EKSKLUSIF HANYA DI NOVELTOON.
Jika menemukan cerita ini di tempat lain, tolong laporkan🔥
Hari ulang tahunnya dan juga saudari kembarnya yang seharusnya menjadi hari bahagia mereka, justru berakhir duka. Berliana mengalami kecelakaan. Dan sebelum meninggal dunia, Berliana memberikan wasiat agar sang suami, Dion Ananta, menikahi kembarannya yakni Binar. Demi kedua buah hati mereka yang belum genap berumur satu tahun yakni Devina dan Disya.
Binar Mentari Mahendra terpaksa menikah dengan kakak iparnya demi kedua keponakannya yang sangat membutuhkan figur seorang ibu. Pernikahan yang membawa nestapa baginya karena hanya dianggap sebatas istri bayangan oleh suaminya.
Padahal di luar sana ada lelaki yang begitu mencintai Binar walaupun usianya lebih muda dua tahun darinya yakni Langit Gemintang Laksono. Satu-satunya orang yang mengetahui rahasia penyakit Binar.
Simak kisah mereka yang penuh intrik di dalamnya💋
Update Chapter : Setiap hari.
🍁Merupakan bagian dari Novel Bening☘️ONE YEAR
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Safira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 7 - Bertemu Sahabat
Langit hari ini pagi-pagi sekali berangkat dari Jogjakarta ke Bandung. Dengan tujuan awal ada panggilan tugas dari Polrestabes Bandung untuk memeriksa dan mengidentifikasi jasad seseorang yang baru saja ditemukan dini hari tadi.
Sebenarnya panggilan itu untuk tugas temannya. Namun sang teman tak bisa pergi ke Bandung, alhasil Langit yang menggantikannya. Jasad tersebut saat ini berada di rumah sakit lain bukan rumah sakit tempat Binar bekerja.
Setibanya dari Bandara Husein Sastranegara, karena ia masih memiliki jeda waktu maka mampir lah ke RSUP. Hasan Sadikin Bandung untuk melihat Binarnya. Dikarenakan lama tak jumpa dan sudah jarang berkomunikasi, sehingga rindu semakin menyeruak di hatinya.
Tak menyangka dan tak diduga ia melihat interaksi Binar dengan laki-laki lain dan setelah ia mengirimkan foto ke salah satu rekanan rahasianya di kepolisian, dengan cepat ia mendapatkan informasi. Ia baru tahu nama lelaki yang bertemu Binar tadi di parkiran adalah Brigpol Hamid Akmal Sukoco. Yang ternyata sudah tiga bulan ini telah pindah tugas dari Polsek Gondomanan, Yogyakarta ke Polsek Buah Batu, Bandung.
Langkah kaki Langit terus melaju. Dirinya ingin bertemu Binar sejenak. Namun saat sudah berjalan di sebuah lorong rumah sakit, tiba-tiba ia berhenti dan bersembunyi. Dirinya melihat Binar keluar dari ruangan yang ia yakini bukan ruangan kerja Binar.
"Kamu harus banyak istirahat. Jangan lupa minum obat secara rutin dan jangan banyak pikiran atau stres. Segera hubungi keluargamu siapa tahu di antara mereka ada kecocokan untuk melakukan transplantasi. Lebih cepat lebih baik," tutur Dokter Meta.
Ya, Dokter Meta adalah dokter yang memantau sekaligus merawat kondisi Binar selama di Bandung. Dan pagi ini Binar divonis olehnya jika penyakitnya sudah naik level dan segera membutuhkan donor.
Obat-obatan dan injeksi hanya menahan sementara laju penyakit Binar bukan menyembuhkannya.
Binar mengakui akhir-akhir ini dirinya sedang banyak pikiran dan juga kelelahan yang sangat luar biasa. Segudang aktifitas di rumah sakit dan di rumahnya dengan pelik rumah tangganya yang seperti itu. Tentu hal itu tidak lah mudah baginya untuk menjaga kesehatan dirinya secara maksimal.
Dia selalu memperhatikan kebutuhan suami dan anak-anaknya secara penuh sehingga terlupa akan kondisi dirinya sendiri.
"Terima kasih banyak, Dok. Saya pamit kerja dulu," ucap Binar dengan lirih dan tertunduk lesu.
Binar pun melangkah pergi menuju ruangannya. Sedangkan Langit merasakan sesak di dadanya mendengar seluruh pembicaraan Binar dengan Dokter Meta. Kebetulan area tersebut tengah sepi sehingga hanya Langit yang mendengar.
"Ya Tuhan, selamatkan Binarku. Panjangkan umurnya. Seumur hidup tak apa jika kita ditakdirkan tak bisa bersama sebagai pasangan. Aku rela. Tapi aku tak ikhlas jika dia harus kau panggil pergi meninggalkan dunia ini untuk selamanya. Aku mohon ya Tuhan," Langit membatin dengan perasaan yang berkecamuk dan pilu.
☘️☘️
Tok...tok...tok...
Ruangan Binar tiba-tiba ada yang mengetuk.
"Siapa ya pagi-pagi begini ke sini?" batin Binar bertanya-tanya.
Sebab ia masih dokter muda di sana. Sehingga praktik pun masih sering menemani dokter senior baik periksa pasien atau ikut dalam ruang operasi.
Binar pun berjalan lalu ia membuka pintu ruangannya.
Ceklek...
Derit pintu terbuka dan menampilkan sosok sahabatnya Langit Gemintang Laksono sudah berdiri di depan ruangannya dengan menenteng sebuah paperbag.
"Tara...kejutan..." ucap Langit seraya tersenyum dengan memberikan sebuah paper bag yang berisi makanan kesukaan Binar.
"Langit !! Bikin kaget saja. Huft !!" keluh Binar seraya mengerucutkan bibirnya.
"Boleh masuk enggak nih?"
"Masuk saja tapi maaf aku enggak bisa lama-lama soalnya sebentar lagi ada persiapan operasi jadi aku harus menemani dokter senior di sana," jawab Binar dengan jujur dan apa adanya.
"Iya aku paham kok Bu Dokter yang semakin cantik dan sebentar lagi pasti namamu juga akan terkenal seperti para senior itu," ucap Langit berusaha memberi semangat pada Binar.
"Masih jauh banget, Lang. Sekolah spesialis saja masih belum. Doakan ya sebentar lagi syarat buat ambil spesialis bisa lulus jadi aku bisa kuliah lagi," ucap Binar.
"Amin..." jawab Langit penuh keyakinan.
"Pasti kamu lulus kok. Otakmu kan encer," ucap Langit.
"Haha... ada-ada saja kamu, Lang. By the way makasih ya makanannya," ucap Binar berusaha menghargai pemberian sahabatnya itu.
"Hem," jawab Langit singkat.
"Oh ya, tumben kamu ke Bandung. Ada apa?" tanya Binar penasaran.
"Ada panggilan tugas sebentar di Bandung. Mampir dulu ke sini baru setelah ini aku ke tempat lain buat bedah mayat," jawab Langit apa adanya.
"Korban kecelakaan apa pembunuhan?" tanya Binar.
"Korban mu*tilasi. Pastinya dibunuh," jawab Langit.
Deg...
Bersambung.
🍁🍁🍁
msh blom puas?
cerdas dan pinter dan tanggap
kan sudah besar ditinggal binar aja umur a 3thn lah sekarng di+ 5 thn kemudian kn sudah besar🙏