Konsep Cerita:
Riku, seorang pemain bisbol berbakat, memulai perjalanannya dari turnamen tingkat SMA, mewakili Jepang di tim junior, hingga berkompetisi di Pacific League dan WBC. Dengan tekad dan kerja keras, ia membawa timnya meraih kemenangan gemilang, termasuk di ASEAN Games. Namun, seiring berjalannya waktu, Riku mulai merasakan panggilan baru: membimbing generasi berikutnya. Setelah berkarir gemilang sebagai pemain, Riku memilih untuk pensiun dan menjadi pelatih, berfokus pada pengembangan bakat muda. Dengan penuh kebanggaan, ia mengakhiri perjalanan panjangnya, menyaksikan warisan yang ditinggalkannya tumbuh berkembang dalam dunia bisbol, yang terus dihormati oleh para pemain dan penggemarnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Xyro8978, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 3
Bab 3: Tekanan dan Harapan
Turnamen regional semakin dekat. Setiap pemain tim Seikou High kini berada di bawah bayang-bayang ekspektasi besar. Bagi Riku Asahina, menjadi pitcher utama bukan hanya tanggung jawab, tetapi juga tantangan untuk membuktikan dirinya.
---
Latihan yang Tak Kenal Ampun
Hari itu, pelatih Kenji Tsubaki memimpin sesi latihan dengan intensitas tinggi. Para pemain dikerahkan untuk meningkatkan kecepatan, kekuatan, dan daya tahan.
“Latihan ini bukan sekadar persiapan,” seru Tsubaki. “Ini adalah fondasi kalian untuk menghadapi lawan-lawan tangguh!”
Riku berdiri di gundukan pitcher, melempar bola demi bola ke arah catcher. Setiap lemparan Phantom Pitch-nya membuat bola tampak menghilang sebelum mencapai sarung tangan catcher. Namun, kali ini ada masalah. Akurasi lemparannya mulai menurun.
“Strike!” teriak catcher Takeshi, yang mulai frustrasi. “Tapi itu terlalu rendah, Riku. Kalau seperti ini, kita akan kalah!”
Riku mengangguk pelan. Keringat membasahi wajahnya. Ia mencoba memperbaiki lemparannya, tetapi bayangan masa lalu terus menghantui pikirannya.
“Fokus, Riku!” teriak Haruto dari sisi lapangan. “Kau tak bisa membuat kesalahan di turnamen nanti!”
Riku menarik napas panjang. Ia tahu tekanan ini adalah sesuatu yang harus ia hadapi. Namun, semakin ia berusaha, semakin berat beban itu terasa.
---
Diskusi Malam Hari
Malam itu, setelah latihan selesai, Riku duduk di ruang ganti yang sepi. Ia memandangi bola di tangannya, mencoba memahami mengapa akurasinya menurun.
“Masih di sini?” suara Haruto memecah kesunyian. Ia berjalan masuk dengan sebotol air di tangan.
“Aku harus memperbaiki akurasi lemparanku,” gumam Riku tanpa menoleh.
Haruto duduk di bangku di sebelahnya. “Kau terlalu keras pada dirimu sendiri, Riku. Kadang-kadang, istirahat juga penting.”
Riku menoleh, tatapannya penuh kebimbangan. “Tapi aku tidak bisa gagal. Aku sudah kehilangan terlalu banyak dalam hidupku. Aku harus berhasil, Haruto.”
Haruto menatapnya dengan serius. “Mungkin kau perlu mengubah sudut pandangmu. Baseball adalah permainan tim. Kau bukan satu-satunya yang memikul beban ini.”
Riku terdiam. Kata-kata Haruto membuatnya berpikir. Selama ini, ia selalu merasa harus mengandalkan dirinya sendiri.
---
Sparring Internal
Dua hari kemudian, pelatih Tsubaki mengadakan sparring internal antara tim utama dan tim cadangan. Tujuannya adalah mengukur kesiapan tim sebelum turnamen.
“Riku, kau akan menjadi pitcher tim utama,” kata Tsubaki tegas.
Riku berdiri di gundukan, memutar bola di tangannya. Tim cadangan siap di posisi mereka, dipimpin oleh pemain-pemain muda yang ingin membuktikan diri.
Batter pertama dari tim cadangan mengambil posisi di home plate. Riku mengambil ancang-ancang dan melempar bola pertamanya.
Woosh!
“Strike satu!” seru wasit.
Batter kedua mencoba lebih agresif, tetapi bola tetap tidak bisa disentuh. Riku terus menunjukkan kekuatan Phantom Pitch-nya, membuat pemain tim cadangan frustrasi.
Namun, pada inning keempat, kelemahan Riku mulai terlihat. Akurasinya menurun lagi, dan tim cadangan mulai memanfaatkan situasi.
Crack!
Bola berhasil dipukul ke arah outfield. Tim utama berusaha mengejar, tetapi tim cadangan mencetak dua poin dengan cepat.
“Riku, tenang!” teriak Tsubaki dari sisi lapangan.
Riku mencoba fokus, tetapi pikirannya semakin kacau. Lemparannya yang berikutnya terlalu tinggi, dan wasit memanggil “ball.”
---
Haruto Mengambil Alih
Melihat kondisi Riku yang goyah, Haruto melangkah maju. Ia memukul sarung tangannya keras-keras, menarik perhatian semua orang.
“Berikan lemparan terbaikmu, Riku!” serunya. “Aku di sini untuk mendukungmu.”
Kata-kata itu membuat Riku sedikit tenang. Ia menarik napas dalam-dalam dan mencoba mengosongkan pikirannya. Kali ini, ia memusatkan seluruh fokusnya pada target.
Riku melempar bola dengan kecepatan dan ketepatan yang luar biasa. Bola meluncur seperti bayangan, dan batter dari tim cadangan hanya bisa terpaku.
“Strike out!” seru wasit.
Sorak-sorai kecil terdengar dari tim utama. Meskipun ada momen sulit, Riku berhasil kembali menguasai dirinya.
---
Percakapan dengan Pelatih
Setelah sparring selesai, pelatih Tsubaki memanggil Riku ke ruangannya lagi.
“Kau melakukan pekerjaan yang bagus hari ini, Riku,” kata Tsubaki. “Tapi aku bisa melihat bahwa tekanan mulai memengaruhimu.”
Riku mengangguk pelan. “Aku hanya tidak ingin mengecewakan tim ini.”
Tsubaki tersenyum tipis. “Aku mengerti. Tapi ingat, baseball adalah permainan yang membutuhkan ketenangan. Jika kau terlalu terbebani, kau tidak akan bisa memberikan yang terbaik.”
“Jadi, apa yang harus aku lakukan?” tanya Riku.
“Percayalah pada rekan-rekanmu,” jawab Tsubaki. “Mereka ada di sana untuk membantumu. Jika kau mencoba melakukannya sendirian, kau akan gagal.”
Kata-kata itu sekali lagi menyadarkan Riku. Ia tahu, untuk menghadapi turnamen ini, ia harus belajar mengandalkan timnya.
---
Pengumuman Kapten Baru
Beberapa hari kemudian, pelatih Tsubaki mengumumkan sesuatu yang mengejutkan semua pemain.
“Setelah mempertimbangkan dengan matang, aku telah memilih kapten baru untuk tim ini,” kata Tsubaki di hadapan semua pemain.
Semua orang menunggu dengan tegang. Siapa yang akan menjadi pemimpin mereka di turnamen?
“Kapten baru kita adalah Haruto Kageyama.”
Ruangan langsung dipenuhi suara tepuk tangan. Haruto tersenyum kecil, tetapi ia tampak serius.
“Sebagai kapten, aku hanya punya satu permintaan,” kata Haruto. “Kita harus bekerja sama sebagai tim. Tidak peduli seberapa berbakatnya seseorang, kita hanya bisa menang jika kita bersatu.”
Riku menatap Haruto dari kejauhan. Ia merasa lega sekaligus termotivasi. Dengan Haruto sebagai kapten, ia yakin tim ini bisa menghadapi apa pun.
---
Awal Perjalanan
Dengan turnamen regional hanya tinggal seminggu lagi, tim Seikou High terus berlatih tanpa henti. Tekanan semakin besar, tetapi semangat tim juga semakin tinggi.
Bagi Riku, ini bukan hanya tentang baseball. Ini adalah kesempatan untuk membuktikan dirinya, mengejar mimpi yang ia dan Ren pernah bagikan, dan menemukan tempat di mana ia benar-benar merasa menjadi bagian dari sesuatu yang lebih besar.
“Turnamen ini,” pikir Riku, “adalah awal dari segalanya.”