Siang hari di kios bunga
"Nek, sudah waktunya pulang!
" ujar Shella.
"Iya Shel !" nenek Shema mulai mengemasi barangnya.
"Nenek pulang dulu ya Sel".
"Iya Nek hati-hati!"
"Kamu harus pulang juga, istirahatlah jangan bekerja terlalu keras."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alap Alap Jagat, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sekumpulan Berbaju Hitam
"Bunga... bunga... Ada bunga mawar, bunga lily.
Siapa mau bunga."
Teriakan Shella saat menjual bunga di taman yang biasa dia kunjungi saat sore hari.
Hari ini taman begitu ramai, bunga yang dibawa Shella hanya tinggal sedikit.
Dia sangat bahagia karena jualannya sangat laris.
Shella bisa membayar hutang yang selama ini belum sempat di bayarnya karena uang yang dia dapatkan untuk membeli obat demi kesembuhan Willy.
Wanita itu tidak mau menjual jam yang telah di tinggalkan oleh Willy.
Shella sudah meminta bantuan temannya untuk mencari tahu harga jam tangan itu.
Willy terkejut karena harga jam itu bisa melunasi hutangnya dengan lintah darat.
Tapi Shella tidak mau menjualnya karena dia tidak mengenal pria itu siapa dan memiliki jam tangan dengan harga fantastis seperti itu.
"Shell, kamu yakin tidak mau menjualnya? Kamu bebas dari hutang kalau menjualnya."
"Iya, aku takut menjualnya.
Siapa tahu dia maling nanti aku di tangkap gara-gara menjual barang curian."
Wanita itu masih sibuk menata bunga untuk dikirimkan ke alamat yang sudah di pesan seseorang untuk di berikan kepada pasangannya.
"Bagus banget rangkaian bunganya Shell? Kamu memang berbakat dalam merangkai bunga."
"Aku belum sejago Nenek Shema.
Dia lebih bagus dalam merangkai bunganya daripada aku.
Aku saja belajar darinya."
Shella akhirnya menyelesaikan semua rangkaian bunga yang akan di antar.
Berta sudah pergi meninggalkan Shella seorang diri di kios setelah mendapatkan telepon dari orang tuanya.
Shella mengantar pesanan bunga menggunakan sepeda yang telah menemani hari-harinya selama ini dalam bekerja.
Perjalanan yang menyenangkan dengan angin yang berhembus membuat rambutnya ikut beterbangan di sapu oleh angin.
Shella ikut bersenandung sambil mendengarkan musik melalui earphone yang terpasang di telinga.
"AWwwwww", rintihan kesakitan yang dirasakan Shella saat dia jatuh dari sepedanya setelah sebuah mobil menabraknya di persimpangan.
"Nona, maafkan aku. Aku tadi tidak melihatmu.
Apa ada yang terluka?"
Pria itu turun dari mobil dan melihat keadaan Shella yang sudah duduk di aspal.
Wanita itu melongo melihat pria tampan dengan setelan jas dan wajah yang menawan.
Shella tidak mendengarkan apa yang di ucapkan pria itu kepadanya karena dia terpesona melihat ketampanan pria itu.
"Nona... Nona... apa kamu mendengarkanku?"
Pria itu berulang kali memanggilnya dan menjentikkan tangannya ke hadapan Shella tapi tidak di tanggapinya.
"Nona... Nona... apa ada yang sakit?".
"Hah! Ah, itu cuma tangan dan pantatku yang sakit.
Tapi tidak apa, aku harus buru-buru pergi."
Shella bangun dan mengambil bunga yang jatuh.
Untungnya tidak rusak sehingga masih aman untuk Shella membawanya kembali.
"Nona, apa tidak sebaiknya saya antar anda kerumah sakit untuk mengobati luka-lukanya?"
"Tidak usah, aku harus buru-buru mengantar pesanan."
Shella sudah berdiri di samping sepeda dan siap akan mengayuhnya.
"Baiklah kalau begitu, ini kartu nama saya.
Kalau anda ingin memeriksakan keadaan anda setelah ini bisa langsung datang ke rumah sakit yang tertera di kartu nama dan cari saya."
"Baiklah, terima kasih dan hati-hati jangan sampai menabrak lagi."
Pria itu tersenyum kepada Shella yang sudah mengayuh sepedanya untuk mengantarkan pesanan bunga.
Shella tersenyum malu karena senyuman pria itu sungguh manis hingga membuatnya terpesona.
"Pria itu sungguh tampan dan baik." Shella berkata sendiri sambil berjalan.
"Gadis yang mandiri", ucap pria itu melihat kepergian Shella.
Ditempat lain.
Di markas kelompok mafia Black Devil telah berkumpul beberapa pemimpin ketua mafia yang di ketuai oleh Willy.
Pria ini sengaja mengumpulkan semuanya untuk membahas mengenai isu yang ingin menurunkan dirinya sebagai ketua Mafia Black Devil.
"Apa kalian tahu mengapa saya mengumpulkan kalian semuanya disini?
" Ucap Willy berdiri di samping kursi kebesarannya sambil memperhatikan semua ketua mafia dibawah kekuasaanya yang duduk melingkar mengikuti bentuk meja bundar.
"Ada apa sebenarnya Willy?
Tidak biasanya kamu mengumpulkan kita secara mendadak seperti ini.
" Ucap ketua mafia yang paling tua.
"Benar Paman, aku mengumpulkan kita disini karena ada informasi yang aku dapatkan bahwa seseorang menyebarkan berita bahwa aku akan di turunkan dari kursi ini."
Willy menunjuk ke arah kursi yang biasa di duduki oleh ketua pemimpin.
Makanya saat ini dia tidak mau mendudukinya dan lebih memilih berdiri sambil menatap tajam kepada semua orang yang hadir di ruangan itu.
Dia ingin melihat reaksi setiap orang atas berita yang dibawanya.
"Apa maksudmu Willy?
Siapa yang menginginkan jabatanmu dan ingin menurunkanmu dari posisi itu?".
"Aku tidak tahu Paman, aku masih menyelidikinya.
Tapi kalau ada dari salah satu kalian yang hadir disini menginginkannya dan berusaha membunuhku akan aku pastikan nyawanya yang akan melayang sebelum menyentuhku!
Semuanya saling melihat dan melirik siapa di antara mereka yang berani melakukannya. Ketua Mafia Black Devil selalu di pimpin oleh keluarga Sandros.
Dari kakek Willy hingga kini dia yang memimpin.
Selama keluarga Sandros mereka merasa aman dan semua usaha mereka selalu di jaga dan di lindungi oleh keluarga Sandros.
"Kami akan membantumu Willy.
Kami tidak ingin kamu di gantikan oleh siapapun karena Black Devil hanya akan dipimpin oleh keluarga Sandros.
" Terima kasih Tuan Crocovile.
"Satu hal yang perlu kalian ketahui.
Aku sempat diserang dan mencoba membunuhku saat aku berada di Queretaro.
Tapi mereka tidak berhasil melakukannya."
"APA???" ucap Ketua mafia yang tua.
“Apa kamu tahu siapa yang melakukannya Willy?".
"Tentu, aku sudah mengantongi satu nama.
Tapi aku belum mau menyebutkan namanya, biarkan dia berusaha mencari cara lain agar bisa membunuhku."
Willy tersenyum tapi tatapan matanya tidak lepas dari Mark Lewis yang duduk santai tapi wajahnya terlihat ketakutan.
Pertemuan semua ketua geng mafia berakhir dengan berjanji akan semakin solid dalam melindungi keluarga di Black Devil.
"Bos, apa kamu melihat wajahnya?", ucap Jack saat dia dan Willy di dalam mobil.
"Aku melihatnya Jack, dia seperti melihat hantu dengan ketakutannya.
Awasi gerak geriknya."
“Baik Bos."
Willy mengambil ponsel Shella yang masih disimpannya di dalam jas dan melihat semua foto wanita itu di galeri ponselnya.
Entah kenapa setiap emosinya memuncak hal yang membuatnya bisa tenang adalah melihat foto Shella.
Pria itu tersenyum melihat foto-foto kebersamaan Shella dengan sahabatnya dan nenek shema saat menata bunga.
Jack yang berada di samping sopir melirik ke arah kaca spion depan dan mengerutkan keningnya karena untuk pertama kalinya Willy bisa tersenyum bahagia seperti ini.
Jack juga melirik ke arah sopir dan mereka saling memberi kode seakan mereka menemukan Willy sandros yang berbeda.
Setelah mengantarkan pesanan bunga, Shella kembali menuju kios bunganya.
Sampai di kios dia merasakan bagian belakangnya nyeri dan luka di tangannya juga sakit.
Shella memutuskan untuk menuju ke rumah sakit.
Shella mengeluarkan kartu nama yang di berikan oleh pria yang menabraknya.
"Dr. Tedy Swatchurt, nama yang bagus." Ucap Shella.
Wanita itu kembali mengayuh sepedanya menuju rumah sakit dimana pria itu bekerja.
Sampai di rumah sakit Shella menanyakan dimana Dokter Tery berada.
"Sus, boleh tanya dokter Tedy praktek dimana?"
"Maaf Nona sudah membuat janji?"
"Tadi dokter Tedy sendiri memberikan kartu namanya untuk menemuinya."
"Sebentar Nona, saya akan menghubunginya."
Suster yang berada di receptionis menghubungi dokter Tedy yang merupakan dokter spesialis bedah yang terkenal di Meksiko.
Setelah menunggu lama, Tedy datang menemui Shella di lobi rumah sakit.
"Hai, akhirnya kamu mau juga di periksa.
Ayo ikut denganku."
"Kenapa kamu tahu aku ingin di periksa?",tanya Shella yang heran karena Tedy langsung membawanya ke ruang praktek.
"Itu lihat kakimu lecet, di tambah lagi pasti bagian belakangmu juga sakit akibat jatuh langsung ke aspal?".
"oooooo0... Kamu cenayang ya Dok?",
"Panggil Tedy saja jangan pakai embel-embel dokter.
" Mereka berjalan menuju ruang praktek Tedy.
"Mana tangan yang lecet, sini aku kasih obat."
Tedy dengan telatennya mengobati beberapa luka lecet akibat jatuh saat dia tanpa sengaja menabraknya.
Mereka saling cerita tanpa ada rasa canggung sama sekali padahal mereka baru pertama kali bertemu.
"Ok, semuanya sudah aku obati.
Ini obat cukup kamu olesi bagian belakangmu kalau masihada memar dan terasa sakit."
"Baiklah, terima kasih dok.... eh maksudnya Tedy."
"Iya, sama-sama. Maaf ya aku tidak sengaja menabrakmu."
"Ah, lupakan saja. Aku juga tadi tidak hati-hati mengendarai sepedanya. Aku permisi ya."
Shella melambaikan tangannya dan pergi meninggalkan Tedy yang masih ada jadwal praktek.
Sampai dirumahnya, Shella begitu kaget melihat isi rumah yang sudah berantakan.
Semua peralatan dapur dan isi lemarinya berserakan.
Shella merasa takut karena menyangka maling sudah masuk ke dalam rumahnya.
Shella langsung berlari menuju kamar dan mencari jam pemberian Willy yang disembunyikannya dalam kotak dan disimpan dibawah lemari yang di tutup dengan tumpukan plastik.
"Syukurlah, mereka tidak menemukannya." Shella memeluk jam tangan itu dalam dekapannya.
Entah kenapa Shella tidak mau barang peninggalan dari Willy hilang begitu saja dan dia berusaha melindunginya.
Shella kembali menyembunyikan jam tangan itu dan menyusun kembali semua barang yang berserakan.
Saat dia sedang menyusun baju ke dalam lemari.
Suara pintu di tendang dari luar begitu keras terdengar ke telinganya.
Brakkkk!
Pria dengan setelan jas berwarna hitam masuk ke dalam rumahnya dan mencari keberadaan seseorang.
Shella mendengar kegaduhan segera keluar dan melihat segerombolan orang masuk ke dalam rumahnya tanpa permisi.
"Siapa kalian? Kenapa kalian masuk ke dalam rumahku tanpa permisi?".
Seorang pria dengan tubuh yang lebih tinggi dari Shella mendekat kehadapannya dan memegang rahang Shella dengan kuat.
"Dimana pria yang telah kamu selamatkan itu?"
"Lepaskan. Aku tidak tahu apa maksudmu?"
Shella berusaha berontak agar pria itu melepaskan tangannya dari rahan Shella yang terasa sakit.
"Jangan pura-pura bodoh.
Dimana pria yang terkena luka tembak yang telah kamu selamatkan itu?".
Shella baru tahu maksud dari pria itu.
Pria itu sedang mencari keberadaan Willy.
"Apa orang-orang ini yang telah menembak Willy? Aku harus menyembunyikan kenyataannya.
Mereka tidak boleh mengetahui kejadian sebenarnya.
" Ucap Shella dalam hati.
"CEPAT KATAKAN!!"