Masa lalu Arneta yang begitu kelam, karena diceraikan dalam keadaan hamil anak dari pria lain. Membuat wanita itu memutuskan kembali ke Indonesia dan membesarkan anaknya seorang diri.
Wanita itu ingin mengubah masa lalunya yang penuh dengan dosa, dengan menjadi seorang Ibu yang baik bagi putri kecilnya. Tapi apa jadinya jika mantan pria yang membuatnya hamil itu justru menjadi atasannya di tempat Arneta bekerja?
Akankah pria itu mengetahui jika perbuatan semalam mereka telah membuat hadirnya seorang putri kecil yang begitu cantik? Dan akankah Arneta memberitahu kebenaran tersebut, di saat sang pria telah memiliki seorang istri.
Ini kisah Arneta, lanjutan dari You're Mine.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy tree, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 9
Semakin cepat langkah kaki Lio mendekat, semakin cepat itu pula jantung Arneta berdetak. Dengan tubuh yang bergetar karena takut, wanita itu pun menyembunyikan keberadaan Ivy di belakang tubuhnya, sambil berdoa dalam hati agar ada keajaiban sehingga Arneta bisa membawa putri kecilnya pergi sekarang juga.
Karena jujur Arneta belum siap dan tidak akan pernah siap jika Lio bertemu dengan putri kecilnya. Arneta takut jika Lio menyadari wajah Ivy yang begitu mirip dengan pria itu, apalagi sampai pria itu sampai curiga jika Ivy kemungkinan besar putri kandung pria tersebut.
"Sedang apa kalian di sini?" tanya Lio pada Arneta dan Candra dengan rasa penuh keingintahuan.
Terlebih saat melihat sosok kecil yang berdiri di belakang Arneta, atau kata yang lebih tepat yang disembunyikan wanita itu. Karena ia melihat dengan jelas bagaimana Arneta berusaha menyembunyikan sosok kecil tersebut.
"Kami...."
Cling.
Pintu lift yang terbuka mengalihkan perhatian mereka.
Arneta yang tersadar pun dengan cepat menggendong Ivy sambil menarik Sasha agar mengikutinya.
"Maaf Tuan, aku permisi dulu," ucap Arneta dengan terburu-buru masuk ke dalam lift tanpa menunggu balasan dari atasannya.
Biarlah Arneta dikatakan tidak sopan dan juga terkena teguran nantinya. Tapi yang jelas saat ini ia harus membawa Ivy pergi secepatnya jika tidak ingin membuat Lio curiga.
"Anak kecil itu siapa?" tanya Lio pada Candra, bertepatan dengan pintu lift yang tertutup.
Jujur ia penasaran kenapa bisa ada anak kecil di dalam gedung perkantorannya. Seorang anak kecil perempuan yang sempat menoleh padanya sesaat sebelum pintu lift tertutup rapat. Meskipun tak bisa melihat dengan jelas wajah gadis kecil itu, tapi Lio yakin anak kecil dalam gendongan Arneta anak yang cantik.
"Em.., dia putri sekretarismu," jawab Candra sambil tersenyum kaku juga menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
"Apa? Tapi bagaimana bisa anak seorang karyawan—" ucapan Lio terhenti saat lengannya di tarik dengan tiba-tiba oleh Candra.
"Biar aku jelaskan dulu!"
Candra pun membawa Lio ke ruangan tempat di mana Ivy biasa menunggu Arneta, untuk menjelaskan keberadaan Ivy di kantor tersebut.
Sementara itu Lio yang sempat terkejut saat mengetahui sosok gadis kecil itu yang tenyata putri Arneta. Kini bertambah terkejut saat melihat isi ruangan tempat ia berada. Sebuah ruangan tempat bermain yang cukup nyaman meskipun kecil, dengan banyaknya mainan anak perempuan yang tertata rapih.
"Ruangan apa ini?" tanya Lio dengan tak percaya pada apa yang dilihatnya saat ini.
"Duduklah dulu!"
Candra yang sadar jika saat ini teman baiknya itu mulai emosi, menarik pria itu untuk duduk di sampingnya agar mereka bisa berbicara dengan nyaman. Karena ia akan menceritakan semuanya tentang Arneta dan Ivy, dengan tujuan agar teman baiknya mau mengijinkan Ivy untuk tetap bisa menunggu Arneta. Meskipun kesempatan itu sangat kecil mengingat teman baiknya sangat membenci anak kecil.
"Jelaskan sekarang, Can!"
Candra menarik napas dan mengeluarkannya secara perlahan.
"Aku yang mengijinkan Arneta untuk membawa putrinya kemari, dan aku juga yang menyiapkan ruangan ini agar putri Arneta nyaman dan tak menganggu Ibunya saat bekerja."
"Apa! Kau gila ya?" pekik Lio dengan terkejut. "Bagaimana bisa kau melakukan semua itu? Kau sudah menyalahi aturan sebagai seorang pimpinan, apa kau sadar?"
Candra menganggukkan kepalanya karena menyadari kesalahan yang dibuatnya. Ia tahu betul telah menyalahgunakan jabatannya untuk membuat Arneta mudah dan nyaman dalam bekerja tanpa harus khawatir meninggalkan Ivy bersama pengasuhnya. Tapi itu semua ia lakukan karena rasa kasihan pada Arneta, yang kadang melihat wanita itu harus pulang di saat jam makan siang hanya untuk melihat kondisi Ivy.