Arabella Brianna Catlin Hamilton saat ini tengah tersenyum sumringah dan perasaanya amat sangat bergembira.
Bagaimana tidak? Hari adalah hari anniversary kedelapan dari hubungannya dengan kekasih sekaligus teman masa kecilnya— Kenan Kelvin Narendra.
Namun, hatinya tiba-tiba hancur berkeping-keping ketika Kenan memutuskan hubungan dengannya tanpa alasan yang jelas. Kemudian, Bella mengetahui bahwa lelaki itu meninggalkannya demi wanita lain— seseorang dari keluarga kaya raya.
Karena tidak tahan dengan pengkhianatan itu, Bella menghilang tanpa jejak.
Dan enam tahun kemudian, Bella kembali sebagai seorang pengacara terkenal dan berusaha balas dendam kepada mereka yang berbuat salah padanya— keluarga si mantan.
**
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Violetta Gloretha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Jatuh cinta ke 2×
"Bagaimana kamu bisa sampai disini, hm?." Tanya Kenan pada gadis kecil yang berdiri didepannya itu.
Kenan menengok kebelakang dan memperhatikan bahwa tidak ada orang dewasa yang mengikutinya. Tiba-tiba perasaan yang ingin melindungi muncul dalam diri Kenan dan dia mengernyitkan dahinya ketika berpikir bagaimana Bella membiarkan putrinya berkeliaran sendirian dimalam hari seperti ini?.
"Bibi Nita yang menemaniku bertemu Mommy." Jawab Stevia, menatap Kenan.
Aroma makanan dan kue-kue tiba-tiba menyebar di udara dan ketika Stevia mencium aroma makanan itu, perutnya keroncongan.
Kenan yang menyadari dari mana suara itu berasal pun bertanya dengan nada yang lembut. "Apa kamu lapar? Kamu belum makan apa pun?."
Stevia menggelengkan kepalanya. "Aku ingin menunggu Mommy, tapi Mommy tidak cepat pulang."
"Baiklah, ayo!." Kenan mengulurkan tangannya. "Bagaimana kalau paman membelikan makanan untuk mu dulu, lalu kita bisa pergi menemui Mommy? Mommy kamu sedang sibuk, jadi jangan ganggu dia."
Beberapa menit kemudian, Kenan dan Stevia telah duduk disalah satu meja. Stevia terlihat begitu menikmati segelas susu hangat dan hidangan penutup dihadapannya, sementara Kenan menikmati segelas kopi dingin.
Pandangan Kenan tertuju pada Stevia yang menikmati makanannya. Dia mengamati gadis kecil itu dan dia juga semakin yakin bahwa Stevia sangat mirip dengan ibunya.
'Apakah ini sebabnya aku sangat menyayangi dia? Kenapa dia sangat mirip dengan wanita yang aku cintai?.' Tanya Kenan dari dalam benaknya.
Kenan tak tahu mengapa, tetapi ada sesuatu tarikan yang dirinya rasakan setelah kali memandangi Stevia. Mereka seakan seperti memiliki hubungan, tetapi Kenan tidak tahu mengapa dirinya merasakan perasaan seperti itu.
Saat Stevia mengatakan jika dia sudah kenyang dan berhenti makan, Kenan memanfaatkan kesempatan itu untuk bertanya pada Stevia. "Paman ingin tahu, siapa Daddy kamu? Dan dimana dia?." Meski Kenan merasa tidak enak karena mencoba mendapatkan informasi untuk kepentingannya sendiri pada anak kecil. Tetapi dia perlu tahu siapa lelaki yang Bella maksudkan.
Stevia mendecakkan bibirnya, susu yang dia minum membentuk kumis diatas bibirnya. Melihat itu, Kenan meraih tisu dan menyeka susunya dengan lembut.
Kenan mengernyitkan dahinya ketika melihat mata Stevia berkaca-kaca. "Mommy bilang, Daddy ada di surga. Jadi, aku tidak punya Daddy dan Mommy kesepian."
Jantung Kenan berdegup kencang. Entah mengapa, kata-kata itu membuatnya merasa tidak nyaman. Dia memang ingin menyingkirkan pria itu, tetapi tidak seperti itu.
Kenan mengulurkan tangannya dan membelai rambut Stevia, mencoba menenangkannya. "Maaf, paman sudah bertanya."
Stevia tersenyum, mengusap matanya. Dia tidak ingin Kenan merasa bersalah karena dirinya menangis.
Namun, fakta bahwa Bella masih sendirian membuat sesuatu harapan di hati Kenan. Dan dia yakin bahwa Bella akan segera menjadi miliknya lagi.
"Tidak apa-apa, paman baik. Aku akan berusaha keras untuk mencarikan Mommy seorang suami. Dan dia akan menjadi Daddy ku, lalu Mommy tidak perlu bekerja keras lagi." Kata Stevia. Dia memang masih kecil, tetapi dia seakan memiliki sebuah pemikiran yang dewasa.
Kenan mengangkat sebelah alisnya setelah mendengar pernyataan Stevia. Lelaki itu kemudian terkekeh. "Apa menurutmu Mommy perlu bantuan untuk mencarikan kamu Daddy baru?."
"Ya, Mommy selalu sibuk bekerja atau mengurusku. Dia sama sekali tidak punya waktu untuk mencari Daddy baru." Kata Stevia terlihat cemberut. Dia mendongak menatap Kenan. "Apa paman mau menjadi suami Mommy?."
Kenan hampir tersedak dengan salivanya sendiri. Apakah gadis kecil ini baru saja melamarnya atas nama ibunya?.
"Kenapa paman diam saja? Bukankah paman ingin menjadi Daddy ku? Lalu kenapa paman juga begitu tertarik dengan Mommy?." Tanya Stevia.
Kenan terkekeh lagi, terkejut dengan pertanyaan mendadak yang gadis kecil itu lontarkan. "Bagaimana kamu tahu kalau paman tertarik pada Mommymu?."
"Ya... paman tidak akan mengobrol denganku tentang hal ini kalau paman tidak tertarik. Kebanyakan lelaki dewasa akan lari ketika mengetahui kalau Mommy adalah seorang ibu tunggal." Stevia mengangkat kedua bahunya.
Inikah yang dialami Bella karena keputusannya memutuskan hubungan mereka enam tahun yang lalu? Apakah mungkin dia terpaksa bersama dengan lelaki lain karena terluka dan merasa kehilangan?.
Membayangkan apa yang mungkin telah dialami Bella membuat rasa bersalah memenuhi hati Kenan, seutuhnya.
Ini semua salahnya.
*
Di sisi lain, Bella yang tengah asyik mencari bukti tiba-tiba mendapatkan telepon dari Nita, sahabatnya.
"Iya, halo Nita. Bisa kita bicara nanti saja? Aku sedang sib—"
"Stevia ada di perusahaan. Dia ingin bertemu denganmu, jadi aku membawanya ke sana." Kata Nita memberitahu nya.
Kedua mata Bella terbelalak dan jantungnya semakin berdetak kencang. "Nita! Bagaimana kamu bisa membawa dia ke sini lagi? Sudah kubilang dia tidak boleh bertemu dengan Kenan atau keluarganya!." Bentak Bella pada Nita, dia jelas-jelas terlihat marah.
"Dia menelponku dan suaranya terdengar sedih karena kamu melewatkan makan malam bersamanya. Jadi, aku berjanji akan membawa dia kesana. Sekarang dia sudah ada di sana, cepat kamu temui dia, lalu pulang untuk makan malam bersama. Dan aku ingatkan lagi ya Bella.... jangan terlalu banyak bekerja."
Saat memutuskan sambungan telepon mereka. Diseberang sana, Nita tersenyum. Karena Nita telah sengaja membimbing Stevia berada disekitar gedung ketika mengetahui Kenan berada disana dan dia bersembunyi ketika Stevia berinteraksi dengan Kenan. Lalu mengeluarkan buku catatannya dan menulis sesuatu di kertas tersebut.
Sementara itu, setelah mendapatkan telepon dari Nita Bella segera mengemasi barang-barangnya kedalam tas dan pergi meninggalkan ruang kerjanya untuk mencari putrinya. Dia hampir panik, tetapi tiba-tiba mendengar suara tawa dan cekikikan yang akrab terdengar dari kafe perusahaan.
Perasaannya tidak tenang ketika memikirkan kemungkinan yang telah terjadi. Dia melihat Kenan dan putrinya sedang mengobrol dengan riang gembira seolah-olah mereka sudah saling kenal dari lama.
Rasa takut merayapi pikiran Bella. Dia berjalan menghampiri mereka dan raut wajahnya terlihat marah. Sesampainya di meja itu, Bella langsung menggendong Stevia.
Dan melayangkan tatapan tajamnya kearah Kenan. "Kenan! Aku tidak ingin kamu mendekati putri ku! Jauhi dia dan menjauhlah dariku!."
Setelah itu, Bella berbalik dan berjalan pergi dengan tetap menggendong Stevia.
Kenan mengernyitkan dahinya setelah melihat reaksi Bella yang seakan berlebihan baginya. Dan saat itu juga, dia merasa curiga. Mengapa Bella selalu gelisah setiap kali dirinya mengobrol dengan putrinya?..
***
Seminggu kemudian...
Sudah lama sejak Kenan melihat Bella di kantor. Menyadari tatapan permusuhan yang Bella perlihatkan padanya, Kenan memutuskan untuk memberinya waktu beberapa hari untuk menenangkan diri.
Sekarang, Kenan merindukan Bella. Dan memutuskan untuk pergi menemui Bella hari ini. Jadi, Kenan meninggalkan ruangannya dan pergi ke departemen hukum.
Ketika Kenan sampai di departemen hukum, dia menemukan pintu ruangan Bella sedikit terbuka. Saat masuk kedalam, Kenan tidak menemukan Bella di belakang meja kerjanya. Karena Bella tengah berdiri didekat jendela besar transparan. Namun, ada sesuatu yang aneh pada dirinya. Hanya ketika Kenan berjalan mendekatinya, barulah lelaki itu menyadari keanehannya. Bella ternyata tengah tersenyum.
Sudah sangat lama Kenan tidak melihat Bella tersenyum tanpa alasan. Sejak mereka bertemu kembali, yang dilakukan Bella hanyalah menekuk wajahnya dan membentaknya. Bella hanya tersenyum ketika dia sedang bersama dengan Stevia.
Melihat senyuman khas Bella dan ketika sinar matahari menyinari wajahnya melalui jendela. Wanita itu nampak menakjubkan dan sejauh ini hanya Bella wanita tercantik yang pernah Kenan lihat.
Kenan menghentikan langkahnya ketika mengetahui alasan Bella tersenyum begitu manis itu. Ternyata Bella sedang berteleponan, mengobrol dengan seseorang dan bukan putrinya.
"Galvin, ayolah. Jangan melucu." Bella terkikik
'Galvin? Siapa bajiangan itu?.' Batin Kenan dan dia merasa cemburu.
"Hm... baiklah, karena aku sekarang berada kota Brentwood, kita akan pergi sesuai tanggal yang aku janjikan padamu." Kata Bella ditelpon sambil menggigit bibir bawahnya, terlihat malu-malu.
Kemarahan berkobar dalam diri Kenan. Tanpa berpikir panjang, dia melanjutkan langkahnya mendekati Bella, merebut ponsel Bella dan langsung memutuskan panggilan mereka.
"Kenan! Apa-apaan ini?." Bella mengernyitkan dahinya ketika dia berbalik badan dan menemukan Kenan ada dibelakangnya. "Kenapa kamu merebut ponselku dan apa yang kamu lakukan di ruangan ku?."
Kenan menatap Bella, melawan keinginannya untuk memeluk Bella. Kenan selalu ingin memeluk Bella setiap mereka bertemu. Tetapi mengetahui Bella berteleponan dengan orang lain, Kenan perlu melawan keinginannya itu. Lelaki itu kemudian mengembalikan ponsel Bella dan menyatakan. "Jangan berkencan dengan lelaki lain."
"Siapa kamu sampai berani melarangku seperti ini? Dalam wewenang apa kamu melarangku berkencan dengan lelaki lain? Karena sejauh yang aku ketahui, aku adalah wanita dewasa dan bisa pergi dengan siapa pun yang aku mau." Balas Bella, melipat kedua tangannya didada. "Kamu pikir, kamu ini siapa? Kamu bukan siapa-siapa bagiku!."
Kenan melangkah mendekat, tubuhnya hampir bersentuhan dengan tubuh Bella. Dan ketika itu terjadi, napas Bella tercekat saat aroma musky meresap kedalam hidungnya. Baunya sangat harum. Kehadiran Kenan begitu luar biasa hingga membuat Bella tidak bisa berpikir jernih selama beberapa detik.
Namun demikian, Kenan tidak menyadari reaksinya yang berlebihan terhadap apa yang Bella lakukan.
"Tidak lama, sebentar lagi. Aku akan membuatmu jatuh cinta padaku lagi." Kata Kenan, suaranya terdengar purau dan dia menyeringai penuh percaya diri.
Cara Kenan yang mengatakannya depan penuh keyakinan justru membuat amarah dalam diri Bella meluap.
"Menjauhlah dariku! Aku membencimu!." Sergah Bella pada pria tinggi yang berdiri didepannya itu.
"Benci aku semaumu. Tapi kamu harus ingat kalau kamu hanya milikku! Dalam kehidupan ini dan kehidupan selanjutnya. Kamu hanya akan bisa menjadi wanitaku." Kata Kenan dengan suara rendahnya.
"Aku bukan milikmu! Aku tidak lagi menjadi milikmu setelah enam tahun yang lalu. Kamu sendiri yang memutuskan hubungan kita, apa kamu lupa?." Bentak Bella.
Sementara Kenan menyugarkan rambutnya kebelakang. "Apa kamu akan percaya kalau aku bilang, aku sangat menyesalinya? Dan sekarang, aku ingin kamu kembali padaku."
"Bermimpilah!." Bella menatap Kenan dengan tatapan dinginnya, ia begitu marah dengan keberanian lelaki itu.
Hubungan mereka telah berakhir enam tahun yang lalu dan bagaimana dia bisa berpikir jika dia masih memiliki kesempatan? Apakah dia benar-benar berpikir karena dia adalah orang yang tampan dan kaya, maka dia bisa memiliki wanita manapun yang dia inginkan?
"Jangan bilang aku tidak memperingatkan kamu, Bella. Kamu akan aman bersamaku dan aku yakin orang-orang yang berusaha mendekatimu, mereka hanya memanfaatkan kamu." Kata Kenan, sebelum akhirnya keluar dari ruang kerja Bella.
Ketika pintu telah tertutup. Bella menghela napasnya, jantungnya terus saja berdegup kencang dan wajahnya memerah.
Kenangan yang terjadi sebelum enam tahun yang lalu harus kembali teringat di kepalanya. Dimana Kenan saat dirinya membutuhkan lelaki itu? Dan bagaimana situasinya ketika putrinya membutuhkan seorang Ayah?.
Sementara dia menikmati posisinya menjadi ceo. Posisi yang dapat dia raih setelah meninggalkan Bella.
Kenan memang belum mengetahui tentang Stevia. Tetapi bagi Bella, lelaki itu telah menolak dirinya dan putrinya di hari dimana Kenan mengumumkan hubungan mereka yang sudah putus.
Mengapa Bella mengklaim jika Stevia hanya miliknya? Karena enam tahun kemudian ketika Bella sudah melupakan hubungannya dengan Kenan, yang wanita inginkan hanyalah Kenan dan keluarganya membayar setelah menghancurkan keluarganya. Jika bukan karena ulah mereka, dirinya tidak akan tumbuh di panti asuhan dan hidupnya tidak akan sesulit saat ini.
Beberapa saat kemudian, interkom di meja Bella berdering.
"Nona Bella, anda diminta hadir ke kantor CEO sekarang." Kata salah satu resepsionis yang berada di departemen hukum.
Bella mengernyitkan dahinya, ia beranjak dari duduk dan berjalan menuju ke ruang kerja Kenan. Dan memikirkan apa yang Kenan inginkan sekarang dari dirinya. "Apa dia ingin menjadi aku sebagai miliknya lagi?." Tanya Bella pada dirinya sendiri.
Ketika Bella sampai di depan ruang kerja Kenan. Dia mengetuk pintu terlebih dahulu sebelum masuk. Namun, begitu Bella masuk, dia terdiam ketika mengetahui Kenan sedang memiliki tamu.
Kenan mengarahkan pandangannya kearah pintu, raut wajahnya juga terlihat bingung. "Bella, apa kamu membutuhkan sesuatu?."
"Tidak, resepsionis bilang kamu memanggilku."
"Bukan, Ken yang memanggilmu. Tapi aku." Kata Sofia yang memang bertamu di ruang kerja Kenan bersama dengan Ayahnya— Adam Alferd. "Aku perlu menanyakan sesuatu padamu."
Kenan mengernyitkan dahinya. Lalu dia menoleh kearah Bella. "Aku tahu kamu sibuk, kamu bisa kembali bek—"
"Kami dengar Nona Bella adalah seorang pengacara terkenal. Putri saya membutuhkan bantuan anda untuk mengurus beberapa dokumen hukum. Anda tidak keberatan bukan, Nona Bella?." Adam ikut buka suara dan menjelaskan..
Sementara itu, Kenan dan Bella saling berbagi pandang. "Kamu tidak harus menyetujui."
"Kenapa tidak? Kalau aku bisa mendapatkan tambahan uang, aku menerimanya." Bella menanggapi dengan bahasanya yang tajam, duduk di kursi sofa dan mulai bergabung dengan pembahasan mereka.
Sofia tersenyum manis. Dia tampak malu-malu ketika melirik Kenan dan kemudian menoleh kearah Bella. "Bella, aku ingin kamu membuatkan perjanjian pranikah untuk aku dan Kenan sebelum kami menikah."