Hanaya, wanita cantik yang harus rela menjual tubuhnya dengan pria yang sangat ia benci. Pria yang telah melukai hatinya dengan kata-kata yang tak pantas Hana dengarkan.
Mampukah Hana hidup setelah apa yang terjadi padanya?
Atau bagaimana kah nasib pria yang telah menghina Hana saat tahu kebenaran tentang Hana?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon momian, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 20
"Mungkin saja aku salah lihat." Gumam Aron sambil menggelengkan kepalanya dan kembali melanjutkan langkahnya.
Sedangkan Hana, kini berjalan penuh dengan emosi sambil membawa selembar kertas yang tadi sudah di berikan oleh Roy, saat perjalanan menuju rumah Elang. Dan tanpa mengetuk pintu ruangan kerja Elang, Hana langsung saja membuka dan masuk ke dalam. Elang yang berada di dalam, hanya tersenyum devil melihat kedatangan Hana.
Brangggg.... Bunyi suara meja saat Hana meletakkan selembar kertas, yang berisi surat perjanjian mereka.
"Kau menipuku tuan." Kata Hana dengan sangat kerasnya.
"Menipu?" Ulang Elang sambil menaikkan satu alisnya.
"Baca sendiri surat perjanjian ini. Terlihat jelas sekali jika kau menipuku."
Elang mengambil kertas itu, dan melihatnya sambil tertawa. "Hahahahahah"
"Aku tidak setuju dengan apa yang tertulis di sana. Aku tidak setuju."
"Lalu ini?" Elang menunjuk tanda tangan milik Hana yang berada di kertas tersebut
Hana langsung merampas kertas itu dan langsung merobeknya tepat di hadapan Elang. "Ini tidak sesuai dengan apa yang kau katakan malam itu, saat di kelab."
"Setiap orang bisa berubah. Dan bukannya kau sudah mengambil uang itu?"
"Tapi kau menipuku!"
"Tidak! Aku tidak menipumu"
"Kau menipuku!" Bentak Hana dan ingin menampar Elang, namun tangan Hana kini hanya melayang di udara kala Elang menahan tangannya.
"Aku tidak menipumu. Tapi kau lah sendiri yang salah karena tidak memperhatikan poin-poinnya." Elang langsung menyentakkan tangan Hana dengan sangat kasar.
"Aku tunggu seminggu kemudian. Jika kau tidak datang maka aku anggap kau telah melanggar perjanjian itu. Dan bersiaplah mengganti rugi sepuluh kali lipat, beserta kau harus siap aku penjarakan." Ucap Elang dengan sangat jelas dan sangat tegas nya. Membuat Hana terdiam.
Lalu Elang berjalan keluar dengan senyum kemenangan terukir di wajahnya. Akhrinya, kini mainan yang sangat susah ia dapatkan dengan mudahnya datang sendiri menawarkan diri. Akhirnya Elang kini bisa terus tersenyum membayangkan betapa seru hari-hari yang akan ia lewati nanti, ketika mainannya akan datang seminggu kemudian."
"Elang......!!!" Teriak Hana.
•••••••
Seminggu kemudian..
Ponsel Hana terus berdering, membuat Hana yang masih tidur dengan posisi duduk langsung membuka matanya secara perlahan. "Widia" Gumam Hana namun tidak menjawab panggilan Widia. Hingga ponsel Hana pun kembali berdering.
"Jawab dulu nak. Siapa tahu saja Kana membuat masalah." Ucap sang ayah.
Ya, memang saat ini semenjak ayah berada di rumah sakit, Widia lah yang menjaga Kana di rumah. Hana sangat bersyukur mendapatkan teman seperti rasa saudara. Teman yang selalu tahu, dan mengerti akan keadaan Hana. Teman yang selalu ada saat Hana sedang membutuhkan apa-apa. Teman, yang suka dan duka selalu ada di samping Hana.
"Iya Wid, ada apa?" Tanya Hana saat menjawab panggilan Widia.
"Han.. Hana." Panggil Widia di seberang sana.
"Ada apa Wid?" Hana berdiri dari duduknya. "Apa kak Kana baik-baik saja?"
"Hana lebih baik kau pulang dulu. Ada orang yang mencarimu."
"Siapa?"
"Aku tidak tahu Han. Lebih baik kau datang sendiri."
Hana pun mematikan ponselnya.
"Ada apa sayang?" tanya sang Ayah.
"Ayah, aku pamit dulu. Sepertinya kak Kana saat ini membutuhkan ku."
"Iya nak. Hati-hati yah."
••••••
"What???" Ucap Aron saat mendengar kabar jika Elang akan menikah hari ini.
"Kau yakin tidak salah informasi kan? Karena tidak mungkin Elang akan melakukan hal itu." Tanya Aron kembali pada asisten pribadinya.
"Iya tuan. Hari ini tuan Elang akan menikah. Dan perempuan yang akan Elang nikahi adalah perempuan yang pernah bekerja di kelab malam.." Belum sempat sang asisten melanjutkan ucapannya, kini Aron berdiri dari duduknya.
"Sekarang juga kita temui Elang." Pintanya.