Arrkkhhh sakit! Tuan tolong lepaskan aku, aku mohon. Delisa Jenifer
Diam! Kau sekarang adalah istriku, dan aku berhak melakukan apapun terhadap dirimu. Bahkan sampai melenyapkan mu pun aku sanggup. Albert Halston Xanders
Delisa gadis cantik yang tiba-tiba di culik dan dipaksa menikah dengan seorang pria yang tidak dia kenal sama sekali.
Menjalani pernikahan dengan Tuan Muda yang kejam, membuat hari-hari Delisa seperti di neraka.
Mampukah Delisa bertahan dengan pernikahan ini?
Atau mampukah Delisa mengubah sosok Tuan Muda yang kejam menjadi pria yang baik?
Yang penasaran dengan ceritanya, langsung saja kepoin ceritanya disini yuk.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bilqies, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Jangan Panggil Tuan
"Oh iya, nama kakak siapa?" tanya Delisa.
"Aston," jawab Albert singkat.
"Nama yang bagus, tapi orangnya terlihat penakut dan lemah. Hahahaha ... ops sorry."
"Tidak apa-apa, kalau kamu siapa namamu?" tanya Albert.
"Namaku ...."
Delisa yang ingin menjawab pertanyaan Albert, tiba-tiba terputus saat mendengar suara yang begitu familiar di indra pendengarnya.
"Sayang, kau darimana saja?" tanya wanita itu yang tak lain Mommy Delisa, dia berjalan mendekati Delisa.
"Mommy ...." lirihnya dengan wajah sendu yang membuat wanita itu khawatir.
"Apa yang terjadi sayang, kenapa kau bisa di gendong seperti ini?" Mommy Delisa kembali bertanya perihal keadaan Delisa yang saat ini tengah digendong Albert.
"Mommy, aku tadi jatuh dan kakak inilah yang sudah menolongku." Delisa menceritakan semuanya tanpa ada sedikitpun yang dia kurangi.
"Astaga! Kalau begitu ayo kita segera ke rumah sakit," ajak Mommy Delisa yang terlihat sangat khawatir melihat kondisi putrinya saat ini. Dia tidak ingin jika sampai terjadi sesuatu pada Delisa.
"Tidak usah Mom, Delisa tidak apa-apa kok. Tidak ada yang serius," tolak Delisa berusaha meyakinkan Mommy nya jika tidak terjadi hal yang serius pada dirinya. Delisa tidak ingin membuat Mommy dan Daddy nya khawatir.
"Tapi, sayang ...."
"Sudahlah Mom, lebih baik kita pulang saja. Delisa ingin istirahat," sela Delisa memotong ucapan Mommy nya.
Mommy Delisa menghela nafas panjang. "Baiklah kalau begitu ayo kita pulang, sayang."
Dengan berat hati Mommy Delisa menyetujui keinginan Delisa. Sebelum itu Mommy Delisa menatap wajah Albert yang tengah menggendong putrinya.
"Terimakasih nak sudah menolong putri Tante," ucap Mommy Delisa tersenyum.
"Sama-sama Tante." Albert pun tersenyum lalu segera menurunkan Delisa.
"Ayo sayang kita pulang," ajak Mommy Delisa sambil membawa Delisa masuk ke dalam mobil yang tidak jauh dari posisi mereka saat ini.
"Tante pamit ya nak. Sekali lagi terimakasih sudah menolong anak Tante," pamit Mommy Delisa pada Albert yang sudah menolong putrinya.
"Iya Tante, sama-sama." Albert mengangguk sambil tersenyum, kedua netranya tak henti menatap kepergian Delisa. Namun, sebelum Delisa masuk ke dalam mobil reflek Albert melontarkan sebuah kalimat yang membuat Delisa menoleh ke arahnya.
"Hei, siapa namamu?" teriak Albert dengan sekencang mungkin berharap Delisa mendengar teriakannya.
Delisa yang mendengar teriakan Albert sontak dia menghentikan langkahnya, lalu menoleh ke arah Albert. Bukannya menjawab akan tetapi Delisa melontarkan kalimat yang tidak memuaskan Albert.
"Aku akan menunggu janjimu ketika dewasa nanti, dan semoga kau tetap mengenaliku," teriak Delisa yang masih menatap Albert dari kejauhan.
"Tapi siapa namamu?" Albert kembali bertanya perihal nama gadis kecil yang telah menolongnya dari rundungan teman-temannya. Bagi Albert dia tidak bisa melupakan hal itu terlebih dia merasakan suatu hal di benaknya yang tak bisa dia tahan. Entah itu benar atau tidak tapi Albert tetap kekeh dengan janjinya yang akan menikahi gadis kecil tersebut.
"Jika kita berjodoh maka kita akan bertemu, dan pada saat itu kau akan tahu namaku. Aku berharap kau tetap mengenaliku meskipun kita sudah dewasa," teriak Delisa kembali melontarkan sebuah kalimat yang sudah di rekam oleh Albert di kepalanya. Kalimat itu langsung memenuhi hati dan pikirannya, baginya dengan mengingat kalimat tersebut itu sudah cukup untuk mengenali gadis kecil tersebut saat dewasa nanti.
Namun, sebuah keraguan kembali menggoyahkan hati Albert. Entah kenapa hati kecilnya berkata lain kalau dia akan sulit mengenali malaikat kecilnya. Sebelum akhirnya Albert melontarkan kembali kalimat kepada Delisa.
"Tapi, apa bisa kau mengenaliku saat dewasa nanti?" Albert berlari menghampiri Delisa yang hendak masuk ke mobil.
"Ya, aku bisa mengenalimu. Hanya dengan melihat matamu, aku tahu kalau itu kamu Aston," ucap Delisa sambil tersenyum menatap Albert yang sudah ada di hadapannya.
"Bawalah, aku harap kau mau memakainya. Dengan begini kita akan saling mengenali satu sama lain." Albert memberikan kalung dengan gandul separuh hati kepada Delisa dan satunya lagi di bawa Albert. Kedua netra Albert menatap intens pada manik mata Delisa.
"Baiklah, aku tunggu janjimu dewasa nanti." Delisa meraih kalung tersebut, kembali melontarkan sebuah kalimat yang memperingatkan Albert atas janjinya.
Albert pun tersenyum sambil mengangguk sebagai tanda jawabannya kepada Delisa. Setelah berucap Delisa segera masuk ke dalam mobil.
FLASHBACK OFF
🌷🌷🌷
Satu minggu setelah kejadian itu Delisa sudah tidak di siksa lagi oleh Albert. Entah hal apa yang terjadi pada Albert, mungkin kepala nya terbentur sampai dia hilang ingatan dan tidak menyiksa Delisa kembali dan tidak menyiksa Delisa.
Pagi hari setelah membantu Bi Mimi menyiapkan sarapan, Delisa berjalan ke taman belakang. Dia mendaratkan tubuhnya di sebuah kursi panjang yang terdapat di taman itu. Tak lupa Delisa membawa majalah untuk di baca olehnya karena hanya itulah yang bisa menghibur Delisa, mengingat gawainya telah di hancurkan oleh Albert pria iblis tersebut.
Sedangkan di sisi lain tampak sosok pria yang tengah berdiri dari dalam kamar, kedua netranya tertuju ke arah luar taman sehingga dapat menangkap Delisa yang berada di bawah sana. Tak henti-hentinya kedua netra tersebut memperhatikan setiap gerak-gerik Delisa tanpa kedip. Albert tersenyum kecut kala melihat Delisa yang tersenyum dengan sangat manis.
"Apa aku kurang kejam memperlakukan wanita itu, sehingga dia tidak ada takutnya sama sekali padaku," gumam Albert, kedua alisnya saling bertautan menandakan bahwa dirinya tengah di landa kebingungan yang menyelimuti dirinya.
Tak lama senyum devil Albert sirna di gantikan oleh sebuah amarah yang memuncak di benaknya. Dadanya bergemuruh hebat, entah perasaan apa yang dia rasakan kini kala melihat Ferdi menghampiri Delisa di bawah sana.
"Dasar wanita jalang, sudah punya suami masih saja mendekati pria lain! Aku tahu niatmu mendekati Ferdi agar bisa melindungi mu," Albert kembali bergumam dengan sorot mata elangnya menatap ke dua insan di ujung taman itu.
🌷Taman Belakang🌷
"Tuan Ferdi, apa punggungmu sudah sembuh?" tanya Delisa menatap wajah Ferdi.
"Ya," jawab Ferdi singkat.
"Syukurlah, oh iya Tuan terimakasih karena hari itu kau telah menyelamatkan ku," ucap Delisa tersenyum.
"Hem." Ferdi hanya berdehem saja sebagai tanda membalas ucapan Delisa.
"Jangan panggil aku Tuan, panggil saja Ferdi," seru Ferdi pada Delisa yang tidak ingin mendengar embel-embel Tuan dari bibir Delisa.
"M- maksud Tuan?" tanya Delisa terbata yang tidak mengerti akan apa yang di ucapkan Ferdi barusan.
"Mulai sekarang jangan panggil Tuan, panggil Ferdi saja," kata Ferdi tegas yang tidak ingin ucapan nya di bantah oleh siapapun.
"Tapi ...." Belum selesai bicara Ferdi secepat mungkin memotong ucapan Delisa.
"Tidak ada tapi-tapian, kau harus memanggil ku FERDI!" tegas Ferdi kembali mengingatkan Delisa yang sedikit merasa tak enak akan hal tersebut.
"Kau mengerti?" sambung Ferdi menatap wajah Delisa.
"Baik Tuan Ferdi, eh maksudku Ferdi." Delisa segera menutup bibirnya yang kelepasan memanggil Ferdi dengan Tuan, lalu secepat mungkin Delisa memperbaiki ucapannya.
"Bagus," sebuah lengkungan indah tercetak di bibir tipis Ferdi.
Darah Albert kembali mendidih saat melihat sepupunya yang tengah tersenyum manis kepada Delisa. Albert ingat betul dengan Ferdi yang terkenal dingin kepada setiap wanita. Dan sekarang kenapa Ferdi bisa tersenyum manis seperti itu saat bersama delisa, aneh bukan?
'Tunggu pembalasanku wanita bodoh, aku akan membuatmu menderita sehingga Ferdi tidak ingin lagi melihatmu!' Albert.
🌷🌷🌷
Tepat jam 01.00 Delisa terbangun dari tidurnya karena merasa harus. Sontak dia mengambil gelas di atas nakas sebelah ranjangnya, tapi gelas itu kosong. Dan mau tak mau Delisa turun ke dapur untuk mengambil minum.
Saat Delisa berjalan, tanpa sengaja dia mendengar suara isak tangis yang pelan tapi Delisa bisa mendengarnya. Dengan rasa penasaran yang besar sontak Delisa mengikuti sumber suara tersebut. Dan langkah kaki Delisa terhenti tepat di ruang kerja Albert.
"Manusia Iblis?" gumam Delisa.
.
.
.
🌷Bersambung
Selalu kesel setiap baca ceritanya, karena kekejaman yang dilakukan Tuan muda Albert kepada Delisa.
Namun meski begitu, aku juga suka karakter Delisa nggak yang pasrah aja diperlakukan kejam, dan balik membalas/CoolGuy/
Berharap kelak Albert dapet balasannya karena menyia-nyiakan Delisa.
Nggak berharap mereka bersatu karena saking keselnya😭😭😭
Tapi kalau pun bersatu, perjuangan Albert bener-bener harus menemui banyak kesulitan seperti dia yang selalu menyulitkan Delisa🤭✌️❤️
Semangat terus untuk Kakak. Semangat nulisnya💪💪💪🥰🥰❤️❤️
Berharap bahwa Delisa dan Albert nggak bersatu.
Pun kalau bersatu, Albert harus berjuang sampai titik darah penghabisan untuk mendapatkan Delisa kembali🤭🤭
Tapi sebelum itu, balik lagi Albert harus bener-bener menyesal dan sampai nagis darah👍😁😂