Dika sebenarnya cowok yang kurang pergaulan atau KUPER istilahnya. Semuanya berubah ketika Dika menjadi siswa di SMA Pelajar yang terkenal di kotanya. Semua orang heran melihat perubahan sikapnya yang periang dan suka usil kepada semua orang namun anehnya banyak orang tidak menyadari keusilannya. Bisa jadi karena wajah tampannya apalagi kaum hawa yang melihat wajah tampanya bahkan senyuman dan rayuan mautnya.
Suatu hari Dika harus berpikir 2 kali bila melakukan sikap usilnya kepada orang lain namun Dika tidak melakukannya apalagi kepada gadis cantik baru dikenalnya yang baru masuk di sekolah tersebut tapi Dika dilaporkan orangtua gadis tersebut ke polisi atas permintaan anaknya hingga harus berurusan dengan polisi sehingga orang tua Dika dan orang tua gadis itu dipertemukan. Namun tidak di sangka kalau orang tua mereka saling kenal bahkan menjodohkan mereka. Bagaimana cerita selanjutnya?, ikuti terus ceritanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DANA SUPRIYA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 8 Penasaran
Siswa yang meremas kertas kecil itu melihat ke kiri dan ke kanan tapi semua siswa-siswi mengerjakan ujian dengan serius hingga dia penasaran dengan orang yang sudah usil dan mengerjai dirinya
"Siapa ya?, aku sedikitpun tidak belajar, bagaimana bisa aku menjawabnya"
Terlihat di kertas ujian hanya nama siswa tersebut saja 'Citra Utama' dan satu pun tidak ada jawaban yang di tulisnya hingga dia hanya mencoba melihat kertas ujian kawannya tapi semuanya seperti fokus dan tidak mau memberikan bantuan hingga akhirnya
"Ya sudahlah kalau begini, aku jawab asal saja. Yang penting aku ada jawaban"
Citra coba membaca soal dan langsung menjawabnya dengan apa yang dia bisa hingga akhirnya dia siap juga walaupun dia tidak tahu apakah benar atau salah hingga tidak terasa bell ujian selesai terdengar
"Siap juga, sudahlah ku.kumpul saja dan selesai dari ujian ini aku akan menjebak siapa orang yang sudah mengerjai diriku. Aku penasaran"
Citra mengumpul kertas ujiannya hingga dia akhirnya dia kembali ke bangku dan meja tempat dia ujian
"Aku.akan tulis kertas ancaman kepada.orang itu tapi aku buat seolah-olah kertas jawaban tapi ku buat tanda agar orang yang memegangnya ku ketahui"
Citra menulis di kertas kosong yang sudah dia siapkan 'Kau akan ku remas kau seperti kertas ini', selanjutnya dia memberi tanda dan meletakan di tempat yang sudah disiapkan
"Lihatlah kawan, kau akan tahu siapa aku, aku anak daerah sekolah ini. kan ku ajak kawan-kawan ku di daerah sini untuk menghabisimu"
Citra senyum sinis sambil mencoba melihat sekitar kelasnya namun kelas sudah kosong dan tidak ada satu pun kawan sekelasnya
"Berarti semua sudah pulang, tinggal menunggu besok. Siapa yang jari tangannya biru berarti dialah orangnya dan setelah itu aku akan menariknya keluar dari sekolah ini"
Citra bicara sendiri menumpahkan semua kekesalannya hingga akhirnya dia juga meninggalkan kelas untuk segera pulang sementara itu ditempat lain, Dika sudah berada di pinggir jalan di depan sekolahnya untuk memesan ojek online karena papa mamanya tidak menjemputnya karena ada acara keluarga hingga Dika mau mengeluarkan handphonenya tapi tiba-tiba cewek yang memanggilnya
"Dika"
Dika melihat kebelakang ke arah sumber suara cewek yang memanggilnya
"Hei Silvi"
Terlihat Silvi tersenyum sambil mendekati Dika yang menatap Silvi dengan wajah kekaguman terhadap kecantikan Silvi
"Wow cantiknya"
Dika bicara dalam hati menatap kecantikan Silvi hingga akhirnya Silvi mendekatinya
"Belum pulang ya Dika?"
"Tidak bisa pulang"
"Loh kenapa tidak bisa pulang?"
"Hatiku tertahankan oleh keindahan wajah Bidadari yang begitu cantik"
"Bidadari, di mana?"
Silvi mencari-cari seolah-olah penasaran dengan yang dikatakan Dika walaupun sebenarnya dia bisa menebak arah bicara Dika kepadanya tapi dia ingin tahu juga jawaban Dika
"Di depan saat ini"
Dika langsung menunjuk Silvi sebagai Bidadari yang menahannya hingga Silvi yang dipuji oleh Dika hanya tersipu malu tapi cepat menguasai diri
"Ah Dika ini, mana ada Bidadari secantik aku, aku kan biasa saja"
"Lihatlah kalau tidak percaya"
Dika mengambil handphonenya dan mendapatkan cara untuk bisa berphoto dengan gadis tercantik dikelasnya hingga dia bisa mengambil photo diri mereka berdua dan menunjukannya kepada Silvi yang langsung melihat wajah dirinya tersipu malu ketika berphoto sehingga menambah kecantikan dirinya apalagi dengan Dika yang kelihatan begitu tampan baginya sebagai laki-laki yang ingin dia miliki
"Iya..."
"Benarkan ada Bidadari di samping saya kan"
"Iya dengan pangeran hatiku"
Dika jadi grogi juga ketika dikatakan pangeran hatinya Silvi hingga dia garuk-garuk kepala
"Apa iya ya kalau aku...."
"Silvi!, Dika kalian belum pulang ya?"
Dika tidak melanjutkan kata-katanya karena ada suara orang memanggilnya hingga dia dan Silvi melihatnya
"Citra"
"Iya, aku kesal kali karena hari ini ada yang usil sama aku"
Citra langsung menumpahkan kekesalannya kepada Dika dan Silvi yang terus bicara
"Awas kalau ketahuan siapa orangnya pasti akan ku remas?"
"Diremas?"
Dika langsung tersentak dengan kata-kata Citra hingga dia langsung bertanya
"Iya tadi ku buat jebakan dan ku buat tanda biar ketahuan siapa orang yang usil sama diriku"
"Jadi di buat tanda ya?"
"Iya seperti.tanganku ini"
Citra menjelaskan kepada Dika dengan menunjukan tangannya yang berwarna biru
"Oh begitu ya, kalau begitu kita lihat besok ya Cit"
"Ya aku kesal sekali dan penasaran dengan orang yang mengambil kertas jawabanku"
"Ok Cit nanti ku bantu cari tahu ya"
"Bantu ya kawan karena kaulah yang baik sama diriku"
"Oke lah kawan tapi ku pikir kita harus pandang positifnya saja Citra, berarti kita di suruhnya belajar Cit"
"Iya ya, ya sudah kalau begitu, tapi bantu aku cari.orangnya"
Dika mengangguk dan seolah-olah berpikir panjang serta menyalaminya
"Baiklah Dika, aku pulang duluan ya. Ku lihat kalian ada yang mau di bicarakan"
Citra melambaikan tangan lalu pergi dengan angkutan umum hingga akhirnya Dika dan Silvi tinggal berdua kembali sambil saling pandang
dan sama-sama tersenyum
"Ada apa ya Dika?"
"Citra penasaran dengan orang yang mengambil kertas jawaban atau kertas kopekannya yang tiba-tiba hilang"
Dika menjelaskan kepada Silvi tentang apa yang terjadi dengan Silvi hingga Silvi berpikir dan heran dan mau protes
"Seharusnya Citra tidak boleh curang dalam ujian dan kita tidak boleh membantunya Dik"
"Ya aku berpikir sama denganmu Sil, tapi tidak mungkin kita mengatakan kepadanya kecuali kita menasehatinya untuk tidak melakukannya lagi sebagaimana yang saya sampaikan padanya"
"ya benar itu, itulah ku suka dari.kamu Dika selain tampan tapi bisa membuat orang seperti Citra mendengarkan mu"
Dika tersenyum mendengarkan kata-kata Silvi yang membuat dia mau tertawa tapi ditahannya karena sebenarnya dia yang membuang semua kertas kopekan atau kertas jawaban dari kawan-kawannya dikelas yang bertindak curang hingga dia berbuat usil dengan mengerjai mereka untuk mereka mau belajar dan tidak mengulang lagi hingga dia menyuruh Citra untuk belajar dan untungnya tidak ada yang tahu kalau dia yang membuang semua kopekan termasuk Silvi yang saat ini tersenyum padanya
"Silvi mau langsung pulang ke rumah atau mau minum juice bersama Dika di kafe Bidadari dekat sekolah kita ini"
"Kalau sekedar minum juice bolehlah apalagi sama Dika yang tampan ini"
Dika tertawa kalau kali ini dia yang terus-terusan di puji sama Silvi hingga dia garuk-garuk kepala dan mengajak Silvi ke Kafe Bidadari untuk minum juice bersama tapi sebelum sampai tiba-tiba ada suara yang memanggil Silvi
"Silvi"
