Hanin, gadis yatim piatu tak berpendidikan tiba-tiba di jodohkan dengan seorang Pria mapan. Awal nya semua mengira calon Hanin adalah Pria miskin. Namun siapa sangka, mereka adalah orang kaya.
Hanin begitu di sayang oleh mertua dan juga ipar nya.
Tidak ada siapa pun yang boleh menyakiti Hanin. Tanpa mereka sadari, Hanin menyimpan rahasia di masa lalu nya.
Yang penasaran, cus langsung meluncur. Baca nya jangan di loncat ya. Nanti Author ya nggak semangat nulis.
Selamat membaca, ☺️☺️☺️☺️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Uul Dheaven, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 24
"Bang Abi, kenapa Bang Abi marah sama Ibu?" Tanya Hanin saat melihat Abi sedikit berteriak tadi.
Ibu Ambar bahkan tidak bisa bergerak saat melihat adegan mesra anak dan Menantu nya itu. Ia jadi merasa bersalah. Padahal sedikit lagi, ia akan menimang cucu.
" Abang nggak marah. "
" Tapi, Bang Abi tiba-tiba lemes gitu. Apa kurang enak badan? Hanin pijit, ya."
Belum lagi Abi menjawab, Hanin sudah memijit nya begitu saja. Abi hampir saja menegur Hanin, tapi ia urungkan. Pijitan Hanin lumayan menenangkan.
Tapi, itu tidak berlangsung lama. Tangan Hanin mulai bergerak lincah dari atas hingga ke punggung suami nya. Hal itu membuat tubuh Abi semakin memanas.
"Hanin,"
"Iya Bang Abi. Dimana mau Hanin pijit biar enakan."
"Udah cukup Hanin. Hanin keluar aja, ya. Abang mau ganti baju."
"Iya Bang Abi. Nanti kalau ada apa-apa, panggil Hanin, ya." Ucap Hanin sambil tersenyum.
Senyum nya begitu tulus dan indah. Abi bahkan tidak sanggup mengatakan iya karena terlena dengan wajah cantik istri nya itu.
Apalagi saat ini, hari demi hari kulit putih Hanin bawaan lahir, mulai terlihat. Semenjak menikah dengan Abian, Hanin tidak pernah terkena sinar matahari secara langsung.
Ia pun kebanyakan beraktivitas di dalam ruangan. Banyak suplemen dan juga skincare ia pakai untuk mempercantik diri nya.
Kakak nya Abi yang mengajari hal itu. Agar Hanin bis merawat diri nya sendiri dan juga tampak cantik di depan Abian.
"Ibu, kenapa Ibu sedih? Apa karena Bang Abi marahin Ibu tadi?" Tanya Hanin saat melihat Ibu mertua nya di teras.
Hanin berniat ingin mencari Ibu mertua nya. Namun, malah beliau duduk di teras sambil melamun.
"Enggak kok nak. Ibu nggak sedih. Abi nggak marahin Ibu. Tadi cuma sedikit lebih keras aja suara nya."
"Ooh gitu. Oh ya, Bu. Hanin mau nyari jahe. Seperti nya badan Bang Abi sedikit hangat. Mungkin akan demam. Bang Abi semalaman bolak balik kamar mandi."
"Oh gitu. Hanin mau buat minuman?"
"Iya, Ibu. Kasihan Bang Abi." Ucap Hanin sambil menunduk.
Mereka pun akhir nya ke dapur. Setelah sekian lama. Akhirnya Hanin bisa ke dapur lagi. Ia pun meminta semua yang ia butuhkan untuk membuat minuman.
Tidak lama kemudian, minuman itu pun jadi. Hanin membuat lebih untuk mertua nya dan juga semua pekerja yang ada di rumah itu.
"Wah, Bu Hanin pintar ya buat minuman seperti ini. Bibik kirain Bu Hanin nggak bisa masak dan nggak pernah ke dapur."
"Waduh, Hanin juga dari kampung. Masak iya orang kampung nggak pernah ke dapur."
"Ada kok. Anak tetangga daya itu. Manja nya luar biasa. Anak-anak nya nggak pernah mau di suruh ke dapur. Tahu nya pegah hape aja. Malah saya lihat, jaman sekarang orang kota yang suka masak. Sampe-sampe ikut acara Sister Chef lagi."
"Sister Chef? Acara apa itu, bik?"
"Itu loh. Acara lomba masak gitu. Nanti yang menang akan dapat hadiah." Ucap bibik itu dengan penuh semangat.
"Benarkah itu? Hanin jadi pengen ikut."
"Loh, ngapain ikut. Kan bu Hanin sekarang lagi sibuk belajar."
"Iya sih. Tapi kan nggak ada salah nya. Mana tahu menang."
"Hmm,,, mending tanya Ibu Nyonya dulu sama Pak Abian. Izin ke mereka dulu."
"Iya bik. Makasih ya, informasinya."
Hanin pun membawa segelas minuman kehangatan pada suami dan juga Ibu mertua nya. Abi pun meminum minuman itu dan tidak menyangka rasa nya akan enak.
Bu Ambar juga sangat menyukai nya hingga meminta resep pada Hanin supaya besok-besok di buatkan oleh bibik di dapur.
"Kok bisa enak gini ya. Biasa Ibu nggak begitu suka sama minuman kayak gini. Ya kan Abi?"
"Eh Iya, bu. Uhuk."
"Bang Abi, pelan pelan minum nya. Bang Abi mau makan apa? Biar Hanin ambilkan."
"Apa aja. Abang akan makan."
"Iya. Ibu mau Hanin ambilkan juga?"
"Ngak perlu. Ibu mau minum ini dulu."
"Oh ya, Bu. Hanin mau bicara sesuatu." Ucap Hanin sambil memilin jilbab nya.
"Mau bicara apa? Ya bicara aja."
"Tapi Ibu dan Bang Abi jangan marah, ya. Ini Hanin cuma ngomong aja."
"Iya. Emang nya ada apa, Hanin?" Tanya Abi yang juga ikut penasaran.
"Hanin boleh nggak, ikut lomba memasak di acara Sister Chef?"
Hening..
Tidak ada jawaban. Baik itu dari Abi sendiri maupun Ibu nya. Mereka masih mencerna baik-baik apa yang di inginkan oleh Hanin.
"Nggak boleh ya. Yaudah deh, nggak apa-apa. Yaudah Bang Abi, lanjutkan lagi makan nya."
"Eh, tunggu dulu. Dari mana kamu tahu tentang perlombaan itu?"
"Hmm,, dari Bibik tari di dapur. Bibik cuma cerita aja. Nggak nyuruh Hanin kok, Bang Abi. Jangan marahi bibik ya."
"Ya untuk apa juga Abang marahi bibik. Kamu ini ada-ada saja Hanin."
"Kalau memang kamu mau ikut, ya ikut lah. Akan tetapi. Nanti di sana kamu akan bertemu dengan Grace. Dia salah satu kandidat yang mengikuti lomba ini." Ucap Abi.
"Grace siapa Bang Abi? Hanin nggak ingat."
Kali ini, Abi dan juga Ibu nya di buat heran. Hanin berpura-pura atau memang ia sama sekali tidak tahu jika Grace adalah mantan nya Abi.
"Itu loh Hanin. Yang fitnah kamu nyakar dia pas di parkiran." Ucap Bu Ambar.
"Sebentar Hanin pikir dulu. Yang mana ya orang nya. Hanin soalnya susah mengingat seseorang kalau jarang bertemu." Ucap nya sambil tertawa kecil.
Kali ini, mereka percaya pada Hanin. Mungkin, setelah kejadian beberapa tahun yang lalu, banyak hal yang terjadi di kehidupan nya.
Hal ini, akan menjadi PR Abi. Untuk menyembuhkan Hanin dari luka yang terjadi di masa lalu.
Wajah polos dan tak berdosa itu, terlihat begitu tenang. Padahal mungkin di dalam nya, ia sudah hancur.
"Hanin, apa Oma Hanin tidak pernah membahas tentang Hanin?" Tanya Abian.
"Ada. Nanti sore Oma akan jemput Hanin dan bawa Hanin ke rumah nya. Di sana nanti, Oma akan periksa Hanin. Bang Abi ikut ya. Hanin takut."
"Loh, kok takut nak?" Tanya Bu Ambar heran.
"Hmm,, Hanin juga nggak tahu. Jantung Hanin berdetak kuat kayak orang jatuh cinta, kalau bahas masa lalu Hanin."
"Orang jatuh cinta?"
"Iya Ibu. Bang Abi bilang gitu ke Hanin.. Dan Bang Abi juga jatuh cinta sama Hanin. Karena, detak jantung Bang Abi lebih kuat."
Hanin berkata tanpa rasa malu sedikit pun. Ia hanya tersenyum saat berbicara. Dan Abian, wajah nya sudah berubah menjadi merah muda.
" Alhamdulillah kalau begitu. " Ucap Bu Ambar sambil tersenyum bahagia.