"boleh nggak, aku cium kamu?"
"aku ingin melakukannya malam ini denganmu"
WARNING!!!
JANGAN MENJIPLAK, MENGCOPY, MENYALINDAN APAPUN ITU. MARI SAMA-SAMA MENGHARGAI DAN MENGHORMATI KARYA ORANG LAIN.. MAKASIH
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kim Agashi 김나리, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 8
Makul terakhir Siska sudah selesai, kini ia pulang dan akan menunggu di halte bus sesuai permintaan suaminya.
"Nggak naik ojek lo?" tanya Anggi yang akan menuju ke parkiran.
"Naik roda 4 gue"
"Wihh... Naik pangkat dong" Anggi tertawa puas.
"Sialan lo!" Siska mendorong bahu Anggi pelan.
"Yaudah, gue pulang dulu ya bestie.. Hati hati lo" Anggi sudah masuk mobil dan melambaikan tangan di balas pula oleh Siska.
Di halte bus...
"Mana sih Aldo,, ck! Udah jam setengah 5 belum juga nongol. Jangan jangan ngibulin gue lagi.. Aakhh!!" Siska kesal.
Sampai jam 16.45 baru keluar mobil BMW i5 warna blue metallic.
Aldo menurunkan kaca mobilnya "buruan masuk".
Dengan wajah kesalnya Siska mengikuti perkataan Aldo.
"Dari mana sih lo?! Lama bener, sampe jamuran gue. Kalo gue di culik gimana?"
"Yaelah siapa juga yang mau nyulik lo.. Lagian lo itu jago perang, pasti penculiknya kalah lah" entah itu pujian atau ejekan yang pasti Siska masih kesal.
"Tumben lo ngajak gue pulang bareng. Kalo cewek lo tau bisa bisa gue di bikin sate"
"Ck! Udah deh diem aja. Pake tuh seat belt nya" Aldo melajukan mobilnya.
"Kita mau ke rumah mama sama papa" Sambung Aldo.
"Ngapain?" Siska terkejut.
Pasalnya dia belum siap siap dan masih bau karna belum mandi, mana nggak bawa baju ganti.
"Kok lo nggak ngabarin gue dulu sih?" Siska sebal.
"Ini juga mendadak kali" masih fokus menyetir.
Siska memanyunkan bibir 5cm, tak mengubah kecantikannya "kan gue belum mandi Aldo, badan gue bau seharian di kampus. Mana gue nggak bawa ganti. Kita ke apart dulu lah ya"
Aldo tak menjawab membuat Siska semakin merajuk.
Bisa bisanya membawa ke kediaman mertuanya dengan kondisi seperti itu, dan dengan entengnya Aldo biasanya saja.
"Al.."
"Hmm.."
"Hisshh!!" Siska memalingkan muka ke arah kaca pintu mobil. Sebab Aldo masih cuek.
"Gue mau nanya sama lo"
"Apa?"
Siska menghembuskan nafas kasar "lo masih marah sama gue, tentang kejadian itu?"
"Yang mana?" jawab Aldo pura pura.
"Yang waktu di SMA dulu, lo masih marah sama gue?" Siska menatap lekat Aldo.
Aldo tak menjawab, sudah pasti jawabannya -iya- kan?
"Bener lo masih marah kan? Makanya sikap lo dingin dan cuek sama gue"
"Al, lo cinta sama cewek lo?" pertanyaan Siska membuat Aldo tak fokus, dan ngerem mendadak.
Aldo menepikan mobilnya untuk sejenak.
"Sis.. Udah deh, gak usah bahas itu. Lo tau kan, gue masih nyetir. Lagi pula kita menikah itu kan karna perjodohan nggak ada kaitannya dengan masa lalu kita. Sekarang gue udah punya pacar yang sayang sama gue, lo nggak usah berharap lebih dari pernikahan ini!" jawab Aldo tegas tapi masih bisa dikontrol.
"Lo nggak berusaha cari tau kejadian itu dan dengerin pendapat gue? Emang lo pikir, lo doang yang tertekan sama keadaan ini?"
"Setiap malam gue kepikiran terus, kenapa gue bisa ngalamin hal kayak gini. Dibenci sama orang yang paling gue sayang bahkan sampai dia nggak percaya lagi sama gue. Sampai akhirnya gue udah bisa bangkit dari masa itu, lo dateng lagi ke kehidupan gue"
"Lo pikir gue mau kayak gini terus? Kalo emang kita udah nggak ada harapan di pernikahan ini mending kita cerai aja Al. Percuma juga kalo diterusin tapi lo nya nggak ada perasaan sama gue"
Air mata Siska tak dapat dibendung lagi, mengucur deras membasahi pipi.
Aldo tak bisa berkata apa apa, mulutnya bagai dihantam palu. Sakit sekali mendengar kata cerai yang terucap dari bibir mungil istrinya.
Jujur, Aldo pun merasakan sakit yang sama. Orang yang dulu dicintai mengkhianatinya, tapi selama ini ia tak pernah tidur dengan tenang. Siapa yang harus ia percaya.
Karena sejak Aldo melihat video Siska yang sedang bercumbu dengan seorang pria membuat hatinya tercambuk.
Siska menghapus air matanya, ia lalu pergi keluar mobil dengan perasaan campur aduk. Meninggalkan Aldo yang masih tak bergeming, meratapi kepergiannya.
"Al, gue masih sayang sama lo. Tapi kenapa lo kayak gini? Lo mudah banget dihasut sama si Tania. Lo lebih percaya sama orang lain ketimbang gue, tega lo Al" Siska berlari di pinggir jalan, tak menghiraukan beberapa orang yang menatapnya aneh.
"Gi.. Lo dimana?" Siska menelpon sahabatnya.
"Gue lagi nemenin nyokap gue ke salon nih.. Kenapa?"
"Ya udah gapapa, besok aja" Dengan nada setenang mungkin agar Anggi tak panik, Siska lalu mematikan telponnya.
Siska terus berjalan di trotoar, tidak tau akan kemana arahnya sekarang. Pulang? Tidak mungkin. Tapi sekarang tidak punya tempat tujuan.
Drrtt. Drrtt
"Ya Ren.." masih sesenggukan.
"Kenapa lo Sis?" Rendi sedikit panik.
"Nggak apa apa.. Lo ada apa telpon gue?" sambil mengusap air mata yang jatuh tanpa permisi.
"Lo dimana sekarang?"
"Gue nggak tau Ren" jawabnya lemah.
"Gue kesitu sekarang,, shareloc ya" Rendi mematikan telponnya.
Rendi yang tadi masih berada di kampus untuk latihan dan baru mau pulang. Melihat kacamata Siska yang sering ia gunakan untuk membaca ketinggalan di tasnya.
Siska mengirimkan posisinya sekarang, jujur saat ini ia membutuhkan sandaran. Tapi hanya Rendi yang tersisa, karena disini ia tidak punya siapa siapa.
Suami yang ia pikir bisa diandalkan nyatanya malah sama sekali tak bisa diharapkan.
10 menit kemudian...
"Sis.. " Suara bariton dari sorang pria membuyarkan lamunannya.
"Ayo kita pulang.. Mama sama papa udah nunggu"
Ya.. Aldo datang untuk menjemput istrinya.
"Lo aja sana.. Gue nggak mau!" Siska masih sesenggukan.
"Kalo lo nggak ikut. Gue bisa kena marah, kan lo istri gue. Masa gue dateng sendiri" Aldo mencoba merayu.
"Istri? Heh!!" Siska tersenyum miring.
"Lo anggep gue istri? Pergi aja sono ngajak cewek kesayangan lo itu!"
"Siskaaa!" Rendi datang berlari kecil.
"Ren.. "
"Disini lo ternyata, gue ngos ngosan nyari lo" Rendi sedang mengatur nafasnya.
"Lo siapa?" Tanya Aldo tak suka.
"Gue Rendi, temen sekelasnya Siska" Rendi mengulurkan tangannya.
"Oh.. Jadi ini yang bawa istri gue kelayapan malem malem. Udah sejauh apa hubungan mereka. Sampe sampe nyamperin Siska kesini segala" batin Aldo.
Aldo menatap pria yang tingginya tak beda jauh darinya dari ujung rambut sampai ujung kaki.
Aldo tak membalas uluran tangan Rendi, ia masih kesal dengan pria di sebelahnya.
"Ayok Sis kita pergi!" Aldo menarik paksa tangan Siska.
"Lepasin Al! Sakit!" Siska meringis.
Rendi mencekal lengan Aldo.
"Lo budeg!? Siska bilang sakit, lepasin!" Aldo masih tak melepaskan tangan Siska.
"Ini nggak ada urusannya sama lo ya! Minggir lo!" Aldo mencoba menyingkirkan tangan Rendi.
"Jelas ini urusan gue! Siska temen gue, lo udah kasar sama dia!" Rendi masih bersikeras menahan Aldo.
"Cuma temen kan? Gue suaminya!" batin Aldo.
"STOP!!" Siska melepas paksa tangan Aldo.
"Sebernya mau lo apa Al?" Siska sedikit berteriak.
"Gue mau lo ikut sama gue!"
"Nggak! Gue nggak mau"
"Bisa nggak sih lo ngehargain perasaan cewek. Dia udah bilang nggak mau, jangan lo paksa!" Rendi mau tak mau ikut campur.
"Bac*t lo! Lo belum tau siapa gue?"
Bughh!!
"Aaaaaa... Aldo stop!" Siska berteriak ketika satu pukulan keras mengenai bibir Rendi sampai mengeluarkan darah.
"Cuihh!" Rendi meludah.
"Nggak penting siapa lo, emang lo pikir gue takut?"
Bugh!!
Rendi membalas pukulan ke wajah Aldo sampai pipinya merah.
"Udah.. Gue bilang stop!!!" Orang orang sekitar hanya melihat saja tanpa melerai.
Aldo dan Rendi saling menatap tajam. Posisi sekarang 1-1. Berasa kayak di ring tinju aja. Wkwkwk
"Ren.. Mending lo pulang dulu. Biar gue kelarin urusan gue sama dia. Dan sorry ya udah bikin lo kayak gini.. Ntar gue kabarin lagi, sekali lagi sorry ya"
Dengan nada bersalahnya, Siska mengulurkan sapu tangan warna pink dengan bordir bunga tulip untuk Rendi menyeka darah di bibirnya.
NEXT...