Cindra gadis yatim piatu yang dipermainkan takdir, terpaksa menikah dengan anak dari sahabat orangtuanya; Hafiz, seorang tentara berpangkat letnan satu.
Namun perjalanan rumah tangganya tidak berjalan dengan mulus, dia harus menderita menahan dinginnya hidup berumah tangga.
Hingga takdir mempertemukannya dengan seorang pria tampan yang mewarnai hari-harinya.
🩷🩷🩷 Happy Reading_
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aksara_dee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab VIII ~Hafiz Junior Menggeliat
Hafiz
Pukul 06.00 pagi aku sudah sampai di kediaman paman Ranty, seorang ART mengarahkanku untuk membangunkannya di kamar, dengan alasan mereka tidak ada yang berani mengetuk kamarnya. Biasanya istri dari pak Freddy yang membangunkan Ranty, sejak kemarin rumah itu ditinggalkan tuan rumah. Yang tersisa hanya Ranty dan beberapa ART.
Tok tok tok
"Ranty.. Boleh saya masuk?"
Hening tidak ada suara
"Masuk aja den, Nyonya tidak mengizinkan non Ranty kunci pintu karena setiap pagi non Ranty susah dibangunkan" bisik bi Nah sambil memberi isyarat anggukan memintaku untuk membuka pintu
'Ceklek'
Benar saja pintu tidak dikunci
Kamar yang masih gelap tanpa cahaya lampu hanya ada cahaya matahari pagi yang mengintip di sela gorden. Terlihat samar sosok gadis cantik yang masih terlelap dan bersembunyi di balik selimut.
Kumelangkah mendekat hingga disisi ranjang, kuamati siluet wajahnya yang cantik
"Ran..Bangun, mas datang mau jemput kamu" sambil kutepuk lembut pundak atasnya yang terbuka
Gadis itu menggeliat manja hingga selimutnya tersingkap sebagian
Glek..
Pemandangan yang tak seharusnya kulihat. Dia tidur hanya memakai baju yang berbahan tipis dan menerawang, tanpa pakaian dalam? Hingga mencetak bentuk squishy bukit kembarnya disana.
Sontak aku memalingkan wajah ke arah lain
"Ran ayo bangun, kita berangkat pagi biar mas sampai Bogor ga kesiangan"
Masih dengan memalingkan wajah, ku goyang bahunya agar dia terusik dan bangun
"mmhh..mau ngapain ke Bogor?" suaranya serak khas bangun tidur tapi matanya masih terpejam
"Katanya kamu minta dianter ke Bogor"
Sreekkk...
Kedua lengannya mengulur dan menarik pinggangku tiba-tiba, hingga ku nyaris menindih badannya. Dia memeluk pinggangku erat
'Ya Tuhan..ujian pagi ini begitu berat' gumamku
"Temenin aku tidur dulu sebentar, 10menit aja mas..aku masih ngantuk" dengan suara manja dia merayuku
"Ya sudah mas keluar ya, nanti bi Nah yang bangunin kamu 10 menit lagi"
'Kalo lama-lama disini 'Hafiz junior' bisa menggeliat bangun dari tidurnya'
"Ga mau, mas sini aja tungguin aku tidur. Aroma mas enak sekali..hmm" dia makin memeluk pinggangku dengan erat
Beberapa detik aku nyaris kehilangan kesadaran karena terbuai oleh hangatnya pelukan dan aroma tubuhnya yang membangkitkan gairah, aku nyaris mencumbu ceruk lehernya.
Seketika kesadaranku kembali, sontak kulepas paksa lengannya yang memeluk pinggangku. Aku langsung berdiri disisi ranjang.
"Ran, 10 menit lagi kamu ga bangun..mas pulang!!" Kembali kubersikap tegas
Gerakanku yang tiba-tiba menjauh dan berdiri disisi ranjang membuat dia bangun dan terduduk seperti orang linglung
Aku tak berani menoleh kearahnya lagi karena sekilas tadi kulihat inti tubuhnya tercetak dibalik baju tidur nan tipisnya itu. Aku lelaki normal Ran!!
Kulangkahkan kaki ke arah pintu untuk keluar kamar
"Massss....!! Iya aku bangun.." Kudengar dia merengek manja sedikit frustasi
Kutunggu Ranty dengan gelisah di ruang tamu, sudah 30 menit aku duduk disini namun ia belum juga turun. Pikiranku ternodai pemandangan tadi, dua buah squishy ranum dan hutan kecil yang tersembunyi dibalik bahan tipis menggelayuti pikiranku. Jika aku kembali membangunkannya bisa-bisa aku tidak dapat mengontrol hasratku.
"bi Nah..tolong dilihat apakah Ranty sudah bangun" pintaku pada bi Nah
"baik mas sy kembali ke atas"
Beberapa menit kemudian bi Nah turun
"Belum bangun juga mas Hafiz"
Hufffs..
Kucoba bangunkan memalui hp, mencoba untuk miscall
Tuuuttt...tuuuttt..tuuutt
Tidak ada respon. Akhirnya kuputuskan kembali ke atas tapi tidak masuk ke dalam kamarnya
Tok tok tok
"Ran!!! Kamu bisa bangun sekarang?!! Atau kita batalkan berangkat ke Bogor?!"
"masuk mas.."
"Engga! Aku ga akan masuk! Cepet kamu bangun Ran!"
"Ugghh aku masih ngantuk, ya udah ga jadi ke Bogor. Mas pulang aja sana!" jawabnya dengan nada tinggi seperti biasanya, jika keinginannya tidak dituruti
Aku benar-benar meninggalkannya, melajukan mobil ke arah rumahku. Biarlah batal mengantarnya ke Bogor daripada hatiku menjadi buruk dengan pikiran tidak karuan.
Sesampainya dirumah, tempatnya yang pertama kali kutuju adalah toilet. Yap terpaksa aku bermain solo lagi!
Hafiz junior yang menggeliat harus segera dimanjakan
Nasib bujangan begini banget..
**********
POV : Ranty
Sebenarnya aku sudah bangun dari jam 5 pagi, mandi sebentar lalu berdandan tipis. Menyemprotkan minyak wangi di beberapa titik sensitifku. Tiba-tiba muncul ide untuk menggoda mas Hafiz, kuganti bathrobe dengan gaun tidur yang tipis dan menerawang. Sedikit mengarahkan ART di rumah untuk bekerjasama.
tok tok tok
Kudengar suara mas Hafiz meminta ijin masuk, hatiku degdegan, jantungku terasa mau lompat saat jemarinya menyentuh kulit bahuku.
Aroma maskulin dari mas Hafiz memenuhi indera penciumanku, aku yang tergoda dengannya. Hasratku liar dengan sendiri. Kutarik pinggangnya agar aku bisa memeluknya. Damn!! Sungguh posisi ini yang aku harapkan.
Dia terpancing, hembusan napas berburunya menghantam kulit leherku, aku makin tergoda, terbuai dengan hembusan nafasnya yang beraroma mint
Tapi tiba-tiba dia menarik diri, langsung berdiri disisi ranjang. Aku mendengar suara tegasnya sudah bergetar menahan nafsu birahinya, dia melangkah menjauhi kamarku
Aku frustasi...!!
Aku masih mendamba pelukan hangat dan suara tegasnya memanggilku, disini..disisiku!
Panggilan keduanya dibalik pintu membuatku malu untuk bertemu dengannya lagi, dia dengan tegas menolak menemuiku, aku benar-benar frustasi, malu.
Hanya dia yang berani menolak pesona tubuhku
Hanya dia yang berani berteriak di depan wajahku
Hanya dia yang berani bersikap tegas kepadaku
Hanya dia yang melumat bibirku dengan lembut dan hati-hati
Hanya dia yang sejak pertama bertemu tidak menghujaniku dengan rayuan gombal
Hanya dia yang mengutarakan perasaan cintanya dengan tatapan hangat bukan nafsu
Mas Hafiz Zaelani..
'Apa aku mulai jatuh cinta padanya?'
Drrttt...drrttt...drrtt..
chat masuk dari mas Hafiz
'Ranti, mas minta maaf tidak memenuhi janji mengantarmu ke Bogor. Hari ini pikiran mas sedang tidak baik. Sampai jumpa lagi setelah mas menyelesaikan urusan di Malang'
'Kalau kamu masih berniat pulang ke rumah nenek di Bogor, nanti mas utus Praka Emo mengantarkanmu'
'Iya mas, aku tetap mau ke bogor' balasku untuknya
'Oke, jam 12.00 Praka Emo standby di sana'
Ya Tuhan..lagi-lagi dia menggetarkan hatiku. Dia sangat bertanggung jawab dan memegang teguh janjinya
Ranty menatap wajahnya yang merona merah di depan cermin. Perlakuan mas Hafiz membuatnya klepek-klepek
Biasanya para pria yang mendekatinya hanya mengincar jabatan dengan memanfaatkan Ranty untuk membujuk sang papa memberikan jabatan yang mereka mau.
Mereka cenderung menuruti apapun yang Ranty mau, alih-alih dilaporkan ke Jendral Jean jika kemauan Ranty tidak dituruti.
Malah ada beberapa anak buah papa nya hanya memanfaatkan kemolekan tubuhnya setelah itu Ghosting tak ada kabar
***********
HAFIZ
Menempuh perjalanan hampir 12 jam ke kota Malang kampung halamanku, selama itu pikiranku penuh dengan Ranty. Balasan chat terakhir dariku tidak direspon, hanya beberapa foto yang dikirim Emo saat mengantarkannya ke Bogor. Dari video singkat yang dikirim Emo, terlihat sekali dia bahagia bertemu nenek dan sepupunya di sana. Ada juga foto saat dia bermain dipinggir kolam dengan tanktop dan celana hotpants nya. membuat pikiranku menerawang akan kejadian di kamarnya.
'Apakah setiap hari dia tidur hanya memakai pakaian tipis itu?'
'Sepertinya aku perlu membelikannya baju-baju rumah yang sopan agar aset berharga miliknya tidak bisa dinikmati mata laki-laki lain'
ufffttt..hatiku semakin ga tenang, cemburu dan posesif terhadapnya.
~~~®
Ranty usilnya ga main-main ya gaess..
Jangan lupa like dan komennya🩷🩷🩷🩷