Sehat itu mahal harganya! Dan itu memang benar, keluarga Giovani Mahardika rela membayar seorang gadis untuk menikah dengan putra bungsu mereka demi menyembuhkan gangguan mentalnya.
Dialah Alleta Rindiani, setelah melewati beberapa pertimbangan dan penilaian akhirnya gadis inilah yang dipilih oleh keluarga Gio.
Di tengah usaha keras Alleta, secercah harapan akhirnya muncul, namun Gio nyatanya jatuh cinta pada Alleta.
Akankah Alleta membalas cinta Gio di akhir masa perjanjian? Terlebih sesuatu telah tumbuh di dalam sana.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sinta amalia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bungee~ Bab 8
"Bubaran jam berapa?" tanya Gio menerima helm Leta yang langsung ia kaitkan di depan.
"Jam 2."
Gio hanya mengangguk sekali tanpa berbicara kepastian apapun lagi akankah ia menjemput Leta atau tidak, Leta pun tidak berharap banyak, seperti pertanyaan Gio sebelumnya. Apa yang ia harapkan dari pernikahan ini, dan Leta hanya mengharapkan kesembuhan Gio, ia cukup kasihan pada padhe dan budhe yang telah ia anggap seperti orangtuanya sendiri, meski di balik itu ada tawaran menggiurkan dari Tama dan Rangga yang akan menguliahkannya di ibukota, sesuai cita-cita Leta. Hanya satu impiannya, biar bisa demo di kantor DPR bersama rekan mahasiswa.
Ia membelokan stirnya demi berbalik arah, namun sebelum benar-benar pergi Leta menahan kepergian Gio.
"Eh, mas tunggu!"
"Opo lagi?! Aku udah telat ini, uang jajan kan udah, jangan bilang kurang, karena aku ngga akan kasih lebih, segitu aja dompetku udah empot-empotan..." omel Gio padahal Leta belum berbicara, hingga mengundang sunggingan bibir Leta, "bukan! Jangan suudzon dulu makanya..."
Leta lantas memaksa meraih tangan Gio di stang motor lalu menempelkan itu di jidatnya, "aku masuk sekolah dulu. Assalamu'alaikum."
Gio sampai tercengo melihatnya, ada angin apa, muson baratkah? Atau beliung yang membabad habis seluruh desa? Perubahan drastis interaksi mereka itu membuat Gio seperti tak mengenal Leta, bahkan seperti masih kemarin Leta melemparkan sendal Gio ke genting tetangga karena perdebatan mereka yang selalu terjadi karena hal sekecil apapun. Hal bar-bar yang Leta lakukan selalu membuatnya geram.
"Woy!!!" baru saja dipuji karena perubahannya, mode kurang aj arnya kembali lagi. Leta meneriaki wajah Gio, hingga membuat pemuda itu sadar kembali, "katanya telat, tapi malah asik ngelamun, bentar lagi tidur deh tuh disitu!" ia menghempaskan tangan Gio begitu saja lalu berbalik badan dan masuk ke dalam gerbang besar sekolahnya.
Gio menggeleng lalu menutup kaca helmnya dan menggeber motor, hal kecil barusan cukup memberikan impact meski tak besar dan menyentil hati kecilnya.
Sementara Leta tersenyum di balik wajahnya, langkah pertama...sentuh hatinya dengan hal kecil, biar Gio merasa dihormati. Kalo ngga peka juga sentil sekalian ginjalnya!
Gio menghela nafasnya sejenak ketika di parkiran kampus, sedikit ia acak-acak kembali rambut yang tertekan oleh helm dan duduk sejenak di jok motornya tengah berpikir sesuatu.
*Yo, Dimana*?
Getaran ponsel tak ubahnya getaran jiwa.
*Baru nyampe*.
*Oke. Aku ke parkiran jangan, lagi di deket kantin sama Mus*...
*Ndak usah, aku yang kesana*.
Gio beranjak dari duduknya dan melangkah menuju tempat kedua temannya.
Mustofa berdehem ketika sang kawan yang sejak tadi di sampingnya bertanya terus perihal keberadaan Gio, layaknya seorang kekasih yang ditinggal, ia resah menanti.
Akhirnya yang ditunggu-tunggu datang, "Yo!" gelagatnya normal, begitupun perawakan dan tampilan, tak ada yang aneh atau dapat memancing atensi bergidik dari orang lain.
Mustofa hanya bisa menggeleng miris akan itu, jika ada orang yang paling mengerti dan tau, sudah pasti itu Mustofa.
Langsung saja Rompis merangkul kedatangan Gio dari samping layaknya kawan dekat, "tumben lambat. Udah ampir masuk semua..."
"Aku anter Leta sekolah dulu." Jawab Gio.
Rompis langsung memicingkan matanya pada Gio, mendengar nama Leta yang sejak kemarin menjadi mo mok baginya. Jujur saja ia jadi kesulitan tidur layaknya kekasih yang hampir kehilangan, ketika mendengar pengakuan si bapak polisi tentang si gadis manis kemarin.
"Siapa Leta?! Cewek kemaren?!" Rompis langsung saja menyengit galak, jiwa laki-lakinya turut keluar membuat Mustofa bersiap siaga melerai kedua temannya itu.
"Jadi beneran kamu nikah, Yo?!"
Gio membuang cengkraman tangan Rompis di kerah kemejanya, "aku dijodohkan orangtua."
*Bugh*!
Rompis mendaratkan bogemannya di rahang Gio, dan Mustofa membantu Gio, "wey...wey..."
"Kamu ngga boleh nikah, Yo! Terus hubungan kita gimana?! Aku ngga mau hubungan kita berakhir, inget Yo!! Kamu ngga bisa lari dari aku," ancamnya.
Badan tambun Rompis sulit untuk Mustofa tahan, maka Mus hanya bisa menarik-narik Gio yang badannya lebih kecil lalu menjauhkannya dari si buta goa hantu itu.
"Sabar, iki kampus *rek*...jangan ribut disini, mancing atensi yang lain.." ucap pemuda ini.
"Kamu tau Pis, mas-masku aparat. Sudah berkali-kali aku ngomong sama kamu. Mereka pasti akan tau dan bertindak..." jawab Gio sudah mewanti-wanti dari sebelumnya.
Rompis menatap Gio dengan tatapan memohonnya, masih menyisakan amarah yang bikin kepala cenat-cenut, "kamu ndak bisa nolak? Ngulur-ngulur waktu? Atau beralasan apa gitu Yo?! Atau kamu sengaja bilang sama mas-masmu tentang kita?!" tanya Rompis.
Gio menggeleng sembari mengusap rahang yang menyisakan rasa sakit nan pegal tadi. Sadar dengan apa yang baru saja ia lakukan Rompis berusaha untuk melihat rahang Gio, "maaf Yo...kelepasan."
Gio sedikit menghindar menolak tindakan Rompis, tapi pemuda itu memaksa, "wes. Udah masuk..." ucapnya melanjutkan langkah diikuti Rompis dan Mus.
\*\*\*
Dan waktu setelah mata kuliah yang isian kelasnya didominasi laki-laki itu selesai, Rompis masih membahas Alleta.
"*Leta itu siapa*?"
"*Sekolah atau ngampus? Dimana*?"
"*Anak siapa*?"
Gio berdecak, "ndak penting. Ngga usah dibahas. Untuk urusan pribadi satu itu, kamu ngga perlu tau, oke?" pinta Gio, tapi ia tak ingat jika Rompis itu pemuda nekat.
"Oke. Tapi hari ini ke *Marcopolo*, kan?" tanya Rompis, tempat biasa mereka-mereka menghabiskan waktu untuk ***berkumpul***.
"Tapi aku jemput Leta dulu," jawab Gio lagi penuh kejujuran. Dan hal itu membuat Rompis geram lagi, ia menyugar kasar rambut yang agak bergelombangnya, "Leta...Leta...Leta, udah kaya racun cewek itu, Yo! Jangan sampe kamu jadi belok sama dia, awas Yo!" geramnya mencerca.
"Leta itu--"
"Stop! Gue tau Yo, dia istri...istri yang dijodohkan. Jangan macem-macem Yo...inget hanya status!" ujar Rompis berkali-kali mengancam pada Gio, jujur saja selama ***ia begitu*** hingga di detik ini ***masih begitu*** hanya Gio yang menurutnya pasangan yang ia puji penuh puja, Gio adalah sosok pribadi yang di mata kaum hawa saja spek pacar idaman.
Mustofa kembali menggeleng mengurut dadanya, Gio sudah terlanjur basah. Salahnya sendiri yang memilih jalan terjal penuh bahaya.
*Aku udah wanti-wanti dari awal, Yo. Koe gegabah*.
"Pokonya ngga mau tau! Kamu mesti ke Marcopolo, Yo! Aku tunggu!" kembali pintanya.
°°°°°°°
Leta menggertakan kakinya di lantai, tindakan itu ia lakukan demi bisa membuat otaknya itu encer. Yap! Bu Desi itu emang guru spesialis syok terapi. Suka bikin jantungan murid-muridnya, tiba-tiba ulangan, tiba-tiba les lisan. Seperti hari ini, tak angin tak ada hujan ia meminta murid-muridnya mengeluarkan kertas selembar, untung saja Leta tak mengeluarkan struk selembar bon belanjaan ibu.
Leta bahkan mengetuk-ngetuk keningnya dengan pulpen demi mengeluarkan isi otaknya itu, ayolah otak jangan kosong gini...padahal seingatnya tadi pagi udah diisi nasi uduk dipakein taburan bawang goreng, tempe, balado telur dan kerupuk, tapi kok ya otaknya mendadak sambel! Yang diingat Leta cuma sambel budhe Gendis yang memang selalu juara. Isian soal? Nihil, nol!
Leta ingat jika kemarin ia memasukan karet bekas pecel di saku seragamnya bekas jajan pas istirahat, ia lalu merogoh sakunya dan menggunakan itu sebagai panggilan urgent, oke ia menatap satu persatu teman-teman, harus bijak memilih diantara mereka siapa yang paling pintar karena kesempatannya hanya satu kali.
Dan pilihannya jatuh pada Rindi, si gadis pintar yang duduk di bangku pertengahan cukup dekat dengannya, cocok.
"Oke karet, jangan kecewain aku kali ini...please bersahabatlah dan tolong aku, colek yang paling pinter buat aku..." monolognya pada si karet.
"Oke kelas...ada yang sudah?" tanya bu Desi membuatnya semakin panik, Belummm buuu!
Bahkan bu Desi kini sudah beranjak untuk berkeliling menambah kehectican Leta.
Tanpa sengaja karet yang tadi ia arahkan untuk kemudian ia menjepret kencang tiba-tiba terlepas sesaat sebelum ia betul-betul mengarahkan pada Rindi, hanya sepersekian detik, karet itu terjepret tak bertuan.
*Ctak*!
*Jegerrr*! Leta melotot dibuatnya, ia langsung memalingkan wajah ke arah kertas soal dan jawabannya berpura-pura sibuk berpikir dan mengisi, sementara orang yang kini menerima jepretan karet sudah mengaduh, "ini siapa yang usil to?!" lagi serius-seriusnya melihat lembar kerja para siswanya tiba-tiba ia dikejutkan dengan jepretan karet di pipinya dan cukup sakit.
"Siapa, ngakuuu!" tanya bu Desi meninggikan intonasinya, sontak saja para siswa di kelasnya menggeleng syok, "ngga tau bu.."
Mereka saling berbisik riuh saling menuduh, sementara si pelaku kini sedang berdrama menjadi seorang yang kritis dengan mengangguk-angguk sendiri atas pemikirannya yang entah apa....
*Waduhhh, salah kayanya do'aku*!
\*\*\*
*Kira-kira tadi pagi nanya bubaran jam berapa itu... dijemput ngga ya? Kalo ngga jemput berarti mesti ngongkos dong*....
.
.
.
.
.
mana enak menikmati sendiri
tunggu Sampek kalian bener2 siap lahir batin dan ikhlas melakukannya bersama, atas kesadaran masing2, pasti rasanya jauh LBH maknyus 👌
tapi ga enak yo, kalau lagi pas ga sadar...
kelakon di kubur hidup" Karo Hanoman we ngko😂😂😂
eh dah kangen aja sama ngoceh nya duo sejoli leta-gio pas leta sadar 😍
tapi ingat konsekuensinya bisa dihajar sama orang rumah kamu...😁
semoga apa yang diucapkan Mus tidak kejadian.....si gentong mau menerima apa yang terjadi pada dirinya.....
mkasih kak sin update nya 👍👍🤗🤗
semoga saja rompis jera nggak dendam sama Gio dan Letta
mkasih kak sin update nya 👍
moga aja si rompis cepet sembuh