Cindra gadis yatim piatu yang dipermainkan takdir, terpaksa menikah dengan anak dari sahabat orangtuanya; Hafiz, seorang tentara berpangkat letnan satu.
Namun perjalanan rumah tangganya tidak berjalan dengan mulus, dia harus menderita menahan dinginnya hidup berumah tangga.
Hingga takdir mempertemukannya dengan seorang pria tampan yang mewarnai hari-harinya.
🩷🩷🩷 Happy Reading_
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aksara_dee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 14 ~Pertemuan Istri dan Calon istri
Ting tong tong tong
Cindra mengintip door entry monitor
"Siapa, keperluannya apa" teriaknya pada microphone yang terhubung ke luar
"Dengan pratu Isno mba, mengantarkan pakaian komandan"
Ceklek..
"Maaf, mas baru kali ini ke sini ya?" tanya Cindra
Pria yang di hadapannya terpaku menatap sosok cantik di depannya
"Mas!" Cindra melambaikan tangan di depan wajah pria itu
"ee-ee..iya-iya mba. Su-sudah be-berapa kali sih kesini, ta-tapi baru ketemu mba kali ini" Isno gugup menjawab
"Pakaian mas Hafiz?"sambil menunjuk tas ditangan Isno
"eh..iya ini mba" menyodorkan tas
Menarik napas dalam untuk menghilangkan rasa gugupnya
"Saya kesini ditugaskan mengantarkan pakaian kotor Wadanki sekaligus diminta mengantar mba belanja"
"Belanja? Oh iya kebetulan bahan-bahan di kulkas makanan habis. Saya belum tau pasar disini mas, bisa antar saya mas?"
"bisa mba, ayo"
"Sebentar saya ambil tas dulu nggih, mas'nya bisa nunggu di gazebo dulu"
"Siap!"
Cindra masuk ke kamar mengambil tas dan ponselnya
'Ko dia bisa tau ya aku kehabisan bahan makanan?'gumamnya
"Ayo mas Isno!"
Isno mengangguk
"Boleh tanya mba?" Isno membuka obrolan
"Boleh, semoga saya bisa jawab mas hehe"
"Mba siapanya Wadanki? Saya baru liat mba di rumah itu"
"Mas Hafiz bilang apa waktu menugaskan mas Isno ngantar belanja?" tanyanya menyelidik
"Wadanki cuma bilang, antar cucian kotor ke mba di rumah, trus tanyak dia butuh dianter belanja gak, kalau butuh yo kamu anter No, asistenku itu baru ke Jakarta belum tau jalan disini, gitu mba!" jawab Isno sambil menirukan perintah atasannya
"Yo saya pikir mba ART bapak, mohon maaf ya mba. Bayangan saya ART-nya wes tuwek, mbok-mbok ngunu lho mba"
"Eehh ladalah, jebule cuantiikk tenane"
panjang lebar Isno menjelaskan
"Iya aku memang asistennya bapak, mas?"
Cindra memilin jemarinya, ada rasa sesak di dada saat Isno bilang 'antar cucian kotor ke mba dirumah' seakan menegaskan kewajibanku
"Tapi mba lebih cocok jadi pacar atau istrinya bapak" Isno senyum
"Ya gak toh mas, bapak kan sudah punya calon"
"Dengar-dengar sih gitu mba, anaknya pejabat mba. Cuantik sih bodynya kayak model, tapi yaa itu mba..wes ga sesuai sama tingkah lakunya"
"maksudnya mas?"
"Ga berani ngomong saya mba, nanti mba juga tau sendiri"
"he-um"
"Kita ke mol terdekat aja ya mas Isno, sekalian saya mau belanja baju. Katanya baju-baju di sana bagus"
"Siap mba"
****
Hafiz yang berencana menghabiskan weekendnya di rumah sudah siap menenteng pakaian kotor yang akan dia cuci di rumah. Tiba-tiba..
Drrtt...drrtt..
Chat masuk dari Ranty
"Mas kapan jemput aku?"
'Astaga aku lupa ada janji dengan Ranty, libur kuliahnya tinggal dua hari lagi dia pasti menuntutku menemani keliling Jakarta' batin Hafiz
'Satu jam lagi mas jemput' balasnya
Dengan terpaksa dia meminta anak buahnya mengantarkan pakaian kotor ke rumah.
Sesampainya di kediaman pak Fredy, disambut oleh Ranty.
Ranty melebarkan tangannya langsung menggandeng lengan Hafiz
"Kita kemana hari ini mas?"
"Kamu mau dianter kemana?"
"Informasi dari om, kamu sudah punya rumah mas? Boleh aku berkunjung?"
"hah?! Ee-h rumahku belum 100% beres, masih ada beberapa yang sedang di renov. Berdebu dan kamu akan bosan pastinya"
"ga apa-apa mas, ya?!"
"Oke" dengan berat hati Hafiz mengabulkan permintaan kekasihnya
'Cindra harus disembunyikan dulu, ga bisa aku bayangkan jika mereka bertemu' batin Hafiz
Dengan tergesa dia hubungi Isno, anak buahnya
'No, kamu dimana? Ajak mba cindra keliling dulu sampe sore jangan pulang sebelum aku kabari'
Karena sedang mengemudi, Isno tidak membuka chat dari Hafiz. Posisi mereka sekarang sudah memasuki gerbang perumahan elit milik Hafiz
"Shi*!! Ga dibuka chatku"gumam Hafiz yang sempat terdengar oleh Ranty
"Chat siapa yang ga dibuka mas?"
"Oh..itu, Isno anak buahku"
"Owh"
Cindra dan Isno sudah tiba di rumah langsung membawa masuk belanjaan dan menata belanjaan di kulkas. Baju-baju yang cindra beli segera di letakan di kamarnya. Tanpa mereka ketahui si pemilik rumah sudah menuju pulang.
"Terima kasih mas Isno sudah nemenin aku dan bantu bawa belanjaan"
"Saya juga terima kasih mba sudah di traktir makan, maklum mba tanggal tua uang saya dikirim ke kampung hehe"
"ga apa-apa, aku juga kalau masih punya orangtua pasti gitu mas"
Isno baru membuka aplikasi chat berwarna hijau, dan bertujuan mengabari kalau tugasnya sudah selesai. Dia bingung isi chat atasannya memintanya untuk mengajak cindra kembali keluar rumah.
"Mba Cindra saya diminta bapak ngajak mba keluar rumah lagi, sampe nunggu arahan lagi untuk kembali" dengan polosnya Isno menyampaikan isi chat atasannya
Cindra sesaat bingung, tapi firasatnya mengatakan dia harus segera menghindar dulu dari rumah.
"Owh, baiklah..Ayo"
Ceklek..
Ketika hendak keluar rumah, tiba-tiba pria yang ingin dihindari sudah berdiri di depannya
"Mas Hafiz!" Cindra mematung
Dengan wajah tegang dan tatapan tajam dia menatap Cindra dan Isno bergantian.
'Matek akuuu...!!Habis aku kena hukuman' batin Isno
"Rumah kamu bagus mas?" Suara wanita di belakang Hafiz menginterupsi kesadaran Cindra
"S-siapa dia mas?" tanya Ranty menatap Cindra
Dimana posisi saat itu Cindra dan Hafiz sedang terpaku saling menatap
Hafiz mengusap belakang lehernya menghindari gugup
"saya asistennya mas Hafiz mba" Cindra mengangguk pelan ke arah wanita cantik itu
"Owh" Ranty mengangguk sambil melirik Hafiz
"Permisi mas-mba, ini jamnya saya pulang. Kerjaan dirumah sudah selesai"
Cindra memposisikan sebagai asisten yang bekerja secara part time agar tidak menimbulkan kecurigaan
Hafiz mematung tidak tau harus berbuat apa, dia shock dengan jawaban istri sirinya
"Saya juga pamit, Dan! Tugas saya sudah selesai. Ijin kembali ke batalyon, Dan!" Pamit Isno
"Isno, antar cindra! Selalu cek hp kamu. Kalau perlu tempelin hp di mukamu itu! Susah sekali di hubungi!! Urusanmu belum selesai sama saya!" suara perintah Hafiz terdengar dingin penuh ancaman
"S-siap salah, Dan!"
"ya sudah sana..sana!" Ranty menggerakkan tangan tanda mengusir
Hati cindra terasa mencelos melihat perlakuan Ranty dan sikap dingin Hafiz. Sakit..sakit sekali!
"Kita mau kemana mba?!" tanya Isno saat sudah melajukan mobilnya keluar gerbang
"Aku ga tau mau kemana mas, aku baru di Jakarta ini. Ga punya tempat untuk disinggahi" wajahnya menunduk sedih
"Ga usah sedih mba, kita ke Monas aja ya. Kalau ga salah hari ini ada band NDX dan atraksi air mancur. Nanti kalau sudah ada arahan dari bapak untuk pulang, mba saya anterin pulang"
Cindra hanya mengangguk pelan
'ga yakin aku mba cindra ini cuma asisten bapak, bapak kelihatan tegang gitu tadi wajahnya. Seperti orang yang kepergok selingkuh. Kemungkinan pacar simpanan bapak' batin Isno sambil melirik cindra yang diam membisu
***
"Mas, tadi itu asisten kamu? Cantik banget. Aku bisa cemburu lho mas kalau dia sama kamu berduaan di rumah"
"emm.. Siapa bilang kami berduaan. Anak buah dan karyawanku selalu ada di rumah ini. Kami ga pernah berduaan" setenang mungkin Hafiz menjawab walau hatinya gelisah
"Sepertinya anak buahmu punya hubungan sama asisten itu mas?"
"ga mungkin! Asistenku udah punya suami"
"Owhh udah punya suami" Ranty mengangguk
'Mereka pergi kemana, kenapa hatiku se-gelisah ini. Apa yang gadis itu pikirkan sekarang? Kenapa dia bilang asistenku sih! Ahh'. Hafiz merutuki dirinya dalam diam
"Rumahmu bagus mas, aku suka interiornya, kamarmu disebelah mana?"
"Sana!" karena ga fokus Hafiz menunjuk dapur
"Dapur?!" Ranty bingung
"Kamu nanya apa tadi?"
"Ga jadi mas, sepertinya pikiran kamu ga ada disini, kamu keliatan banget ga fokus" Ranty merajuk
"Bukan begitu sayang, aku memang lagi banyak pikiran dan kerjaan. Maaf ya" merangkul Ranty
"Kamu mau home tour?" ajak Hafiz
Ranty mengangguk senang
"Dibawah ada dua kamar, kamar utama dan kamar tamu, dua kamar pembantu disamping dapur. Di lantai dua kamarku dan ruang kerjaku. Di lantai tiga ada tempat fitnes, meja bilyar dan ruang rapat" Hafiz menjelaskan rumahnya
"Kereen bangeett..!! Aku suka disini" Ranty memeluk Hafiz
"Syukurlah" Hafiz menarik bibirnya ke atas menutupi kegelisahannya
"Kapan mas melamarku?" tanya Ranty seraya memeluk pinggang Hafiz
"Me-melamar?!"
"he-um"
"kamu kan masih kuliah, selesaikan dulu kuliahmu" Hafiz gugup
Entahlah kenapa dia begitu canggung dengan pertanyaan Ranty, kalau dulu pertanyaan ini selalu dia nantikan terucap dari Ranty. Setelah menikah siri dengan Cindra hatinya tidak siap membicarakan pernikahan
"Kalau aku sudah lulus kuliah apa mas akan melamarku?
"Jika kita memang berjodoh" jawab Hafiz ambigu
"Jawabannya ga memuaskan!" Ranty mempererat pelukannya
"Apa kamu sudah yakin mencintaiku, Ran?!" tanya Hafiz
"Aku sudah menempel ini sama kamu, masa kamu belum yakin aku sudah tertarik padamu, mas"
"Tertarik saja belum cukup buatku, aku butuh dicintai dan disayangi, Ran" Hafiz menatap wajah Ranty mencari keseriusan
"Kita liat aja nanti" senyumnya menggoda
Ranty berjinjit mencium bibir Hafiz, melumatnya sebentar menunggu respon lawannya. Hafiz yang pikirannya sedang tidak fokus hanya membalas sebentar lalu menjauhkan wajahnya.
Ranty kecewa, lalu ia menarik Ranty dibawanya ke ruang tamu.
"Kamu lapar gak?!" tanya Hafiz
"iya"
"mau masakin aku apa?" tanya Hafiz sambil tersenyum
"What? Masak? It's not passion mas!" sambil mengangkat tangannya
".." Hafiz tersenyum getir
"Oke aku yang masak, kamu mau makan apa?" tanyanya sambil melangkah ke dapur
"Steak, spageti aku suka!" wajah Ranty berbinar
Kembali Hafiz tersenyum getir. Hayalannya dia mempunyai istri yang bisa memasak dan menyajikan makanan rumahan yang lezat
Saat ia melirik ke arah meja makan, sudah tersaji masakan rumahan sisa tadi pagi yang sempat dimasak Cindra. Hafiz mendekat, dibukanya tudung saji dan terpampanglah masakan kesukaannya; telor balado, oseng kangkung seafood, sambel terasi dan tempe tahu goreng. Hatinya gemuruh memendam kesedihan.
"Ran, kamu suka makanan ini gak? kemari Ran" ajak Hafiz
Ranty melangkah ke meja makan
"ehm..ga suka mas, dirumahku makanan seperti itu hanya dimakan pembantu" wajahnya menunjukan jijik
"aku suka spageti, kita order online aja ya"
Hafiz mengangguk pelan. Mood-nya benar-benar rusak hari ini