Mesya merasa sedih karena dijodohkan saat ia masih kuliah. Namun berjalannya waktu, perlakuan Sandi yang begitu lembut kepada Mesya berhasil meluluhkan hati Mesya dan membuat Mesya jatuh cinta seiring berjalannya waktu pernikahan mereka... Saat cinta keduanya mulai tumbuh, sosok wanita di masa lalu Sandi yang tiba-tiba datang mencoba menghancurkan kebahagiaan mereka dengan terus membuat kesalah pahaman dan pertikaian diantara hubungan keduanya. Di saat hubungan keduanya mulai renggang, sosok pria yang mencintai Mesya pun ikut muncul dan menambah keruhnya rumah tangga mereka. . . . Dapatkan mereka mempertahankan hubungan rumah tangga mereka? Atau pernikahan mereka akan hancur dengan kemunculan orang yang mereka cinta di masa lalu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lentera Sendu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
35
"I-ini?!"
Mesya terdiam saat melihat sebuah lukisan dalam kotak tersebut yang sangat mirip dengan wajahnya.
"Kenapa? Apakah kamu terkejut lukisan itu sangat mirip dengan wajah kamu? Kenyataannya itu memang lukisan wajah kamu" Jelas Santi
"Ta-tapi kenapa?!"
Santi menceritakan bagaimana Sandi terobsesi pada dirinya, sejak pertama kali Sandi bertemu dengan Mesya dan mengajarinya bermain biola di situ Sandi kembali merasakan cinta setelah rasa trauma yang ditinggalkan noleh Namira. Namira yang saat itu telah di lamar oleh Sandi tiba-tiba membatalkan pertunangan dan seminggu kemudian Namira menikah dengan orang lain.
Sandi yang saat itu masih berusia muda sangat terpukul dengan hal itu hingga beberapa kali orang tua Sandi mengenalkannya pada wanita akan langsung di tolaknya. Namun, lukisan itu menjadi lukisan pertama Sandi yang jatuh cinta setelah sekian lama.
"Saat itu kakak bertemu dengan kakak mu Suci dan tahu jika wanita dalam lukisan yang Sandi buat adalah kamu adiknya. Namun, saat itu kakak dengar kamu sudah ada yang melamar hingga kakak tidak berani berbicara kepada Sandi"
"Ja-jadi...."
"Sedalam apapun bangkai terkubur akan tercium juga, Sandi mendengar kabar tersebut dan kembali patah hati"
Mesya terdiam mendengar cerita dari Santi, mengetahui jika Sandi begitu mencintainya Mesya merasa senang namun di sisi lain Mesya tetap merawa khawatir dengan kehadiran Namira di antara rumah tangga mereka.
****
"Mau yang mana Mas?!"
"Yang itu saja Bang"
Sandi berada di toko bunga dan membeli sebuket besar bunga mawar merah untuk Mesya agar saat pulang suasana hati Mesya sedikit kembali membaik. Bahkan tak lupa Sandi membelikan sebuah cake cokelat yang biasa di beli oleh Mesya.
"Aku harap Mesya akan senang dengan hadiah ini" gumam Sandi
Sandi berjalan menuju sepeda motornya dan bersiap untuk pulang, namun tiba-tiba Hilda datang menghampiri Sandi dan bermaksud meminta pertolongan Sandi.
"Bisa ya Sandi??"
Sandi hanya terdiam saat Hilda memintanya untuk mengantarnya pulang, karena hari itu jemputan Hilda tidak bisa datang dan membuat Hilda harus menaiki bus beberapa kali. Hal itu membuat waktu Hilda lebih lama untuk sampai di rumah.
"Ta-tapi..."
"Aku mohon ya Sandi, kali ini saja" Pinta Hilda
Sandi menghela nafasnya, ia melihat buket bunga dan kue yang sudah ia beli untuk Mesya. Jika Sandi mengantarkan Hilda pulang pastinya ia akan telat pulang dan membuat Mesya semakin marah kepada nya.
"Bagaimana?!" Tanya kembali Hilda dengan penuh harap.
Di sisi lain, Mesya yang berada di rumah tengah mempersiapkan makanan untuk buka puasa. Melihat waktu yang sudah menunjukan pukul 17:50 membuat Mesya sedikit gelisah karena Sandi belum juga pulang, biasanya Sandi akan pulang cepat dan tidak biasanya pulang terlambat seperti itu.
Mesya meninggalkan dapur dan berjalan ke pintu depan, saat Mesya membuka pintu untuk keluar tiba-tiba Sandi sudah berada di depan pintu dengan menggenggam buket bunga mawar dan sekotak cake cokelat.
"Mas San...."
"Ini untuk kamu sayang"
"Kamu darimana saja Mas? Tidak biasanya kamu pulang se sore ini"
"Iya maaf sayang, tadi ban motor mas bocor di jalan. Jadi Mas harus mampir ke bengkel dulu"
Kembali pada adegan Hilda yang meminta Sando untuk mengantarnya, bukan mengantarnya Sandi justru menelpon teman kantornya dan meminta temannya itu untuk mengantarkan Hilda. Sedangkan Sandi yang kebetulan diperjalanan pulang mendapatkan ban motornya bocor terpaksa harus berhenti yang mengakibatkan dirinya telat pulang.
"Terima kasih, Mas"
Dengan wajah merona Mesya mengambil buket bunga yang ada di tangan Sandi, entah sudah berapa banyak buket bunga yang telah Sandi berikan semenjak mereka berdua menikah. Bahkan Mesya sempat menegur Sandi untuk tidak membelikannya lagi bunga, namun Sandi masih tetap saja melakukannya.
"Yang penting Mas bisa melihat kamu tersenyum bahagia sayang, karena di saat istri Mas bahagia disitulah rezeki mas terus mengalir" Jelas Sandi
Setelah mendengar adzan magrib, Sandi dan Mesya masuk ke dalam rumah dan buka puasa bersama.
Sejak hari itu, mengingat kembali perjalanan kisah keduanya, tak terasa pernikahan mereka sudah berjalan cukup pama. Bulan ramadhan yang penuh keberkahan pun akan segera berakhir dan semua masalah dalam rumah tangga Sandi dan Mesya perlahan selesai dan memudar.
Sandi yang sore itu mengenakan kemeja krem dan celana hitam mengajak Mesya untuk pergi malam takbiran ke luar. Mesya yang saat itu sudah mengganti pakaiannya berjalan keluar dan bersiap untuk berangkat bersama Sandi.
Keduanya pergi ke alun-alun kota dan menghabiskan waktu bersama hingga larut malam. Berbagai kembang api yang indah menyala di langit malam sebelum hari raya idul fitri esok hari.
Mesya yang di bonceng oleh Sandi memeluk Sandi dari belakang dan menyandarkan dagunya di bahu Sandi. Sandi yang melihat istrinya sangat bahagia membuat dirinya ikut bahagia. Karena bagaimana pun Sandi begitu mencintai Mesya dan menikah dengannya adalah sebuah impian yang bahkan tak pernah ia sangka menjadi kenyataan.
"Kamu mau beli baju baru buat besok sayang?!"
"Apa sih Mas, kemarin kan Mas baru saja belikan aku baju baru. Masa sekarang mau beli baju lagi sih"
"Tidak apa-apa, kan buat ganti siang harinya"
"Gak deh Mas, gak perlu. Sekarang kita pulang saja"
"Yakin nih mau pulang?!"
Mesya hanya terdiam sambil memanyunkan bibirnya, ia nampak berpikir harus kemana lagi mereka malam itu.
"Mau beli ice cream?!" Tanya Sandi
Mendengar kata ice Cream nampaknya Mesya sangat bersemangat, akhirnya Sandi mengangguk dan setuju untuk membeli ice cream terlebih dahulu sebelum mereka pulang.
Setibanya di toko ice cream Mesya memesan rasa kesukaannya yaitu rasa vanila dengan toping susu cokelat. Melihat ice cream yang datang membuat Mesya langsung tergiur dan siap untuk memakannya.
Ditemani oleh Sandi, Mesya duduk di bangku toko ice cream di samping jendela. Melihat ice cream di genggamannya membuat Mesya tersenyum bahagia.
"Ouuwekkk"
Mesya yang baru saja menyantap ice cream nya itu tiba-tiba mual dan merasa jika rasa ice cream nya tao seperti biasanya.
"Ini rasanya berbeda sekali seperti kemarin" ucap Mesya
"Benarkah?!" Ucap Sandi
"Benar mas, coba deh sama mas"
Mesya memberikan ice cream di tangannya untuk dicoba oleh Sandi, namun Sandi yang memakan ice cream vanila itu nampak biasa saja dan merasa jika ice cream itu rasanya sama seperti biasa.
"Uoooeekk... Gak enak Mas!!"
Sandi mengangkat kedua alisnya, melihat istrinya yang biasanya sangat menyukai ice cream vanila itu tiba-tiba merasa mual saat melihatnya.
"Tunggu, apa kamu sudah datang bulan sayang?!" Tanya Sandi yang mengira jika Mesya mungkin saja tengah hamil.
"Maksud mas?!"
"Kamu tidak seperti biasanya, yang Mas tau kamu sangat suka ice cream vanila. Tapi tiba-tiba kamu merasa mual dan...."
"Mas pikir aku hamil??"
...****************...