Nancy tak menyukai kala sang papa menjalin hubungan dengan Dania yang dikenalkan sebagai calon istrinya. Nancy mencari tahu latar belakang Dania hingga akhirnya ia mengetahui kalau Dania masih berstatus sebagai istri orang! Ketika kebusukannya terbongkar Dania berkilah akan segera bercerai dengan suaminya yang sekarang, Putra Wardhana namun Nancy tak memercayai itu hingga akhirnya Dania dan Putra benar-benar bercerai. Selepas bercerai, Nancy mulai mendekati Putra untuk misi membuat Dania cemburu karena sang mantan suami kini dekat dengannya. Akankah misi Nancy akan berhasil?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Serena Muna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pesta Perpisahan dan Pernikahan
Hari pernikahan yang selama ini dinantikan oleh Dania akhirnya tiba juga, sejak semalam wanita itu sampai tak bisa tidur karena saking gugupnya. Memang pernikahan ini bukanlah pernikahan pertamanya namun tetap saja pernikahan ini adalah sesuatu yang sangat penting bagi Dania, tak lama lagi ia akan menjadi istri Hanggono dan akan bisa menguasai harta pria tua itu. Dania dan Marita tengah berada di dalam ruang ganti, saat ini mereka tengah membicarakan seputar apa saja yang bisa mereka lakukan setelah Dania resmi menikah dengan Hanggono, tentu saja Marita melakukan semua itu bukan tanpa alasan, ia melihat wajah Dania yang gugup oleh sebab itu maka Marita mengalihkan kegugupan itu dengan cara membicarakan hal yang membuat senang.
"Sudah jangan gugup begitu, tidak lama lagi apa yang sudah kamu impikan akan segera terwujud."
"Iya Ma, aku tahu."
Tak lama kemudian Dania dibawa menuju kursi yang ada di sebelah Hanggono dan ijab kabul pun dimulai, di barisan keluarga nampak Nancy dan Putra beserta seluruh keluarga besarnya duduk menyaksikan akad nikah. Nancy sama sekali tak tersenyum saat ijab kabul berlangsung pun setelah papanya sudah mengucap ijab kabul dan Dania resmi menjadi ibu tirinya.
"Kamu nggak apa-apa?" bisik Putra seraya menggenggam tangan Nancy.
"Bohong kalau aku bilang gak apa-apa, kamu tahu sendiri mantan istrimu itu gimana kelakuannya."
"Tenang saja, kita akan bersama menghadapinya, aku akan membantu kamu supaya wanita itu gak mendapatkan apa yang ia inginkan."
"Terima kasih, Mas."
Ucapan tulus Putra padanya membuat hati Nancy menghangat, entah kenapa ia bisa percaya bahwa ia tak akan sendirian menghadapi Dania dan itu menjadi kekuatannya saat ini. Diam-diam walau Dania menampakan raut wajah sumringah bahagia di depan kamera dan semua tamu yang datang di acara ijab kabul, tetap saja ada rasa kesal dalam dirinya saat melihat Putra dan Nancy yang tengah akrab dan intim bicara.
****
Hanggono dan Dania baru saja masuk ke dalam kamar yang ada di sebuah hotel tempat yang sama saat mereka melakukan resepsi pernikahan. Hotel mewah bintang lima yang ada di pusat kota Jakarta ini dipilih Dania sebagai tempat bulan madunya bersama Hanggono karena ia ingin membuktikan pada Nancy bahwa papanya itu sudah tunduk padanya.
"Apakah Mas lelah?" tanya Dania lembut seraya memijit lengan suaminya.
"Iya, sejujurnya aku agak lelah," jawab Hanggono.
"Kalau begitu, alangkah baiknya kita langsung tidur saja malam ini."
Mendengar ucapan Dania barusan tentu saja membuat Hanggono mendelik, ia seperti tahu ke mana arah pembicaraan Dania ini.
"Apakah kamu menolak untuk melakukan tugasmu sebagai seorang istri?"
"Sama sekali nggak, maksud aku itu karena Mas lelah lebih baik kita tidur saja malam ini. Aku nggak ingin Mas kelelahan lebih dari ini."
"Justru malam ini adalah malam yang aku tunggu sejak lama, mana mungkin aku melewatkannya?"
Dania merasa bahwa raut wajah Hanggono berubah saat mengatakan itu, seringai penuh hasrat dan arti itu tentu saja sudah Dania kenali ke mana arah semua ini. Tanpa menunggu lama pria tua itu langsung mendorong tubuh Dania rebah di atas ranjang dan mulai mencicipi seluruh tubuh wanita yang sudah resmi menjadi istrinya ini, Dania sama sekali tak menikmati ini namun ia hanya diam saja tak melawan.
****
Pagi ini Nancy dan Putra sudah rapih dengan pakaian kantor, Putra akan berpamitan pada teman-teman satu divisinya di kantor sebelum ia besok akan memulai pekerjaan baru di kantor sebagai asisten pribadi istrinya. Nancy yang meminta langsung pada Putra akan hal itu, awalnya Putra menolak tawaran Nancy namun karena Nancy terus membujuk maka Putra pun luluh.
"Kamu sudah siap kan?" tanya Nancy selepas ia sarapan roti bakar.
"Aku sudah siap," jawab Putra.
Maka mereka berdua bergandengan tangan menuju mobil yang sudah menunggu di halaman, Nancy dipersilakan masuk terlebih dahulu oleh Putra yang membuat wanita itu tersenyum dengan sikap sang suami ini dan selepas Nancy masuk, barulah Putra menyusulnya masuk ke dalam mobil.
"Bagaimana kalau besok, kita nggak usah pakai sopir saja?" usul Nancy.
"Kalau nggak pakai sopir, siapa yang akan menyetir?" tanya Putra heran.
"Kamu," jawab Nancy.
"Aku? Kamu yakin? Aku nggak berpengalaman menyetir mobil mewah begini."
"Kalau begitu kan kita bisa pakai mobilmu."
"Pakai mobilku? Nanti papamu malah marah padaku lagi."
"Jangan pedulikan apa kata orang, nanti setelah pulang kantor aku mau jalan-jalan pakai mobilmu. Atau nanti biar pak Herman anter mobil kamu ke kantor supaya nanti kita bisa pakai mobil kamu?"
****
Putra disambut meriah di ruangan divisinya saat ia baru saja tiba, satu persatu teman-temannya menyalaminya dan memeluknya. Mereka tak menyangka kalau Putra akan menjadi suami dari Presdir perusahaan ini bahkan manajer Putra sendiri juga akan hadir di acara itu untuk memberikan selamat sekaligus perpisahan pada Putra.
"Kalian ini kenapa, sih? Aku ini masih bekerja di perusahaan ini hanya saja bukan lagi di divisi ini."
"Iyalah, sekarang kamu kan bakal jadi kepercayaan bu Nancy."
Setelah berbincang sebentar, mereka pun kembali ke meja masing-masing karena perayaan acara itu baru akan dilakukan di saat jam makan siang, Putra sendiri yang meminta acaranya saat jam makan siang karena saat malam, ia ada janji dengan Nancy. Saat jam makan siang, teman-teman satu divisi Putra menuju sebuah restoran yang sudah dipesan oleh Putra khusus untuk siang ini dalam acara perpisahannya. Tapi ada satu hal yang tidak disangka oleh Putra yaitu kedatangan Nancy di restoran ini.
"Kamu datang?"
"Memangnya ada larangan kalau aku gak boleh datang?"
"Ah, bukan begitu hanya saja teman-temanku nanti sepertinya bakal canggung."
"Sudahlah, ayo."
Nancy tanpa canggung menggandeng lengan Putra untuk masuk ke dalam restoran itu yang mana seperti yang sudah Putra duga kehadiran Nancy di sini akan membuat suasana jadi tegang.
"Kenapa mendadak diam? Saya ganggu acara kalian?"
"Nggak Bu, silakan duduk."
Nancy kemudian duduk bersama Putra dan suasana masih tegang karena kehadiran orang nomor satu di perusahaan mereka bekerja.
"Kenapa hanya diam saja? Jangan canggung dong, saya mau berterima kasih karena selama ini sudah bisa bekerja sama dengan suami saya di divisi Marketing. Saya tahu kalau suami saya ini sebentar lagi akan dipromosikan sebagai manajer tapi karena takdir maka dia mendapatkan jabatan yang jauh lebih tinggi. Jadi sebagai seorang istri saya mau berterima kasih pada kalian semua sudah menjadi teman yang baik bagi suami saya. Suami saya tetap akan bekerja di satu perusahaan yang sama dan kalian tetap akan bisa bertemu dengan dia, dia sama sekali nggak berubah walau sudah menikah dengan saya. Jadi ayo dong bersuara, jangan canggung begini, ayo nikmati pestanya."