Obsesi Mafia kondang pada seorang gadis yang menjadi jaminan hutang kontrak nya dengan ayah gadis tersebut.
Kisah keluarga yang saling menyakitkan namun menyembuhkan kedua nya saat bertemu. Sang kakek yang mempunyai rencana lain untuk menyatukan kedua nya, untuk mengatur Cucu nya dia butuh Gadis itu.
Tak disangka Mafia tersebut membawa gadis itu keluar dari dunia nya yang tidak baik-baik saja.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon OrchidCho, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Lips
Saat sedang asik memperhatikan Hana, ada bodyguard keamanan mengenali Leon.
"Bos.. Anda datang.." Sapa pria tersebut.
"Yaa.." Perhatian Leon terus tertuju dengan Hana.
Bagaimana dia bisa memesan satu tiket yang harganya sangat mahal, rupanya ia kemari dengan temannya.
Dan Leon juga sangat paham bagaimana club ini berjalan. Mata Leon mengedarkan pandangannya ke lantai atas terdapat beberapa orang yang sedang minum bahkan melihat ke lantai bawah. Dan ada orang yang dikenalnya dia seorang pebisnis juga.
Jelas mata pria tersebut melihat lurus ke Hana, dan tak lama ada seorang wanita mendekati Hana dengan 1 botol whiskey mahal.
Terlihat oleh mata Leon wanita itu seperti menuang sesuatu dalam gelas milik Hana meski hanya setetes, itu bisa sangat berbahaya. Dan dengan alami nya wanita itu menuang whiskey yang berisi cairan tadi.
Tanpa ragu Leon melangkah lebar mendekat, sebelum hampir bibir nya mengenai gelas nya, Leon merebut gelas tersebut hingga air dalam gelas nya bergoyang.
Dan..
Cwassss..
Leon membanting gelas tersebut hingga pecah, Hana reflek bangkit dari duduk nya dan terkejut bukan main, masalahnya ini adalah tempat umum.
"Apa yang-" gagu Hana yang melihat Leon.
Wanita yang memberikan whiskey tadi pun juga terkejut, padahal dia juga cuman suruhan.
"Maaf, tanganku licin. Katakan padanya minumannya aku yang bayar" ucap santai Leon memerintahkan pada wanita itu dan langsung saja wanita itu menelfon pria yang diatas.
Leon menatap Hana, yang ditatap masih syok, kenapa dia bisa datang kesini.
"Keluarlah" singkat Leon yang berbalik menuju keluar dari PUB.
Didalam, Hana yang pamit pada teman nya lalu keluar mengikuti Leon.
"Tak menyangka, anda bisa disini?? Dan kenapa anda sangat marah???" Tanya Hana yang berdiri yang langsung bertanya pada Leon.
"Jika kau minum itu, kau bisa berakhir dihotel dengan pria asing" celetuk Leon yang mengetahui seluk beluk bagaimana PUB ini berjalan.
"Apaa?? Bagaimana kau tau??" Hana mengkerut kan kening nya.
"Pria diatas menargetkan mu, dan aku salah satu investor disini" terang Leon.
Pria pebisnis tadi pun keluar dengan amarah dengan wanita yang memberikan minuman pada Hana, yang berusaha menenangkan amarah nya.
"Kulihat kau sudah membuatnya marah" ucap Hana melihat pria tersebut mendekat.
"Kau siapa??" Ucap pria tersebut yang langsung menarik kerah baju Leon.
"Pelanggan.. Dia salah satu investor, dimohon reda kan amarah mu" ucap wanita tersebut untuk tidak marah lagi.
"Tidak perduli!! Dia merusak semuanya!!" Kesal pria tersebut.
Sadarnya Hana ternyata benar, Leon telah menyelamatkan nya dari pria bàjíngân ini. Tidak ingin membuat Leon terkena masalah. Hana mencoba melepaskan cengkraman pria tersebut.
"Apa maksudnya ini?!!! Lepas!!" Ketus Hana yang berhasil melepaskan cengkraman pria tersebut.
"Dengan maksud apa anda menuduhnya? Masalah nya aku dengan dia, kenapa anda marah??" Tanya Hana untuk memancingnya.
"Seharusnya, kau sudah--" pria itu menghentikan ucapannya.
"Sepertinya anda salah kira, pria ini.. Adalah suami saya" terang Hana dengan lantang, membuat Leon menoleh apa maksudnya.
"Suami apanya. Kau lihat mobil merah itu?? Berkat direktur James aku bisa membeli yang ku mau, dan kau adalah sekertaris James, direktur real estate, kau pikir aku tidak tahu??" Remeh pria tersebut bahkan membanggakan mobil merahnya itu.
"Anda mengenal direktur saya, tapi saya tidak mengenal anda" balas Hana dengan santai.
Leon mendengus menahan senyum nya mendengar balasan itu dari Hana.
"Kau hanya sekertaris rendahan kenapa jual mahal!!" Teriak pria tersebut.
"Lagipula itu tidak ada hubungannya dengan anda" balas Hana.
"Benar, pelanggan.. Bisa pilih wanita lain didalam" ucap wanita itu yang menenangkan agar tidak makin ribut.
"Wanita lain?" Ulang nya yang terdengar sepertinya tertarik.
"Pria tidak tahu malu" ucap Hana yang berjalan menuju mobil putih milik pria tersebut, dan Hana menendang kaca spion hingga patah dengan kaki padahal masih mengenakan hilss.
Bruaaakkk
Salah satu spion itu tergeletak dibawah dengan kaca nya retak.
"Yaaaakkk!!" Teriak pria tersebut melihat mobil kesayangan nya spion nya patah.
"Kali ini spion anda ku patahkan, lain kali benda lain yang akan ku patahkan" Hana melirik bagian bawah pria tersebut. Lalu pergi begitu saja, dan diikuti oleh Leon.
Pria tersebut tentu saja marah, sudah direndahkan dan mobil kesayangannya dirusak.
...
Hana menghentikan langkahnya ketika sudah berada di taman, karena hills nya patah, bahkan kaki belakang nya lecet. Ia pun duduk di bangku taman. Leon mengikutinya dengan mobilnya.
"Kakimu baik-baik saja??" Tutur Leon yang menghampiri Hana.
"Anda tahu, lantas.. Banyak wanita jadi korban" ucap Hana yang melihat Leon dengan mendongak karena Leon berdiri.
"Kupikir kau tau, karena pernah bekerja disana" Jawab Leon yang mengeluarkan satu jeruk dari saku jaketnya.
"Sebab itu kau sangat marah" ucap pelan Hana.
"Nih.. Jeruk, biasanya aku tidak membagi nya dengan orang lain" Leon menyodorkan satu jeruk pada Hana.
"Cuman satu??" Protes Hana yang menerima satu jeruk dari Leon.
"Lain kali akan ku belikan" Leon duduk disamping Hana sambil menyilang kan tangannya didepan.
"Terimakasih, untuk jeruk nya dan menyelamatkan ku" ucap Hana.
"Hm" hanya deheman berat jawaban Leon lalu matanya melihat ke arah samping Hana sekitar 100 meter jauhnya pria yang membuntuti Hana belum juga pergi.
Leon teringat waktu itu dikantor saat pulang malam, ia melihat Hana yang membelakangi tembok sambil memejamkan mata, karena di luar hujan.
"Apa kau punya trauma saat hujan??" Tanya Leon.
"Kapan kau melihatnya??" Tanya Hana.
"Beberapa waktu lalu, waktu hujan kau berdiam sambil memejamkan matamu" terang Leon.
"Tidak, kau salah lihat. Aku ingin pulang" Hana berdiri namun karena hillsnya patah membuatnya terhuyung, namun dengan sigap Leon menahan kedua lengan Hana.
"Hati-hati jatuh" ucap Leon.
Hana mengerjapkan matanya berkali-kali, disaat seperti ini dia pria yang gentle, dengan cepat Hana menyingkirkan pikirannya itu.
"Ohiya.. Kau terluka. Jey memukulmu coba lihat" Hana menarik pergelangan tangan Leon dan melihat luka dipunggung tangannya.
"Aku punya salep" Hana kembali duduk dengan menggeret tangan Leon, lalu merogoh tas nya mencari salep luka.
"Ini bukan luka karena Jey" memang benar itu karena ia memukul pria yang mencuri uang nya.
"Lalu yang mana?? Oh, bibirmu dan pipi mu itu seperti luka baru. Kenapa kau diam saja tidak mengobati luka mu" tutur Hana yang memencet sedikit salepnya diujung telunjuk nya.
"Kemari" Hana mendekat untuk lebih jelas melihat lukanya, Leon hanya diam memandangi Hana yang mendekat, bahkan Leon membiarkan Hana menyentuh bibir nya yang luka, biasanya yang menyentuh wajah atau tubuhnya dia akan menyesal karena Leon tidak suka disentuh.
Namun Hana menyentuhnya seenaknya untuk mengoleskan salep luka dibibirnya, telunjuknya menyentuh dengan lembut bibir tipis Leon, Leon dibuat terdiam karena sentuhannya.
"Sudahlah" tutur Leon yang menjauh dari Hana duduknya, otomatis tangan Hana menggantung.
"Baiklah, coba ku lihat pipimu, ku oles sedikit saja" kekeuh Hana yang memencet lagi salepnya ke telunjuknya sembari mendekat kembali.
"Sudah banyak" balas Leon.
"Aku belum mengolesnya" tutur Hana yang sengaja mendekat lagi ke Leon bahkan dengan santai ia men tap tap pipi Leon yang terluka.
"Jangan lagi bertengkar dengan saudara mu, itu tidak baik" nasihat Hana tiba-tiba pada Leon.
"Kau tidak tahu Aku, Aku sudah terbiasa luka seperti ini" jawab Leon sambil melihat dekat wajah Hana.
"Diamlah" pungkas Hana membuat Leon terdiam bahkan ia juga memerhatikan wajah Hana dari dekat.