Joanna memiliki kehidupan yang bahagia. Keluarga yang menyayangi dan mendukungnya. Pekerjaan yang mapan dengan gaji tinggi. Dan calon suami yang mencintainya.
Sayangnya, kehidupan Jo hancur hanya dalam tempo singkat. Usaha keluarganya hancur. Menyebabkan kematian ayah dan ibunya. Dipecat dan bahkan tidak dapat diterima bekerja dimanapun. Dan calon suaminya menikah dengan putri konglomerat.
Dan semua itu karena satu orang. Konglomerat yang terlalu menyayangi adiknya sampai tega menghancurkan kehidupan orang lain.
Jo tidak akan pernah memaafkan perbuatan musuh terburuknya. Tidak akan
yang belum 20 tahun, jangan baca ya🥰🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Elena Prasetyo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
16
Tidak
Jangan menangis
Maafkan aku
Semua karena aku
Brandon berdiri kaku di tempatnya. Air mata yang dilihatnya baru saja, membuat dia hancur. Sudah lama dia bersiap untuk saat ini. Tapi ternyata persiapannya kurang.
Apa sebenarnya yang terjadi pada kita Jo?
Dia menunduk dan tidak bisa merasakan hal apapun. Selain menyesal.
"Tuan Powell, sebaiknya Anda kembali ke kantor"
Bahkan kehadiran pengawal yang selalu mengawasi kegiatannya tak dia pedulikan lagi. Brandon duduk di ruangannya. Dalam keadaan tidak baik-baik saja.
Satu Minggu setelah pernikahan, dia mendengar kabar kepergian Jo. Setengah tahun kemudian dia bertemu dengan teman mantan kekasihnya. Menampakkan amarah yang ditahan lalu menguraikan kisah sedih Jo sejak ditinggalkannya pergi.
Brandon masih tidak percaya bahkan saat berdiri di depan makam kedua orang tua Jo. Dia berlutut dan berulang kali mengucapkan kata maaf.
Dia adalah seorang calon menantu yang menghancurkan bisnis calon mertuanya. Seorang calon suami yang berkhianat dan menikah dengan orang lain. Seorang manusia yang tega melakukan semua itu hanya karena tidak ingin menderita.
Dan sekarang, apa yang harus dilakukannya? Dia ingin menebus kesalahannya. Tapi sepertinya Jo sudah muak bahkan hanya untuk melihatnya.
"Semua akan selesai besok. Dan saya akan pastikan melapor pada Anda" janji sang desain interior yang dibantu oleh Jo.
"Iya. Harus selesai besok. Karena aku akan menunjukkan hasilnya malam sebelum pesta ulang tahun dilaksanakan" jawab Jo lalu mengangguk puas.
"Apa Anda akan diundang ke pesta itu?"
"Iya. Tapi tentu saja aku berbeda dari undangan lain. Aku hanya salah seorang pegawai yang jasanya dipakai oleh keluarga Lane. Bukan tamu yang benar-benar memiliki hubungan eksklusif dengan mereka"
"Anda terlalu merendah. Diundang ke pesta kalangan atas pasti sangat menakjubkan. Hanya menjadi impian kami para pekerja ini"
"Setahun lalu, itu juga merupakan impian untukku. Dan ternyata sekarang aku bisa memasuki dunia yang ku impikan. Jadi ... Tetaplah bermimpi karena suatu hari nanti, itu akan jadi nyata"
"Iya"
Senang sekali Jo melihat hasil yang dibantu pengerjaannya selama tiga hari ini. Kini dia bisa memecah fokus pada pekerjaan lainnya. Karena sudah masuk beberapa pekerjaan yang harus ditanganinya. Dia hanya mendahulukan pekerjaan ini karena memandang hubungan baik dengan Nyonya Lane.
Malam hari, Jo kembali ke hotel. Ada ketakutan dia akan bertemu dengan masa lalu yang hanya mengingatkannya pada penderitaan itu. Tapi ... Dia tetap harus masuk kembali ke hotel.
"Silahkan Nona" sapa lift boy padanya.
"Lantai delapan" jawabnya.
"Baik"
Lift bergerak ke bawah, menuju basement. Padahal Jo mengatakan tujuannya dengan jelas tadi. Apa ada orang lain yang harus dijemput di basement? Perlahan Jo merasakan firasat buruk.
Dan benar saja. Yang menunggu di depan pintu lift adalah pria biadab itu.
"Tidak disangka kau akan bertemu lagi dengan Brandon. Sudah kukatakan, siapapun yang memiliki keinginan untuk menghancurkan adikku. Aku akan melumatnya sampai habis" kata pria itu lalu menerobos masuk ke dalam lift, menekan Jo sampai harus bersandar ke dinding dan membuat gemetar lift boy.
Jo sudah mengalami banyak hal selama ini dan gertakan pria yang mengandalkan tubuh besar dan suara keras itu tak lagi membuatnya takut.
"Sayang sekali, tapi bukan aku yang ingin bertemu dengannya" jawabnya berani.
"Kau pikir aku akan percaya dengan wanita sepertimu?"
Jo tertawa dan meremehkan penilaian pria yang sudah menghancurkan semua yang dia miliki.
"Dan kau pikir aku akan takut dengan ancamanmu? Jangan lupa! Kau sudah membuatku tidak punya apa-apa"
Pria itu dengan paksa mencium Jo. Tapi dia berhasil menghindarinya. Membuat bibir panas itu mendarat di pipinya. Saat Jo pikir pria itu akan berhenti, lehernya menjadi sasaran baru. Pria brengsek itu berhasil membuatnya geli sekaligus terangsang. Tidak tahu kenapa.
Dan perlahan saat pria itu menciumnya, Jo tidak menolak. Mereka saling melumat tapi Jo sadar dengan cepat. Dia mendorong pria itu dan berhasil memisahkan mereka.
"Brengsek. Aku lelah" katanya kesal. Tidak bisa menahan diri.
"Baiklah. Tidurlah untuk malam ini. Tapi lain kali, aku tidak akan melepas mu"
Pria itu menekan lantai delapan dan melihat lift boy yang sedari tadi ada disana.
"Antar dia dengan aman. Atau nyawamu taruhannya"
Lift boy segera menekan tanda pintu menutup. Dan mengantar Jo ke lantai delapan. Tidak mengulur waktu, Jo berjalan cepat ke arah kamar. Dia hampir saja membanting pintu di belakangnya.
"Apa yang sudah dilakukan? Kenapa aku ... ??"
Sebenarnya dia sudah lupa rasanya disentuh oleh pria brengsek itu. Mungkin karena pertahanan diri tubuhnya yang tidak ingin merasa lebih menderita lagi. Tapi saat pria itu terus berusaha menyentuhnya lagi beberapa hari lalu. Ada sebuah sensasi asing yang disukainya.
"Apa itu namanya terangsang?" tanyanya lalu mengutuk diri sendiri.
Bagaimana bisa dia terangsang dengan pria yang sudah membuatnya menderita? Tidak boleh. Dia harus membenci pria itu. Membenci sentuhan pria brengsek itu. Dan tidak merasakan apapun saat pria dengan tampilan sempurna itu menyentuhnya lagi. Atau ... Dia bisa gila.
Keesokan harinya Jo disibukkan dengan pekerjaan. Dia bersyukur karena hal itu akan membuatnya melupakan semua hal aneh yang terus mengganggu pikirannya.
"Bagaimana sayangku? Apa rumah ini sesuai dengan seleramu?" tanya Nyonya Lane yang menunjukkan rumah hadiah untuk ulang tahun cucunya.
"Terima kasih nenek. Aku suka" jawab cucu Nyonya Lane tampak puas.
Jo yang berada di ujung ruangan sejak tadi merasa senang. Pekerjaannya selama tiga hari ini terbayar sudah dengan kepuasan kliennya.
Dan ketika klien menikmati hasil kerjanya, Jo perlahan menjauh. Dia tidak ingin mengganggu suasana menyenangkan antara nenek dan cucunya yang berulang tahun ke tujuh belas itu.
Malam harinya, Jo menghadiri pesta ulang tahun gadis yang beruntung itu. Terpukau dengan tema elegan yang dipilih oleh cucu Nyonya Lane.
"Terima kasih Jo. Rumah itu sangat sesuai dengan keinginan cucuku" ucap Nyonya Lane setelah acara puncak selesai.
"Terima kasih kembali Nyonya"
"Apa kau akan kembali keluar negeri sekarang?"
"Sepertinya tidak. Berkat Anda saya mendapatkan beberapa klien disini. Tapi saya akan pindah hotel" jawabnya tanpa mengurangi rasa terima kasih karena Nyonya Lane sudah menanggung tempat tinggalnya selama tujuh hari penuh.
"Baguslah. Ada beberapa acara lagi dan aku ingin menggunakan seleramu yang bagus itu untuk memilihkan ku gaun yang pantas"
"Saya akan merasa terhormat membantu Anda Nyonya"
Memang ada beberapa klien baru yang ada di kota ini. Tapi penyebab utama dia masih ada di kota ini adalah untuk menyelesaikan masalah rumah lamanya.
Pria brengsek itu sedikit memperpanjang proses karena merasa kalah. Tapi Jo akan terus menuntut hak nya. Tidak peduli apa yang diinginkan pria brengsek itu.