Daren begitu tergila-gila dan rela melakukan apa saja demi wanita yang di cintainya, Tapi cintanya tak terbalas, Sarah yang di cintai Daren hanya mempunyai secuil perasaan padanya, Di malam itu semua terjadi sampai Sarah harus menanggung akibat dari cinta satu malam itu, di sisi lain keduanya mau tidak mau harus menikah dan hidup dalam satu atap. Bagaimana kelanjutan kisah Mereka. akankah Daren bisa kembali menumbuhkan rasa cinta di hatinya untuk Sarah? Dan apakah Sarah bisa mengejar cinta Daren?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon II, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tidak Buruk
Sarah tertegun di dalam mobil yang mana baru saja terparkir di garasi apartemen.
Daren mematikan mesin mobil, dengan malas melirik Sarah. "Turun." Daren segera turun.
Sarah sendiri masih diam mematung membuat Daren melipir ke arah pintu mobil lalu membukanya. "Ayo turun tuan putri."
Sarah mengendus kesal, dengan malas turun. "Terimakasih."
Daren menatap tajam. "Besok-besok turun sendiri."
"Kita mau tinggal di apartemen?" Tanya Sarah, Daren yang berjalan segera berbalik.
Daren mengangguk. "Di sini kamu akan tinggal."
Sarah mendekati Daren. "Kenapa ga tinggal di rumah ayah ku?" Sarah jelas merindukan kamarnya yang mewah lagi luas, kamar apartemen pasti tidak seluas kamarnya.
Daren menyunggingkan senyuman membuat Sarah menatap kesal. "Silakan kalau kamu mau tinggal di rumah ayahmu, aku tidak melarang." ucap Daren, segera berbalik kembali berjalan meninggalkan Sarah.
Sarah yang di kuasai amarah menghentakkan kedua kakinya, mengutuk Daren. "Menyebalkan, dia menyebalkan." Sarah menarik napas melirik Daren seolah menantang. "Baik, aku akan tinggal di rumah ayah," Teriak Sarah.
Daren berhenti melangkah, menghela napas jengah berbalik membawa wajah kesal melihat Sarah berjalan ke arah berlawanan.
"Oh Tuhan," Daren berlari mengejar, tanpa memberi aba-aba langsung memikul Sarah bah karung beras.
"Daren, turunin aku," Sarah memberontak. Terus memukul punggung Daren. Tapi di sela perlawanan itu Sarah tersenyum penuh kebahagiaan. Daren masih perduli ternyata.
Pintu lift terbuka, Daren terus menarik tangan Sarah menuju unit apartemennya, Di dalam lift ada beberapa orang, jadi Daren segera menurunkan Sarah takut dirinya di sangka seorang penculik wanita. Beruntung Sarah mau bekerja sama.
Di depan pintu Keduanya berdiri, Daren sibuk membuka pintu sedangkan Sarah diam memperhatikan. Diam-diam menghapal kode pintu.
Pintu terbuka, Daren kembali menarik Sarah, di dalam Daren melepaskan tangan Sarah agar dirinya bisa bersantai di sofa.
Sarah berdiri saja, memperhatikan Daren yang duduk dengan tenang sembari memejamkan mata. kedua mata Sarah berlarian melirik area apartemen Daren. Luas, modern, semua peralatan canggih ada di sana, Bahkan Sarah di suguhkan dengan alat penyedot debu yang mana bisa berjalan sendiri.
"Apa di sini ga ada orang kerja?" Tanya Sarah, masih memperhatikan robot Vacuum Cleaner berkeliling.
Daren menunjuk robot Vacuum cleaner. "Dia yang kerja."
Sarah mengangguk. "Tapi dia ga bisa masak?" Semua pekerja di mansion sudah ada yang mengambil alih. Bahkan di kediaman nya koki bersertifikat yang di percaya untuk menghidangkan makanan. Mungkin di kediaman Ayah mertuanya pun demikian, tapi melihat bagaimana Daren hidup membuat Sarah menelan ludah.
Daren segera bangkit, berjalan menghampiri Sarah yang senantiasa asik berdiri di ujung sofa.
"Well, Karena dia ga bisa masak, jadi kamu yang masak,"
"Aku?" telunjuknya menunjuk diri sendiri.
Daren mengangguk. "Iya kamu, jadi kamu yang masak."
"Tapi aku ga bisa masak, ke dapur aja aku-
Kembali Daren mengangguk, mendekati Sarah amat dekat sampai-sampai Sarah mundur.
"Di sini aku adalah kepala rumah tangga, dan kamu adalah istri ku, jadi biasakan mulai sekarang kamu berperan sebagai istri bukan tuan putri Narendra."
"Tapi-
"Masak yang enak." Ucap Daren sembari berlalu pergi meninggalkan Sarah ke kamar.
Sarah mendesah kesal, memilih duduk mempertahankan ego karena memang dirinya tidak bisa memasak. dari brojol sampai sekarang dirinya di layani bukan melayani.
Tapi Sarah tidak bisa diam saja. Ini kesempatan bagus untuk mengambil hati Daren. Sarah yang mulai bersemangat menyambar ponsel, sibuk menonton video cara menghidupkan kompor. Beberapa menit menonton Sarah segera ke dapur, tak sulit Sarah mencari Dapur karena Apartemen Daren di desain terbuka.
Di dapur Sarah berdiri di depan kompor, ragu-ragu mengikuti tutorial, berhubungan Kompor di apartemen Daren listrik membuat Sarah tersenyum. "Ini mudah." Ucap Sarah, benar saja kompor listrik itu mulai menyala, Sarah bersorak kegirangan ini adalah pengalaman pertamanya.
"Mari memasak." Sarah pergi ke bagian lemari mencari peralatan dan bahan masakan, Sibuk di sana seorang diri. Begitu yakin mencari bahan untuk membuat Telur gulung kesukaannya.
"Hanya memasak telur tidak akan sulit." Ucapnya yakin. Kembali Sarah melihat cara membuat telur gulung. matanya begitu serius mengingat langkah demi langkah. Merasa yakin Sarah mulai beraksi.
Kompor di hidupkan, Mangkuk kaca berukuran besar di letakan nya di susul beberapa butir telur, amat sangat ragu-ragu Sarah memecahkan kulit telur. 10 butir telur tertumpuk di dalam mangkuk, langkah selanjutnya memberi bumbu. Di sini tantangan yang sesungguhnya.
"Hmmm....Berapa sendok Tadi?"
Daren yang sudah berganti baju sedikit menghabiskan waktu bersantai di sofa, melupakan Sarah.
Entah kenapa Daren tertawa. "Dia lucu sekali." sepertinya Daren tengah mengingat kejadian di pagi tadi dimana Sarah sarapan layaknya orang kelaparan. Ada sisi lain yang baru di lihat Daren, selama mengenal Sarah tidak pernah tau sisi lain sang istri.
Puas berleha-leha, Daren memutuskan keluar kamar, baru mengingat Sarah yang mana Daren temukan ada di area Dapur, mata Daren membulat melihat Dapur seperti kapal pecah.
"What are you doing?" (Apa yang kamu lakukan?)
Sarah terperanjat, menoleh kearah Daren. "Lagi masak?"
"Kamu memasak atau ingin menghancurkan dapurku?" Teriak Daren lagi. Dapurnya yang rapih bersih kini seperti dapur yang baru saja terkena gempa dahsyat.
"Sudah, Sudah." Pinta Daren sembari melangkah mendekati Sarah.
Sarah fokus pada wajan, membiarkan Daren mengoceh bak ibu-ibu yang ke hilangkan celana dalamnya.
Di meja makan, Daren duduk tenang akan tetapi raut wajahnya yang ketus tidak bisa berbohong, mengingat Sarah sudah berbuat ulah. Dapurnya kotor dan berantakan. Hari pertama di apartemennya membuat Daren sedikit trauma.
"Sudah jadi." Sarah meletakkan piring berisikan potongan telur gulung buatannya ke meja Daren..
Daren menunduk bergantian menatap piring dan Sarah yang nampak kacau.
"Ini apa?" Tanya Daren, masih menatap Sarah, Rambut sedikit berantakan, celemek kotor dengan berbagai warna yang entah Daren pun tak tau dari mana asalnya, Sepertinya Sarah sangat antusias sampai-sampai lupa mencopot celemek.
"Biarkan saja." Gumam Daren.
"Egg rolls" (Telur Gulung) Sahut Sarah antusias. Setelah menjelaskan menu makan siang, kemudian Sarah duduk di samping Daren membawa serta telur gulung miliknya yang kalau di lihat-lihat lebih banyak dari pada telur gulung milik Daren.
Daren mengangkat piring, menelisik dengan serius. "Apa dia kan membunuh ku dengan ini?"
"Ayo makan, kamu pasti suka." Ucap Sarah sembari menusuk garpu ke telur gulungnya.
"Kalau pun ini enak kamu jangan masak lagi." Daren mengingat dapurnya.
Sarah tertawa kecil lalu memakan telur gulung itu.
Daren memberi ekspresi wajah konyol melihat Sarah tengah memakan masakannya sendiri. Detik berikutnya Sarah memberi isyarat anggukan kepala membuat Daren menoleh ke atas piring.
"Kalau ini membuat ku ke rumah sakit, kamu harus bertanggung jawab."
Sarah mengangguk antusias. Menatap Daren yang mana ragu-ragu menusuk telur gulung.
"Bismillah." Daren mulai membuka mulut, membiarkan telur gulung buatan Sarah menghuni mulutnya.
"Bagaimana? Enakkan?" Tanya Sarah harap-harap cemas.
Daren belum memberi jawaban, dirinya sibuk menganalisis rasa di mulutnya.
Ini benar dia yang masak?
"Katakan, enak ga?"
Daren mengangguk pelan membuat Sarah bersorak. "Yes,"
"Tidak terlalu enak tapi lumayan, ini bahkan tidak sebanding dengan kekacauan yang kamu buat di dapur." Ucap Daren Dengan ketus sembari memakan telur gulung. begitu lahap sampai Sarah tersenyum penuh kebahagiaan.
"Nanti akan di bersihkan?"
"Kamu?" Tanya Daren di tengah makannya.
Sarah mengangguk sambil menunjuk Daren. "Kita."