Menjadi perempuan yang selalu mengerti kesibukan pasangan, tidak banyak menuntut, mandiri, nyatanya tidak menjamin akan membuat laki-laki setia. Justru, laki-laki malah mencari perempuan lain yang dianggap lebih membutuhkan kehadirannya.
Eleanor Louisine —pemilik usaha dalam bidang fashion —owner Best4U.co —harus menerima kenyataan pahit bahwa kekasihnya sudah berselingkuh dengan sahabatnya.
Dalam keadaan kacau setelah mengetahui kekasihnya selingkuh, Eleanor pergi ke bar dan bertemu dengan Arkana Xavier —laki-laki berandalan yang sedang menikmati masa mudanya.
Paginya, Eleanor mendapati dirinya terbangun di dalam kamar bersama Arkana. Ia yang belum tahu siapa Arkana berpikir Arkana gigolo. Namun, ternyata Arkana adalah tuan muda kaya raya.
Dan gara-gara malam itu, Eleanor berakhir menjadi wanita tahanan sang tuan muda —Arkana Xavier.
Bagaimana kisahnya? ikuti terus ya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Candylight_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 3
"Alkoholnya belum bereaksi karena lo baru minum," ucap Arka memberitahu bahwa alkohol tidak secepat itu bereaksi pada tubuh peminumnya.
Secara umum, efek alkohol akan terasa dalam waktu lima belas menit sampai empat puluh lima menit. Sementara Eleanor baru beberapa menit lalu meminumnya.
"Iya, oke. Tapi tolong kasih gue wine nya segelas lagi," pinta Eleanor tidak terlalu mendengarkan perkataan Arka.
Emosinya sudah tenang, tapi hatinya masih merasakan sakit atas pengkhianatan yang sudah Kai lakukan. Selama ini, Ia selalu berusaha menjadi kekasih yang baik untuk Kai. Ia mengerti kesibukan Kai, tidak banyak menuntut. Namun, usahanya sia-sia. Kai justru berselingkuh dengan Cantika dibelakangnya. Sekarang Ia butuh alkohol untuk sejenak melupakan pengkhianatan Kai.
"Arka..."
"Oke, fine. Cuma segelas," Arka kembali menuangkan wine ke dalam gelas Eleanor. Mereka baru bertemu hari ini, tapi Arka tidak bisa menjadi dirinya sendiri di hadapan Eleanor.
Arka tidak berbohong mengaku dirinya bukan orang jahat, sayangnya Arka juga bukan orang baik. Ia berada di tengah-tengah antara baik dan jahat. Tergantung dengan siapa Ia berurusan.
"Makasih," Eleanor kembali meneguk habis wine nya setelah mengucap terimakasih pada Arka.
Tidak berselang lama, Eleanor merasa kepalanya sedikit pusing. Alkohol yang diminumnya mulai bereaksi. Arka yang menyadari itu mendekat dan menanyakan keadaan Eleanor.
"Lo baik-baik aja?" tanya Arka khawatir. Ia tidak pernah merasa sekhawatir ini terhadap orang lain yang baru dikenalnya.
"Iya, gue baik-baik aja. Cuma pusing sedikit," Eleanor tersenyum menatap Arka.
Mereka bertukar pandangan untuk beberapa saat, tanpa mengatakan apapun. Sampai Eleanor mengerjapkan matanya dan bicara.
"Kai," Eleanor mengangkat tangannya menyentuh pipi Arka.
"Kai?" kening Arka berkerut, "siapa Kai?"
Eleanor tidak menjawab. Pendengarannya menjadi kurang baik karena pengaruh alkohol.
"Sayang."
Arka merasakan sesuatu dalam dirinya saat Eleanor memanggilnya sayang. Arka tahu panggilan itu untuk laki-laki bernama Kai, bukan untuknya. Tapi masalahnya sekarang Eleanor bicara di hadapannya.
"El," Arka terkejut saat melihat Eleanor menangis setelah memanggilnya sayang.
"Kamu tahu kan aku sayang banget sama kamu?" tanya Eleanor lirih.
Oke, Arka bisa menyimpulkan jika laki-laki bernama Kai adalah alasan Eleanor datang ke bar dan sepertinya laki-laki itu sudah menyakiti Eleanor sampai membuat Eleanor menangis seperti ini. Entah luka seperti apa, yang jelas pasti Kai pelakunya.
"Kamu..." Eleanor menunjuk dada Arka, "...kamu itu milik aku, Kai."
"Ck!" Arka menahan tangan Eleanor yang menunjuk-nunjuk dadanya. Anehnya, Ia tidak kesal karena kelakuan Eleanor, melainkan karena Eleanor terus menyebut nama Kai.
"Iya, gue milik lo."
Cup!
Eleanor memberikan kecupan di bibir Arka yang Ia lihat sebagai Kai. Ia tidak peduli bagaimana perasaan Kai terhadapnya, yang terpenting Kai harus mengetahui perasaannya. Ia menyayangi dan mencintai Kai melebihi dirinya sendiri.
"Bibir kamu dan seluruh badan kamu ini milik aku, aku enggak suka perempuan lain nyentuh kamu."
Eleanor bicara sambil menatap bibir Arka dan menyapu bibir itu dengan ibu jarinya. Arka menggigit bibir bagian dalamnya, merasa terangsang oleh sentuhan lembut Eleanor di bibirnya.
"Iya, oke," Arka bersikap seolah-olah dirinya adalah Kai. Ia bahkan membiarkan Eleanor melakukan apapun terhadap dirinya. Termasuk membiarkan tangan Eleanor yang mulai nakal meraba-raba dada bidangnya.
"Aku gak suka kamu terlalu dekat dengan Cantika, tapi aku gak bisa larang kamu karena aku sadar aku juga dekat dengan Elang."
Arka menghela nafas mendengar percintaan rumit Eleanor. Entah siapa lagi laki-laki bernama Elang yang Eleanor bicarakan.
"Aku tahu kita bersahabat lama, tapi bisakah kamu melihat aku sebagai wanita?"
Cup!
Eleanor kembali mencium bibir Arka. Kali ini tidak hanya sekedar kecupan, Ia melumat dalam-dalam bibir laki-laki yang Ia lihat sebagai Kai itu.
Arka tidak menolak, tangannya justru menarik pinggang Eleanor supaya semakin dekat dan merapat padanya.
Saat ciuman mereka mulai memanas, Eleanor tiba-tiba saja menghentikan aktivitas mereka sepihak, membuat Arka merasa sedang dipermainkan oleh perempuan itu.
"Bagaimana kalau kita pindah?"
"Pindah?"
Eleanor mengangguk lemas, "iya, pindah. Tempat ini kurang cocok, kita butuh kasur."
"Lo mau apa, hm?" Arka menangkup wajah Eleanor.
Sepertinya, Eleanor tidak sepolos yang Arka pikirkan. Buktinya Eleanor ingin mengajak laki-laki bernama Kai bermain di kasur. Arka tidak bodoh, Ia cukup mengerti yang Eleanor inginkan.
"Kita udah dewasa, Kai. Aku yakin kamu tahu apa yang aku mau sekarang."
"Oke, gue tahu. Tapi lo harus lihat dulu wajah gue baik-baik. Gue bukan Kai, gue Arkana Xavier."
Eleanor menatap wajah Arka. Ternyata benar laki-laki di depannya bukan Kai, Ia hanya berhalusinasi melihat Arka sebagai Kai.
"Arka?" Eleanor mengerjapkan mata, memastikan laki-laki di depannya benar-benar Arka, bukan Kai.
Anehnya, saat mata Eleanor kembali terbuka, Ia kembali melihat Arka sebagai Kai. Ia mencoba mengerjapkan matanya berkali-kali untuk memastikan siapa laki-laki di depannya, tapi Ia justru semakin bingung karena Arka dan Kai terlihat bergantian di depannya.
"Iya, gue Arka. Cowok yang lo temui di depan bar."
Mata Eleanor akhirnya bisa melihat dengan baik bahwa laki-laki di depannya Arka, bukan Kai. Dan tadi Ia berciuman dengan laki-laki asing ini.
"Maaf, tadi gue—"
Cup!
Arka menghentikan ucapan Eleanor dengan sebuah kecupan, lalu laki-laki itu membisikkan sesuatu di telinga Eleanor.
"Gue tahu, tapi lo harus bertanggungjawab udah bikin gue terangsang," bisiknya sebelum menggendong Eleanor untuk pergi ke tempat lain.
Mereka meninggalkan tas Eleanor yang berisi dompet serta handphone di ruangan itu.
-
-
"El masih belum angkat telpon gue," ucap Elang memberitahu Kai dan juga Cantika.
Baik Elang, Kai maupun Cantika sudah mencari Eleanor ke banyak tempat, tapi mereka tidak menemukan Eleanor dimanapun sampai tengah malam. Sekarang, mereka sedang berada di apartemen Eleanor, menunggu Eleanor yang entah kapan akan pulang.
"Ini salah gue, El pasti kecewa banget sama kita," Cantika menunduk merasa bersalah.
"Enggak, ini bukan cuma salah lo. Tapi salah gue juga," ucap Kai menimpali.
Kalau saja Kai tidak membiarkan Cantika menciumnya, pasti semuanya tidak akan seperti ini. Eleanor tidak akan pergi dan memutuskan hubungan dengan mereka.
"Kalian berdua emang salah," geram Elang.
Sebelum kejadian hari ini, Elang sudah sering mengingatkan Kai dan cantikan untuk tidak berlebihan dalam bersahabat. Tapi tidak ada satupun dari mereka yang mendengarkan dan malah membalikan semuanya pada Elang.
Elang dan Eleanor dianggap sama saja, padahal jelas-jelas mereka berbeda. Iya, Eleanor lebih terbuka dengan Elang, tapi mereka tidak pernah sampai berpelukan apalagi berciuman.
"Lo tahu Kai? selama ini El selalu overthinking dan merasa kalau lo enggak punya perasaan apapun sama dia."
"Gue cinta sama El, kalian tahu itu," ucap Kai menegaskan perasaannya.
"Tapi lo gagal bikin El percaya sama perasaan lo."