Risma begitu syok ketika mengetahui bahwa suaminya yang bernama Radit yang selama beberapa tahun tinggal terpisah darinya karena dia dipindah kerjakan di luar kota ternyata telah menikah lagi di belakangnya. Hati Risma pun bertambah hancur ketika mengetahui bahwa selama sebelas tahun menikah dengan Radit dan mempunyai dua orang anak ternyata Radit tidak pernah mencintainya. Radit tidak bahagia hidup dengannya dan memilih untuk menikahi mantan kekasihnya di masa lalu. Lalu apakah Risma akan sanggup menghadapi pengkhianantan sang suami , dan apakah Risma bisa bertahan hidup bersama Radit setelah diduakan dan dia sadar bahwa cintanya yang begitu besar hanya bertepuk sebelah tangan...?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy Almira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
24. Dirawat di rumah sakit
Setelah sampai di rumah sakit Risma masuk ke dalam ruang IGD untuk mendapatkan penanganan dari dokter. Karena Risma sudah mengalami demam selama empat hari apa lagi ditambah dengan muntah, maka dokter malakukan cek darah pada Risma. Tiga puluh menit kemudian hasil cek darah pun keluar. Dokter membacakan hasilnya, bahwa Risma mengalami sakit tipes. Trombositnya turun dengan drastis. Maka dari itu Risma harus dirawat beberapa hari ke depan.
Untuk pasien pribadi jika ingin di rawat inap di rumah sakit ini harus mengeluarkan uang sebesar satu juta, sebagai uang pangkal, dan Risma tidak membawa uang tunai sebanyak itu. Uangnya masih ada di Atm. Tidak mungkin juga Risma dalam kondisi seperti ini harus pergi ke Atm mengambil uang. Maka dari itu Risma memilih untuk dirawat dengan menggunakan kartu BPJS walaupun prosesnya akan butuh waktu lebih lama jika dibanding dengan pasien dengan biaya pribadi.
Untungnya pak Rt bersedia untuk mengurus semuanya di bagian administrasi. Sementara Risma di temani oleh bu Rt di ruang IGD. Risma lalu menelpon Ririn memberitahunya bahwa dia akan dirawat di rumah sakit,dan Risma meminta tolong Ririn untuk menjemput Rafa dan Sabila dibawa menginap di rumahnya. Karena tidak mungkin juga Rafa dan Sabila hanya berdua saja di rumah apalagi malam hari.
Sekitar tiga puluh menit pak Rt mengurus semuanya akhirnya Risma mendapatkan ruang rawat inap kelas dua. Risma segera di bawa ke ruang rawat inap perawat.
"Pak Rt, bu Rt ,terima kasih sudah banyak membantu saya . Maaf sudah merepotkan kalian..." ucap Risma.
"Tidak apa- apa bu Risma, kita kan sebagai tetangga harus saling tolong menolong. Apa lagi saya sebagai ketua Rt sudah menjadi kewajiban untuk membantu warga saya yang sedang butuh bantuan..." jawab pak Rt.
"Benar bu Risma, sekarang bu Risma istirahat saja, biar cepat sembuh..." sahut bu Rt.
"Iya bu... Sekali lagi terima kasih, semoga kebaikan pak Rt dan bu Rt mendapatkan balasan berupa kebaikan juga dari Alloh..." ucap Risma.
"Aminnn..." sahut Pak Rt dan istrinya.
"Pak Rt dan bu Rt pulang saja, istirahat di rumah, ini sudah larut malam...." ucap Risma.
"Bu Risma nggak papa di tinggal sendiri di sini...?" tanya bu Rt.
"Nggak papa bu, saya sudah aman di sini, nanti kalau ada apa- apa saya tinggal panggil perawat saja..." jawab Risma.
"Baiklah kalau begitu kami pulang dulu ya bu Risma...."
"Iya pak, bu, hati - hati di jalan..."
Setelah pak Rt dan bu Rt pulang, Risma lalu tidur. Tapi dia tidak bisa tidur dengan nyenyak karena kepalanya masih saja pusing dan badannya juga masih demam walapun tidak sepanas sebelumnya.
Pukul enam pagi, Risma terbangun. Iya, dari tadi malam dia beberapa kali terbangun karena merasakan badannya tidak karuan. Perlahan Risma bangun dan turun dari tempat tidur lalu pergi ke kamar mandi untuk buang air kecil dan mencuci muka, sambil mendorong tiang infus.
Beberapa menit di kamar mandi , Risma lalu keluar dengan menggigil karena terkena air dingin.
"Kenapa nak...?" tanya seorang ibu yang sedang menjaga anaknya yang sedang sakit. Jadi dalam satu ruangan ada tiga pasien dan tiga tempat tidur. Setiap tempat tidur diberi sekat hordeng.
"Saya kedinginan bu, mungkin karena tadi saya cuci muka dengan air dingin..." jawab Risma sambil berjalan perlahan ke tempat tidur.
"Aduh nak , kalau lagi sakit jangan cuci muka pakai air dingin . Pakai air hangat saja. Itu kan sudah disediakan termos berisi air panas..." sahut ibu itu membantu Risma naik ke tempat tidur.
"Makasih bu..." ucap Risma.
"Kamu nggak ada yang jagain...?"
"Nggak ada bu..."
"Lho memang keluarganya pada ke mana...?"
"Suami saya kerja di luar kota bu,orang tua saya sudah meninggal, ada sih adik saya satu tapi tinggal jauh di kampung, dan anak- anak saya masih kecil- kecil saya titipkan sama teman saya...." jawab Risma.
"Ya Alloh nak kasihan banget kamu...." ucap ibu itu sambil mengusap lengan Risma.
"Nggak papa, kalau nanti kamu butuh apa- apa bilang saya saja. Nama saya bu Yati. Kamu nggak usah sungkan- sungkan ya..."
"Iya bu Yati, terima kasih ..."
"Sama- sama...."
Bu Yati lalu kembali ke tempat tidur sang anak ,sedangkan Risma mengambil tasnya di atas nakas. Lalu mengambil ponselnya. Dia melihat apakah ada telpon dari Radit atau tidak. Namun setelah dicek tidak ada satupun panggilan dari dia. Padahal tadi malam Rafa sudah menelponnya sebanyak empat kali. Risma merasa sedih dan juga marah.
"Apa kamu begitu sibuk dengan istri mudamu sehingga kamu tidak punya waktu untuk menghubungi aku mas, padahal kamu sudah diberi tahu oleh Rafa kalau aku sedang sakit..." ucap Risma dalam hati.
Iya beberapa hari lalu Rafa memberitahu Risma jika dia memberitahu sang ayah jika dirinya sakit. Tapi Radit tidak menghubungi Risma balik dengan alasan sibuk. Mungkin Radit mengira kalau Risma hanya demam biasa dan tidak perlu dikhawatirkan. Hingga tadi malam ketika dihubungi kembali Radit sama sekali tidak menjawab telpon.
"Baiklah mas kalau maumu seperti itu. Mulai hari ini aku tidak akan mengubungi mu lagi. Dan aku tidak akan meminta bantuan apapun padamu lagi..." ucap Risma. Sambil mematikan ponselnya dan meletakkannya lagi di dalam tas.
...****************...
Sementara itu di kota B di rumah dinas Radit dan Eva baru saja bangun. Radit lalu pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Sedangkan Eva masik asik bersembunyi di balik selimut. Setelah selesai mandi, Radit lalu memakai baju kemudian menghampiri sang istri.
"Babby, ayo bangun, sudah setengah tujuh, kita harus bersiap, sebentar lagi kita ke kantor..." ucap Radit.
"Masih ngantuuuukkkk..." Eva merengek seperti anak kecil.
Radit gemas melihat tingkah istri mudanya yang manja itu. Dia lalu mengecup keningnya.
"Cepat bangun ya , aku mau ke dapur dulu membuat roti bakar untuk sarapan..." Radit mengusap kepala Eva lalu mengambil ponselnya di atas nakas kemudian keluar dari kamar.
Sambil berjalan ke dapur Radit mengecek ponselnya.
"Tadi malam Risma menelponku...? Ada apa...?" gumam Radit begitu melihat panggilan tak terjawab sebanyak empat kali dari Risma.
Radit lalu menelpon balik nomor Risma tapi ternyata nomornya tidak aktif.
"Kebiasaan banget Risma ini, kalau ditelpon pasti sering nggak aktif. Giliran aktif dia tidak mengangkatnya...." Radit kesal lalu meletakkan ponselnya di atas meja makan.
Lalu Radit pergi ke dapur membuat roti bakar.
Iya, selama menikah dengan Eva, Radit begitu meratukannya. Dia tidak membolehkan Eva turun ke dapur. Kecuali untuk membuat kopi. Untuk membuat sarapan selalu Radit yang melakukannya. Dan untuk makan siang dan makan malam mereka selalu makan di luar ataupun membeli makanan melalui aplikasi go food. Dan untuk pakaian, Radit juga membawanya ke laundry. Kecuali pakaian dalam dia yang mencuci sendiri. Untuk pekerjaan rumah seperti menyapu dan mengepal Radit juga melakukannya sendiri.
Iya, Radit sengaja, tidak membolehkan Eva melakukan pekerjaan rumah karena Eva sudah lelah dengan kerja di kantor menjadi sekertarisnya, dan juga harus kelelahan melayaninya di atas ranjang.
Berbeda dengan Risma yang harus melakukan semua pekerjaan rumah seorang sendiri. Dari mulai memasak dan juga harus mengantar jemput anak- anak ke sekolah.
Radit tidak pernah sekali pun membantu pekerjaan Risma di rumah. Risma pun tidak pernah protes karena dia tahu, Radit sudah capek kerja di kantor. Dan baginya pekerjaan rumah adalah pekerjaannya sebagai seorang ibu rumah tangga. Ya, walaupun sebenarnya suami berkewajiban membantu pekerjaan istri di rumah.
Setelah roti bakar siap , Radit membawanya ke meja makan. Radit juga membuat dua gelas susu untuk mereka berdua.
"Babby, cepat bangun sarapan sudah siap..." seru Radit dari ruang makan.
"Iya, aku ke kamar mandi dulu..." jawab Eva dari kamar.
Sambil menunggu Eva, Radit kembali mengambil ponselnya dan mencoba menghubungi Risma. Namun lagi- lagi nomornya tidak aktif.
"Kenapa nggak bisa dihubungi sih..." gumam Radit kesal.
Lalu Radit menghubungi nomor Rafa. Tapi sama saja nomor Rafa juga tidak aktif.
"Ini kenapa sih, nomornya pada nggak aktif semua...." ucap Radit.
"Hoek...hoek..." tiba- tiba Radit mendengar suara orang muntah dari kamar mandi.
Radit panik lalu segera lari ke kamar mandi.
"Babby, kamu kenapa...? Kamu muntah...?' Radit mengetuk pintu kamar mandi.
"Hoek..hoek..." Eva kembali muntah.
"Babby, buka pintunya..." Radit semakin panik takut terjadi apa- apa dengan Eva.
Pintu kamar mandi terbuka.
"Babby , kamu nggak papa...?" Radit memegang kedua lengan Eva.Eva menggelengkan kepalanya.
" T adi tiba- tiba perut aku mual dan kepalaku pusing..." ucap Eva sambil memijit keningnya.
"Ayo, istirahat saja...." Radit memapah Eva ke tempat tidur.
Radit lalu mengambil air hangat untuk Eva. Lalu Eva meminumnya.
"Gimana, udah nggak mual...?''
"Nggak, cuma masih pusing dikit..."
"Babby, aku dah telat datang bulan, kayaknya aku hamil lagi deh..." ucap Eva.
"Hah..? Kamu hamil lagi...? Serius Babby...?' Radit terlihat senang mendengar kehamilan istri keduanya.
"Baru kemungkinan, aku belum mengeceknya...."
"Ya udah kita sekarang ke rumah sakit aja ya, kita cek ke dokter kandungan..."
Eva pun mengangguk.
"Tapi kita sarapan dulu ya..." ucap Radit, Eva kembali mengangguk.
Setelah sarapan Eva dan Radit pergi ke rumah sakit untuk cek kehamilan. Rencananya dari rumah sakit mereka baru ke kantor.
*****
"Selamat ya bapak ,ibu, ibu Eva positif hamil. Usia kandungannya sudah memasuki delapan minggu...." ucap dokter.
"Beneran dok, istri saya hamil lagi..."
"Iya pak Radit, dijaga baik- baik ya kandungannya , karena bu Eva pernah mengalami keguguran jadi nanti saya akan kasih penguat kandungan. Tapi bu Eva harus banyak istirahat, nggak boleh terlalu capek. Dan untuk hubungan suami istri, dikurangi ya , jangan terlalu sering. Karena kandungannya masih rentan...." jawab dokter.
"Baik dok..."
"Ini saya buatkan resep , nanti ditebus di apotik ya..." ucap dokter.
"Terima kasih dok..."
"Sama- sama...."
Setelah dari rumah sakit Radit dan Eva langsung menuju kantor karena hari sudah mulai siang. Iya ,tadi di rumah sakit antriannya cukup panjang. Dan setelah sampai di kantor ,Radit dan Eva ditegur oleh pak Wijaya sang CEO karena datang mereka terlambat bersamaan. Sejak tadi pak Wijaya mencari Radit di ruangannya tetapi tidak ada, begitu juga dengan Eva sekertaris Radit. Padahal ada hal penting yang harus pak Wijaya sampaikan pada Radit.
Radit dan Eva pun meminta maaf pada pak Wijaya dan berjanji tidak akan datang terlambat lagi.
*****
Sementara itu di rumah sakit, Risma baru saja selesai makan siang dibantu oleh bu Yati. Iya, bu Yati sudah menganggap Risma seperti anak sendiri. Dia membantu Risma dalam segala hal.
Setelah minum obat Risma kembali berbaring di tempat tidur. Tak lama kemudian Ririn datang menjenguk Eva. Iya, tadi malam Risma minta tolong pada Ririn untuk membawakan keperluan Risma seperti baju ganti dan lain- lain.
"Ris, gimana keadaan kamu sekarang...?" tanya Ririn.
"Masih pusing Rin..."
"Kata dokter kamu sakit apa Ris...?"
"Sakit tipes.."
"Ya Alloh, yang sabar ya Ris, kamu harus banyak istirahat..."
"Rafa sama Sabila gimana kabarnya...?"
"Kamu nggak usah mengkhawatirkan mereka. Mereka baik- baik saja. Mereka asik - asik aja main sama anak- anak aku. Tapi tadi pas aku mau ke rumah sakit jenguk kamu, mereka pengin ikut, tapi aku melarangnya. Lagian kan anak kecil tidak diperbolehkan untuk ikut menjenguk..."
"Kamu mau video call mereka...?" Risma pun mengangguk.
"Lalu Ririn video call ke nomor anaknya. Lalu Risma bicara sama Rafa dan Sabila lewat video call.
Setelah melakukan video call, rasa rindu Risma pada anak- anaknya sedikit terobati.
"Rin, maaf ya aku jadi merepotkan kamu..." ucap Risma.
"Kamu ngomong apa sih, merepotkan apa...? Aku malah senang kok bisa membantu kamu. Lagian anak- anakku juga suka Rafa sama Sabila nginep di rumah, mereka jadi bisa belajar bersama, menggambar bersama. Main bersama..." sahut Ririn.
"Oya Ris, mas Radit sudah tahu kalau kamu masuk rumah sakit.." Risma menggelengkan kepala .
"Lho.. Kamu belum menghubungi dia...?"
"Sudah tadi malam, tapi nggak diangkat. Dia juga nggak telpon balik. Mungkin dia lagi sibuk bermesra- mesraan sama Eva..."
"Mesra- mesraan sama Eva....?" Ririn tidak mengerti.
"Iya Rin, kamu tahu... Ternyata selingkuhan mas Radit itu Eva. Mereka sudah menikah siri di belakangku, bahkan pernikahan mereka dirayakan secara besar- besaran di rumah orang tua Eva. Kamu tahu Rin, semua keluarga mas Radit hadir dalam acara pernikahan itu Rin..."
"Hah...? Jadi mereka tahu semuanya...? Mertua kamu...? Mereka merestui pernikahan Radit sama Eva...?" tanya Ririn. Risma mengangguk sambil menangis.
"Ya Alloh kok mereka setega itu sama kamu...? Trus yang memberitahu kamu siapa...?" tanya Ririn.
"Mas Aryo Rin. Dia mengirimkan foto- foto dan video pernikahan mereka. Dan dia juga mengirim video mas Radit dan Eva sedang berciuman di rumah Anggi saat acara sunatan Adam.
"Hah...? Bukannya waktu itu kamu juga ada di sana...?"
"Nggak Rin, aku sudah pulang..."
"Gila...bener- bener gila Radit itu..."
"Kamu yang sabar ya Ris, aku tahu perasaan kamu pasti sangat hancur mengetahui semua ini..." Ririn mengusap lengan Risma merasa iba dengan apa yang dialami oleh sahabatnya.
Bersambung...