mengubah Takdir / Transmigrasi ke Dalam Novel / Penyesalan Suami
Popularitas:2.9k
Nilai: 5
Nama Author: Blesssel

Pantas saja dia sudah merasa curiga pada sampul buku itu yang tidak biasa. Alih-alih sekedar buku cerita biasa, ternyata itu adalah buku kehidupan terbuka dari masa depan beberapa orang, termasuk Victoria Hain. Sebuah tokoh dengan nama yang sama dengannya.
Sebuah tokoh yang kini dihidupi oleh jiwanya.

“Astaga, jadi aku adalah kakaknya antagonis?”
Adalah informasi paling dasar dalam cerita ini.

Alih-alih sebagai pemeran utama, Victoria Feyar berakhir menjadi kakak dari antagonis perempuan bernama Victoria Hain, yang akan mati depresi karena sikap dingin suaminya.

“Baiklah, mari kita ceraikan Kakak protagonis pria sebelum terlambat.” Adalah rencana Victoria, demi melindungi dirinya dan adik pemilik tubuh dari dua Kakak beradik pencabut nyawa.

Untungnya ini berhasil, meski bertahun kemudian Victoria dibuat kesal, karena mereka tidak sengaja kembali terlibat dalam situasi utama pada konflik cerita itu dimulai.

“Kakak Ipar, mohon bantu kami....”
-
“Dalam mimpimu.” -- Victoria.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Blesssel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 14

“Este berhentilah menangis, … bukannya kakak meremehkan syok yang ada padamu, perasaanmu, atau harga dirimu, tapi kita harus bersyukur bahwa Kakak ada disana tepat waktu untuk menghajar bajingan kecil itu.”

Estella yang mendengar itu mengangguk meski masih sesegukan. Victoria yang melihat adik pemilik tubuh sudah lebih baik, membuka kedua tangannya untuk memberi pelukan.

“Kakak kau hebat sekali, terimakasih.”

Victoria menepuk punggung Estella dengan sayang, “Sudah, jangan khawatir lagi. Sekarang kamu mengertikan maksud Kakak? Keluarga ini bukan tempat kita dan tempat ini bukan tempat kita, itulah kenapa kita harus pergi dari sini.”

Estella yang mendengar ini mengangguk dalam pelukan Victoria lagi, tapi tetap saja penuh pertanyaan. “Apa nanti setelah Kakak bercerai kita akan pergi ke tempat yang lebih baik? Maksudku tempat yang nyaman dan—”

“Oh, oh, oh … batasi imajinasimu.” Victoria dengan cepat mendorong Estella dari pelukannya, manakala gadis itu mulai bicara mengenai tempat yang lebih baik.

Dia adalah Victoria si penjahat, hampir tidak mungkin memiliki tempat yang lebih baik.

“Kakak tidak bisa berjanji itu tempat yang lebih baik, tapi Kakak berjanji itulah tempat yang sangat aman khususnya untukmu. Jadi jangan khawatir,” janji Victoria.

Tentu saja dia tidak bisa berjanji bahwa itu akan menjadi tempat yang nyaman. Masa depan yang coba Victoria rencanakan, masihlah masa lalu yang merupakan bagian dari dirinya sendiri. Jadi dia tidak bisa berjanji pada Estella kalau itu akan jadi tempat yang baik. Karena memang, tidak ada rumah yang baik untuk seorang pedagang senjata, apalagi pedagang senjata bawah tanah.

Pada akhirnya, walaupun Victoria sadar akan hal ini tapi dia tidak memiliki pilihan lain. Karena ini satu-satunya hal yang dia kuasai yang bisa menjadikannya cepat kaya, di dunia tempat jiwanya terdampar saat ini.

Raphael yang tidak sengaja mendengar percakapan keduanya dari depan pintu, sampai-sampai harus mengurungkan niatnya semenjak tadi. Wajahnya ada di antara kagum dan terkekeh. Dia kagum mendengar keteguhan hati Victoria, tapi masih tidak percaya bahwa wanita yang cengeng dan lemah sepertinya memiliki sisi seperti ini.

Tapi saat dia masih jatuh dalam pemikirannya sendiri, dia tiba-tiba dikejutkan dengan Victoria yang membuka pintu tiba-tiba. Beruntungnya meski sama-sama kaget, tapi reaksi Victoria sangat terkontrol. Setidaknya ini membuat Raphael tidak terlalu malu, apalagi pada Estella yang menatapnya dengan tuduhan menguping. Ya walaupun sudah termasuk begitu.

Raphael menggaruk hidungnya canggung. “Eh aku baru sampai, ingin mengecek—”

Victoria tahu itu janggal, tapi dia masih mengingat Raphael sebagai sumber keuangannya, jadi dia akan menyetujui apapun yang dikatakan pria itu saat ini.

“Terimakasih, Estella sudah beristirahat. Bagaimana kalau kita bicara di bawah saja.”

Raphael tanpa sadar langsung mengikuti langkah Victoria. Bahkan ketika Victoria tanpa bertanya langsung menentukan ruang kerja Raphael, sebagai tempat pembicaraan. Padahal yang paling dia benci sebelumnya, adalah berbicara berdua dengan Victoria.

Kini meninggalkan Estella, berdua mereka duduk saling berhadapan.

Raphael secara cepat, meminta maaf pada Victoria untuk apa yang terjadi pada Estella. Bagaimanapun dia sangat malu, karena Allard masih berbagi nama belakang yang sama dengannya. Sementara Victoria dia tidak terlalu bermasalah dengan itu, karena dia tahu dia sudah mencegah yang terburuk dari yang bisa terjadi dalam buku masa depan itu. Tapi sebagai sopan santun, dia mengucapkan terima kasih karena sudah membiarkan Allard bertanggung jawab terhadap tindakan yang dilakukannya.

“Mm, apa itu saja? Tidakkah kamu atau Estella ingin meminta sesuatu atas apa yang terjadi?”

Mendengar ini alis Victoria bertemu dalam rasa kesal. Dia memang ingin meminta sesuatu, tapi tidak ada hubungannya dengan Allard dan Estella. Beruntung hanya dengan beberapa kata topik akhirnya berganti pada isi makan malam tadi.

“Sejujurnya aku masih tidak mengerti, bagaimana kamu membuat Paman dan Bibi marah begitu cepat dengan membahas hal-hal tadi?” Pancing Raphael, yang sebenarnya sudah mengerti duduk perkara.

Jika Raphael ingin bermain tanya jawab dengannya, Victoria sama sekali tidak. Dia tidak menyukai permainan dengan keluarga Hain, dan hanya berencana untuk segera pergi dari sini secepatnya.

“Apapun itu kau menyukainya bukan?”

Raphael terkekeh sebagai jawaban.

“Jadi benar, Allard bukan anak kandung mereka?”

Victoria tidak menjawab langsung pada point. “Untuk informasi ini, bukankah seharusnya aku mendapat hadiah?

Alis Raphael terangkat naik mendengar pernyataan terbuka Victoria. Meskipun dia sangat senang dalam hati dan sudah tahu kebenaran, dia ingin mendengar langsung dari mana Victoria mendapatkan informasi yang bahkan tidak dia ketahui itu. Namun melihat gelagat Victoria yang tampak malas dan tidak sabar, dia tahu bahwa wanita di depannya menolak membahas langsung, dan ini membuatnya terganggu juga.

Jadi alih-alih menjawab sesuai keinginan Victoria, dia memilih mengganggu wanita itu. “Tadi itu bukan hal besar, dan tidak ada kesepakatan di sana. Jadi kenapa aku harus memberimu hadiah?”

TIDAK BERGUNA! Umpatan penuh celaan itu bergema keras di hati Victoria, tapi begitu wajahnya datar-datar saja.

“Sudahlah kalau begitu.” Tepat setelah mengatakan itu Victoria berdiri hendak pergi. Kalau saja dia masih tidak menunggu harta setelah perceraian, dia bersumpah akan membiarkan malam mencekik Raphael.

Raphael yang melihat perubahan mood begitu cepat ini juga terkejut. Tadinya dia pikir Victoria akan melakukan beberapa aksi tawar menawar, atau Victoria yang dulu akan mencoba menjual air matanya. Tapi melihat wanita itu hendak pergi tanpa perjuangan apapun, Raphael langsung memblokir jalan.

“Apa tidak ada sesuatu untuk dikatakan lagi?”

Victoria memaksa naik senyumannya dan menggeleng. Dia hendak pergi lagi, tapi kali ini ditahan Raphael pada lengannya. Besar kekuatan yang tidak seimbang, membuat Victoria yang terkejut tidak mampu mempertahankan tumpuannya. Beruntung Raphael lebih dari sigap, dia menahan pinggang wanita yang masih menjadi Istrinya itu.

Ada ekspresi komplit di wajah Raphael yang dikira Victoria bahwa pria itu sedang tidak senang, karena harus menanggung beban dari berat badannya. Dengan pemikiran ini, Victoria dengan cepat meluruskan badannya dari pegangan romantis seperti Cinderella. Lagi, dia tidak mau mengatakan apapun dan hendak pergi.

Tapi kali ini Raphael, benar-benar menahannya.

“Baiklah, hadiah apa yang kamu inginkan?”

Victoria yang sudah berdiri di depan pintu selangkah menuju keluar, dibuat senang dengan ucapan Raphael. Tapi dia tidak memiliki niat sama sekali untuk mendekat lagi. Jadi hanya berdiri dari pintu dia mengutarakan permintaannya.

“Aku ingin membeli sebuah tanah.”

Raphael terkejut tapi masih tidak memiliki ekspresi apapun. “Tanah? Itu yang kau minta?”

“Mm.”

Melihat anggukkan mantap itu, Raphael jadi berpikir sebesar apa tanah yang ingin dibeli itu. Tapi seolah bisa membaca pikiran, Victoria menyambung ucapannya. “Itu bukan tanah yang besar, dan masih mampu dibeli dengan kartu kredit yang kau berikan?”

Mendengar ini, Raphael semakin tidak mengerti.

“Lalu?”

“Aku akan menggunakan kartu kredit milikmu untuk pertama kali, hanya sebuah peringatan agar kau tidak terkejut. Tanah ini ingin ku jadikan salah satu asetku untuk persiapan perceraian nanti. Maaf karena harus membeli lebih awal, kau bisa memotong dari tunjangan perceraian kita nanti.”

Raphael akhirnya mengerti apa yang dikatakan oleh Victoria. Hanya saja, sesungguhnya kartu kredit yang ada padanya bukan milik Raphael, tapi milik sang Kakek, yang pria itu titip untuk berikan pada Victoria.

1
Blesssel
Walaupun nggak komen, jangan lupa di like, di vote di hadiah ayo apa kek terserah! biar penulis tahu ada yang nunggu update
D'nindya Idsyalona
lnjut
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!