Kalandra terpaksa menerima perjodohannya itu. Padahal dia akan dijodohkan dengan perempuan yang sedang hamil lima bulan.
Saat akan melangsungkan pernikahannya, Kalandra malah bertemu dengan Anin, perempuan yang sedang hamil, dan dia adalah wanita yang akan dijodohkan dengannya. Ternyata Anin kabur dari rumahnya untuk menghindari pernikahannya dengan Kalandra. Anin tidak mau melibatkan orang yang tidak bersalah, harusnya yang menikahinya itu Vino, kekasihnya yang menghamili Anin, akan tetapi Vino kabur entah ke mana.
Tak disangka kaburnya Anin, malah membawa dirinya pada Kalandra.
Mereka akhirnya terpaksa menikah, meski tanpa cinta. Apalagi Kalandra masih sangat mencintai mantan kekasihnya. Akankah rumah tangga mereka baik-baik saja, ketika masa lalu mereka mengusik bahtera rumah tangga mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hany Honey, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tiga Belas
"Iya, aku seharusnya tidak percaya dengan Kala, seharusnya aku tidak mau menikah dengannya, mamah, papah, maafkan Anin, Anin mengecewakan mamah dan papah lagi,” gumam Anin dalam hati. Anin pulang ke rumahnya dengan menggunakan taksi. Dia masih menangis di dalam taksi yang ia tumpangi.
"Tapi bagaimana dengan pernikahan ku? Aku tidak bisa membatalkan lagi, kasihan mamah dan papah, juga Tante Sari dan Om Surya. Mereka harus menanggung malu lagi karena kami tidak jadi menikah,” ucap Anin lirih.
"Pak putar balik ke rumah tadi,"pinta Anin pada sopir taksi tersebut.
"Baik, non,” ucapnya.
Anin segera menghubungi Kala, memastikan dirinya masih ada di rumahnya atau sudah pergi. Tapi, tak ada jawaban dari Kala, dan Anin tetap akan mendatangi rumah Kala lagi.
Kala masih berada di dalam rumahnya bersama Sandra, Kala masih terduduk mematung di ruang tamu.
"Kala, kenapa tidak mengejarnya?” tanya Sandra.
"Untuk apa, sudah jelas kan, aku hanya mencintaimu, bukan dia,"ucap Kala.
"Kamu mau menikah dengannya, Kala,” tukas Sandra.
"Yang ingin aku menikah dengan dia itu orang tuaku dan orang tuanya. Bukan kemauan aku atau dirinya,” ucap Kala.
"Kalau Anin tidak mau, tidak mungkin dia semarah itu, Kala. Jika dia tidak mencintaimu dia tidak akan sehancur tadi! Aku sudah jadi istri orang, bagaimanapun perlakuan nya terhadapku, dia tetap suamiku, dan aku mencintainya Kala,” ucap Sandra.
"Kamu sudah tidak mencintaiku?” tanya Kala.
"Semenjak aku sah menjadi seorang istri, aku berusaha untuk mencintai suamiku, walaupun perlakuannya kasar terhadapku,” ucap Sandra.
"Aku mencintaimu, Sandra,” ucap Kala
"Maaf aku tidak bisa. Menikahlah dengan Anin,” tutur Sandra.
"Sudah aku bilang pernikahan ini bukan aku yang menginginkannya, orang tua ku dan orang tua Anin yang mau."tukas Kala dengan nada meninggi.
"Iya Kala, memang pernikahan ini yang menginginkan Orang tua kita, kali ini aku mohon padamu Kala, jangan batalkan pernikahan ini, aku kasihan dengan orang tua kita. Apa harus meniadakan kebahagiaan mereka karena masalah ini? Aku tahu Sandra wanita yang kamu cintai. Oke, Kala, kita menikah bukan karena cinta, ini semua untuk orang tua kita. Seumur hidup kamu tak mau menyentuhku setelah menikah pun aku tak mengapa, asal orang tua kita bahagia. Please, pernikahan kita dua hari lagi Kala. Jangan musnahkan harapan dan kebahagiaan orang tua kita,” ucap Anin yang tiba-tiba berada di depan pintu.
"Anin aku tidak mencintaimu,” ucap Kala.
"Apa aku mencintaimu? Tidak, aku tidak mencintaimu, ini semua karena orang tuaku, aku tak mau mereka malu karena kita menggagalkan pernikahan kita untuk kedua kalinya,” ucap Anin .
"Bukan aku mengemis cinta, di hatiku tak ada cinta lagi, kecuali untuk Dava anakku dan orang tuaku. Jika kamu mau membatalkannya, beri alasan yang jelas pada mereka, dan bawa Sandra di hadapan mereka,” imbuh Anin.
"Kenapa Sandra di bawa-bawa?” tanya Kala.
"Ya, karena kamu akan mempertahankan cinta kamu, tanpa kamu sadari orang tua kamu akan menanggung malu pada tamu undangan nantu!” tegas Anin.
"Aku pulang, aku tunggu jawabanmu malam ini, jangan jadi laki-laki pengecut. Pengecut karena cinta itu sudah biasa. Tapi pengecut yang tega membuat hati orang tuanya sakit itu sungguh luar biasa, Kalandra Abimana!” tegas Anin sambil keluar dari rumah Kala.
Kala mencerna setiap ucapan Anin, dia benar-benar sedang di butakan oleh cintanya pada Sandra, hingga dia tak bisa mendengar apa yang baik untuknya, padahal kemarin dia jelas-jelas yang meminta ingin menikah karena demi kebahagiaan orang tuanya. Tapi, setelah Sandra kembali, dia lupa akan hal itu.
"Kala maaf, kedatanganku merusak segalanya. Aku pulang dan maaf aku tak akan kembali mengusikmu, mengusik kehidupan kamu dan Anin." Sandra segera mengambil tasnya di kamar dan pergi meninggalkan rumah Kala.
Kala masih saja terdiam di kursi ruang tamunya, dia masih saja duduk tak menghiraukan Sandra pergi meninggalkannya.
"Iya benar kata Anin, jika di batalkan, bagaimana papah dan mamah? Aku benar-benar tak bisa berpikir jernih saat masih ada Sandra. Maafkan aku Anin. Iya, kita akan menikah. Aku akan mencoba mencintaimu, Sandra sudah menjadi milik orang lain, dan dia mencintai suaminya,” ucap Kala lirih.
Sore harinya, Kala mengirim pesan pada Anin, bahwa dirinya akan mengajak bertemu dengannya di Cafe nanti malam, Kala sudah diperjalanan pulang untuk menemui Anin, dan memberikan jawabannya. Dia akan menjemputnya jam 7 malam.
Kala menjemput Anin di rumahnya, setelah itu mereka langsung pergi ke cafe, ada yang ingin Kala sampaikan pada Anin mengenai pernikahannya. Mereka sampai di cafe yang mereka tuju. Kala dan Anin duduk di kursi pojok di samping jendela. Mereka memesan minuman dan makanan ringan.
"Ada apa kamu mengajakku ke sini?" tanya Anin.
"Untuk memenuhi permintaan kamu,” jawab Kala.
"Oh begitu? Terus gimana?" Tanya Anin lagi.
"Kita tetap akan menikah, dan setelah itu kita tinggal di rumahku,"ucap Kala.
"Oke, terima kasih. Sudah itu saja kan? Kalau sudah ayo kita pulang,” ajak Anin.
"Iya." Jawab Kala dengan berjalan di sisi Anin
"Hanya membicarakan ini saja ke Cafe, menghabiskan waktu saja,” cebik Anin kesal
"Anin, bisa temani aku sebentar?” pinta Kala.
"Ke mana?" tanya Anin.
"Ikut saja, nanti kamu akan tahu di mana tempatnya,” jawab Kala.
Kala dan Anin masuk ke dalam mobil, Kala melajukan mobilnya menuju ke suatu tempat. Kala mengajak Anin ke panti yang dekat dengan Cafe.
"Pantai?” tanya Anin
"Iya, sebentar temani aku di sini. Ayo duduk di sana." Kala menggandeng tangan Anin menuju ke bangku dekat pantai.
"Lepaskan tanganmu." Anin menepiskan tangan Kala. Mereka berjalan beriringan menuju ke bangku tersebut. Mereka duduk menghadap ke pantai.
"Anin, maaf,” ucap Kala dengan menggenggam tangan Anin
"Maaf untuk apalagi?” tanya Anin. “Bosan sekali aku mendengar kata maafmu,” cebik Anin dengan menyingkirkan tangan Kala.
"Untuk yang tadi siang,” jawab Kala.
"Aku sudah bosan mendengar kata maafmu, Kala. Tapi, tetap saja kamu mengulang kesalahan.” tukas Anin. Kala terdiam sejenak.
"Anin, jika kita menikah nanti ....”
“Kenapa kalau nanti menikah?!” potong Anin.
Ucapan Kala terhenti karena Anin. Anin juga sudah lelah membicarakan soal pernikahan.
"Tidak usah membahas pernikahan, untuk apa di bahas? Pernikahan kita bukan kehendak kita, bukan dari hatimu juga kan? Untuk apa di bahas,” ucap Anin dengan sedikit kesal.
"Iya memang benar, kita menikah bukan kemauan kita, tapi apa kita tidak bisa saling menerima? Ya mungkin mencintai.” ucap Kala dengan entengnya
"Kamu orang dewasa apa anak ABG yang masih labil, Kala? Tidak usah membahas cinta, tanya pada dirimu sendiri soal cinta yang kamu tahu seperti apa,” sembur Anin.
"Iya, semua orang mengharapkan pernikahan yang saling mencintai satu sama lain, apa kita bisa melalui pernikahan tanpa rasa cinta?” tanya Kala.
"Bisa jika semua di lakukan dengan ikhlas. Ikhlas karena kebahagiaan orang tua kita lebih penting,” ucap Anin.
"Semakin hari orang tua kita semakin tua, Kala. Kapan kita akan membahagiakan nya kalau tidak sekarang, sudah banyak luka yang aku torehkan pada hati mereka,” imbuh Anin.
"Benar kata kamu, Anin. Aku juga selalu membuat orang tuaku sakit hati,” ucap Kala.
"Iya, jalan satu-satunya kita menikah, dan orang tua kita akan bahagia,” imbuh Kala.
"Iya, itu jalan satu-satunya. Kala, pulang yuk. Sudah malam, kasihan Dava,” ajak Anin.
"Iya, ayo kita pulang. Anin besok aku sudah mulai cuti kantor, bolehkan besok aku ke rumahmu? Aku ingin bertemu Dava. Aku kangen sekali dengan dia,” ucap Kala
"Iya, boleh. Katanya anakku juga anakmu,” ucap Anin dengan mengurai senyumannya.
"Ah…iya…ayo pulang, kasihan anak kita,” ajak Kala dengan mengurai senyumannya.
"Ayo." Kala menggandeng tangan Anin berjalan menuju ke arah mobilnya. Kali ini Anin tak menepiskan tangan Kala lagi.
Anin memang sudah sedikit memendam rasa cinta pada Kala, sebisa mungkin dia harus bisa menikah dengan Kala, itu semua karena orang tua Kala yang selalu mendesaknya. Dan tentunya untuk melupakan Sandra yang sudah menjadi istri orang.