kisah cinta seorang pemuda sederhana nan rupawan dan cerdas dalam mengejar mimpi yang terjebak dengan lawan jenis di sebuah kamar kos.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jhujhu Games, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 17.Teman Baru.
Benar, seperti apa yang dikatakan pegawai di depan sebelumnya. Ini hanyalah sebuah bilik sederhana, ukurannya sendiri hanya 1.5 m².Dan di dalam bilik itu juga tidak tersedia sebuah kursi, hanya lantai yang beralaskan karpet atau lesehan ketika orang-orang datang bermain komputer.
Tapi setidaknya, bilik komputer itu tertutup dengan pintu yang bisa di kunci. Tak cuma itu saja, Ac yang berada di atas ruangan ini juga sedikit menyejukkan badan. Meskipun sebenarnya, bagi Andika yang sekarang itu terlalu dingin karena tubuhnya yang sebelumnya kehujanan.
"Hah.... Sial banget sampai harus kayak gini. Ana..... Ana, ngapain juga sih setiap hari harus gituan terus. Heran aku sama dia dan pacarnya itu."keluh Andika sambil meletakkan tasnya di pojok bilik lalu duduk segera menyalakan komputer.
Sambil bersantai Andika membuka aplikasi MeTube untuk mendengarkan lagu-lagu agar bisa membantunya tidur dalam kondisi badan yang masih agak kedinginan itu.
Namun setidaknya, ia masih bisa melewati malam hari ini tanpa harus tidur di jalanan. Hal itu sudah cukup baginya untuk tetap bersyukur.
.............
Pagi harinya......
"Hah.... Hah..... Hah..... " Andika terlihat terengah-engah setelah berlari ke kelasnya.
Di dalam, sang Dosen nampak sudah memulai pelajarannya hinga kurang lebih 45 menit. Tak hanya itu semua mahasiswa-mahasiswi yang ada di ruangan itu nampak melihat ke arah Andika dengan segudang tanda tanya di pikiran mereka semua.
"Eh tumben, itu si Andika berangkatnya telat?"
"Bukannya dia biasanya selalu rajin banget? Bahkan, duduk juga selalu berada di bangku paling depan? Bener gak sih?"
"Iya lho, kenapa ya?Masak iya anak rajin kayak dia bisa sampai ketiduran?"
Semua percakapan antara mahasiswa-mahasiswi di dalam kelas itu terdengar jelas sampai ke telinga Andika karena kesunyian yang tercipta.
Setelah beberapa saat Pak Dosen yang mengakar di kelas itu pun bertanya kepada Andika.
"Andika, perlu Bapak tanya kenapa kamu sampai bisa terlambat?" ucap sang Dosen.
"Maaf Pak, saya ketiduran. Dan, jarak dari tempat saya ke kampus membutuhkan kurang lebih satu setengah jam jalan kaki, Pak.Jadi..... " balas Andika.
"Nggak punya motor, kamu?" tanya sang Dosen kembali.
"Maaf, saya tidak punya motor Pak. "balas Andika lagi.
Untuk pertama kalinya di kampus ini, Andika benar-benar merasa malu atas keteledorannya sendiri.
Gabungan antara rasa lelah dan dinginnya badan karena sempat kehujanan itu membuatnya kesulitan untuk tidur. Di tambah lagi jaraknya yang juga cukup jauh dari kampus membuatnya menjadi terlambat.
Menaiki angkutan umum di kota Bandung? Pagi hari? Bahkan jalan kaki juga akan lebih cepat. Karena kemacetan pasti hampir di semua jalan.
Mengetahui kondisi itu, Dan juga karena ini adalah keterlambatan pertamanya, sang Dosen pun memaafkan Andika.
"Ya sudah, silahkan duduk. Lain kali jangan datang terlambat lagi ya." ucap sang Dosen mempersilahkan Andika duduk.
"Baik, Pak. Terima kasih banyak."balas Andika.
Andika pun segera berjalan ke bangku kosong yang agak berada di belakang untuknya duduk, dan segera mengeluarkan buku catatan dan pegangannya untuk mulai mengikuti pelajaran hari ini.
Melihat Andika yang nampak kesulitan untuk menulis pelajaran yang ia tertinggal karena terlambat tadi, seseorang yang duduk berada di dekatnya nampak menepuk pundaknya.
"Dik, fokus ke pelajaran saat ini aja. Nanti aku pinjemin buku catatan aku kalau mau menyalin materi yang tertinggal tadi." ucap seorang gadis berkacamata, dengan rambut hitam dan lurus itu.
"Eh? Serius? Makasih ya? Anu..... "balas Andika, sambil sekuat tenaga mengingat nama dari gadis itu.
Dengan senyuman yang ramah gadis itu membalas.
" Dara, Panggil saja Dara."ucap gadis itu menyebutkan namanya.
Andika segera sedikit menundukkan kepalanya untuk tanda terima kasihnya. Lalu berhenti menulis dan segera memperhatikan apa yang sedang dibahas saat ini.
.............
Pada jam istirahat makan siang, masih seperti kebiasaannya, ia memesan makanan yang paling murah dan paling mengenyangkan.
Karena tadi pagi ia belum sempat sarapan pagi, kalau sebelumnya ia ditraktir bubur ayam oleh Ana. Namun tidak untuk hari ini. Karena semalam mereka bertengkar keras membuat Andika harus tidur di sebuah Cafe Internet.
Dari makan siang itu, Andika hanya menghabiskan total 10 ribu rupiah saja. Walaupun hanya dengan lauk sederhana, setidaknya bisa untuk mengisi perutnya.
Namun kali ini, Andika pergi ke kantin tidak hanya dengan Dimas saja yang selalu membuntuti dirinya kemana pun ia pergi. Kali ini ia pergi ke kantin bersama Dara teman yang membantu meminjaminya buku catatannya tadi.
"Terus kamu tau nggak Ra, waktu itu aku pernah hampir tertabrak mobil!! Aku pikir. Wah, udah pasto mati nih, Aku!! Namun tiba-tiba ada seorang kakek yang menarik badanku!! Hampir aja aku mati!! Untung aja....!! "
Dara yang saat ini nampak duduk di depan Dimas hanya bisa terus tersenyum secara terpaksa mendengarkan semua cerita Dimas yang entah benar-benar terjadi atau hanya sebuah karangan Dimas saja.
"Ahahaha.... Begitu ya? Serem juga ya?"
Sementara Andika yang duduk di sebelah Dara secara perlahan menyenggol lengan kanan Dara dengan sikunya.
"Jangan terlalu serius dengerin cerita Dimas, nggak akan ada habisnya soalnya."bisik Andika kepada Dara sambil tersenyum tipis.
Melihat wajah Andika begitu dekat dengan wajahnya ketika sedang berbisik, membuat wajah Dara menjadi sedikit memerah.
Lagi pula cewek mana yang tidak terpikat dengan wajah rupawan Andika? Jika saja bukan karena dia yang menjaga jarak dengan orang lai, terutama dengan lawan jenisnya. Mungkin kini ia sudah ada puluhan gadis yang mengikutinya untuk ingin dekat dengannya.
"Oh ya, Dik. Mumpung kita ketemu. Kamu paham tentang hardware komputer nggak? Aku bingung banget belajarnya."ucap Dara kepada Andika, menghiraukan ceramah panjang dari Dimas di hadapannya.
" Hardware? Bab baru pengenalan juga kan?"tanya Andika.
"Iya sih. Tapi kamu pinter kan? Mungkin aja kamu udah tau dan bisa buat ngajarin aku lebih dulu biar siap besoknya. Yah kalau kamu ada waktu luang juga sih."ucap Dara yang nampak terlihat dengan wajah yang kembali memerah.
" Boleh juga.Nanti kalau ada waktu bisa belajar bareng."balas Andika dengan senyum ringan.
"Oke, Dik!!" balas Dara dengan sangat ceria.
"Oh ya, Ra. Nanti sore aku mau ke perpus. Mau ikut? Aku paling di perpus sampai jam 9" ucap Andika.
Niat Andika adalah sambil menunggu agar paket malam di warnet itu bisa di belinya.
"Mau!! Ikut!!"balas Dara dengan senyum bahagia yang terlihat sangat tulus itu.
"Oke.Nanti aku tunggu di pintu sehabis kelas."ucap Andika.
" Terus kalian tau nggak?! Ayahku dulu pernah menangkap ikan besar!! Besar banget !! Besarnya segini!!" ucap Dimas yang masih bercerita, entah apa lagi yang kini ia ceritakan.
Namun Andika dan Dara setidaknya tetap memberikan tanggapan walaupun seminimal mungkin, karena akan terkesan jahat jika mau mengeremnya untuk bercerita, karena itu memang sudah sifatnya Dimas.
Bersambung.....
Semangat yahhh