Kalandra terpaksa menerima perjodohannya itu. Padahal dia akan dijodohkan dengan perempuan yang sedang hamil lima bulan.
Saat akan melangsungkan pernikahannya, Kalandra malah bertemu dengan Anin, perempuan yang sedang hamil, dan dia adalah wanita yang akan dijodohkan dengannya. Ternyata Anin kabur dari rumahnya untuk menghindari pernikahannya dengan Kalandra. Anin tidak mau melibatkan orang yang tidak bersalah, harusnya yang menikahinya itu Vino, kekasihnya yang menghamili Anin, akan tetapi Vino kabur entah ke mana.
Tak disangka kaburnya Anin, malah membawa dirinya pada Kalandra.
Mereka akhirnya terpaksa menikah, meski tanpa cinta. Apalagi Kalandra masih sangat mencintai mantan kekasihnya. Akankah rumah tangga mereka baik-baik saja, ketika masa lalu mereka mengusik bahtera rumah tangga mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hany Honey, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Empat
Anin tersedak mendengar nama Kala. Kala memberikan minum pada Anin.
"Hati-hati makannya." Ucap Kala sambil memberikan minum pada Anin.
"Kala? kamu Kala?"
"Iya Kalandra Abimana, kenapa kamu kabur dari rumah, bukan kah kita akan menikah?" tanya Kala.
"Aku pergi." Anin beranjak dari tempat duduknya dan akan meninggalkan Kala. Tapi Kala menahan tangan Anin.
"Lepaskan!" Anin menepis kasar tangan Kala.
"Duduklah dulu, kamu belum meminum obatmu, Anin. Kamu tidak sayang dengan anakmu?" Kala mencoba menenangkan hati Anin.
Anin kembali duduk menuruti apa kata Kala. Kala membuka bungkus obat dan memberikannya pada Anin.
"Minumlah, setelah ini aku akan menurutimu apa yang kamu mau, aku akan mencarikan kontrakan untukmu," ucap Kala. Anin menganggukkan kepalanya menuruti apa kata Kala.
Mereka kembali memasuki mobil dan Kala melajukannya dengan hati-hati untuk mencari kontrakan.
"Lebih baik aku bawa Anin ke rumah ku yang di Semarang. Rumahku kosong di sana, dan memang rencananya aku akan mengajak dia tinggal di rumah itu saat sudah menikah nanti, tapi Tuhan berkata lain, mungkin ini cara Tuhan agar aku mengenal Anin terlebih dulu. Kasihan sekali dia, wanita secantik dia hanya di hamili oleh laki-laki yang tak bertanggung jawab. Tenang Anin, aku akan menjagamu, mungkin aku harus memberitahukan orang di rumah kalau Anin bersamaku dan dia baik-baik saja," gumamnya dalam hati.
Anin tertidur, mungkin karena kelelahan. Kala menepikan mobilnya di pinggir jalan, dan dia segera menghubungi keluarganya. Kala mengaktifkan ponsel miliknya, beberapa pesan singkat langsung masuk ke dalam ponselnya. Dia segera menghubungi orang tuanya.
“Hallo Kala, kamu di mana? kamu tau kami semua cemas! Anin pergi dari rumah, kamu juga entah ke mana?”
“Pah, sebentar Kala jelaskan, di situ masih ada Om Seno dan Tante Mela?”
“Iya masih, ada apa?”
“Pah, bisa diloudspeaker telfon Kala ini biar semua tahu?”
“Iya sudah, kamu mau bicara apa?”
“Papa, Mama, Om, Tante. Maaf, bukan Kala tak mau menikahi Anin, dia kabur dari rumah, dan sekarang bersama Kala, dia baik-baik saja. Anin butuh ketenangan. Biar dia bersama Kala dulu. Jadi, terpaksa pernikahan kami di undur dulu. Nanti malam setelah Kala pulang, Kala akan menjelaskan semua pada Mama, Papa, Om, dan Tante.”
“Mana Anin, Kala?”
“Tante, Tante jangan khawatir, Anin sedang tidur. Mungkin karena kelelahan dan habis meminum Vitamin untuk kandungannya. Tante, nanti Kala jelaskan lagi. Kala tutup dulu telfonnya, takut Anin tahu.”
“Baiklah kamu hati-hati Kala.”
Kala mengakhiri panggilannya, dia masuk ke dalam mobil lagi dan Anin masih tertidur pulas.
Kala melajukan mobilnya menuju rumahnya yang ada di Semarang. Setelah menempuh jarak yang cukup lama, akhirnya mereka sampai. Sesampainya di sana, Kala membangunkan Anin yang masih saja tertidur. Anin mengerjapkan matanya perlahan, dia melihat rumah mewah dengan halaman rumah yang luas di depan matanya.
"Ini rumahnya?" tanya Anin.
"Iya, ayo turun." ajak Kala.
"Rumah siapa? ini tidak terlalu mewah? Harga sewanya pasti malah, Kala?" tanya Anin kembali.
"Kita di Semarang, dan ini rumahku, tenang saja Papa dan Mama ku tidak tau soal rumah ini, jadi kamu aman, dari pada cari rumah kontrakan, banyak tetangga nanti malah kasihan kamu, di gunjing tetangga sana-sini. Ayo masuk. Kalau tidak mau, sana cari sendiri kontrakan. Ingat kamu sedang hamil, jadi banyak di sorot oleh masyarakat." Ucap Kala sedikit mengancam.
Anin berdecak kesal pada Kala, tapi ada benarnya juga kata Kala. Dia akhirnya mau untuk tinggal di rumah Kala. Dia mengambil tas dan belanjaannya yang tadi ia beli di supermarket. Tapi Kala menghentikannya.
"Biar nanti bibi yang bawakan, ayo kamu masuk dulu." ajak Kala. Anin menuruti kata Kala. Mereka masuk ke dalam rumah. Rumah yang sangat luas dan mewah sekali.
"Siang, Tuan?" Sapa Asisten Rumah Tangga Kala
"Siang Bi, oh iya Bi, bibi sudah siapkan Kamar untuk Anin?" tanya Kala.
"Sudah, Tuan. Mari non saya antar," ajak Bibi Imah.
"Terima kasih Bi. Maaf merepotkan," ucap Anin.
"Tidak apa-apa Non, ini kamar non Anin." Bi Imah menunjukan kamar untuk Anin, kamar yang sangat luas, mungkin ini kamar utama, kamar mandinya juga luas sekali.
"Saya tinggal ambil barang-barang Non Anin dulu."
"Iya, Bi."
Anin mendudukan dirinya di tepi ranjang, dia harus senang atau tidak karena bertemu dengan laki-laki sebaik Kala. Kala masuk ke dalam kamar Anin, dia sedang duduk melihat arah jendela kamar.
"Nin, bagaimana, kamu nyaman di sini?" tanya Kala.
"Iya, terima kasih Kala. Tolong jangan bilang orang tuaku."ucap Anin.
"Iya, istirahatlah, jika ada perlu apa-apa, panggil bibi saja. Aku akan pulang, nanti besok aku akan di sini dan tinggal di sini sampai kamu melahirkan." ucap Kala, dia berlalu pergi meninggalkan kamar Anin dan berpamitan pada Bi Imah untuk pulang.
"Bi, titip Anin, jika ada apa-apa tolong kabari saya segera. Saya akan pulang dulu menemui Papa dan Mama," pamit Kala pada Bi Imah.
"Iya tuan, hati-hati," jawab Bi Imah.
Kala melajukan mobilnya untuk pulang ke rumahnya dan menjelaskan pada orang tuanya dan orang tua Anin.
Kala sudah sampai di rumah Anin, Papa dan Mamanya masih menunggu dia di rumah Anin, Kala langsung masuk ke dalam rumah. Masih terlihat jelas dekorasi pernikahan untuk nya dan Anin di halaman rumah Anin. Kursi-kursi tamu masih tertata sangat rapi. Seperti ada duka yang menyelimuti rumah Anin. Iya, duka kedua orang tua Anin dan Kala. Mereka merasa malu, karena semua tau anaknya tidak jadi menikah. Kala langsung menemui orang tuanya dan orang tua Anin. Kala langsung bersujud di bawah kaki Mamanya dan meminta maaf.
"Mah, maafkan Kala, bukan maksud Kala lari dari pernikahan ini. Kala hanya mencari udara segar saja di pagi hari, tak taunya bertemu dan hampir menabrak wanita hamil yang sedang menyebrang jalan. Iya, itu Anin. Aku tidak tahu mah, kalau itu Anin."ucap Kala yang masih saja duduk bersimpuh di pangkuan Mamanya.
"Bangunlah, Kala. Mama tahu. Sudah yang terpenting Anin baik-baik saja." Mama Sari membelai kepala putranya.
"Nak, Kala, apa putri om baik-baik saja?" tanya Seno.
"Anin baik, om. Dia tadi sempat pingsan, Kala membawa dia ke rumah sakit, lalu Anin memintaku mencarikan rumah kontrakan karena dia tidak mau menikah dengan pria yang tidak menghamilinya. Yaitu, aku." Kala menjelaskan semua pada kedua orang tuanya dan orang tua Anin, kalau Anin sudah aman berada di rumah nya.
"Om, Tante, Mama, Papa. Biarkan Anin tinggal di rumah Kala, dia butuh kenyamanan dan ketenangan. Biar bibi dan Kala yang menjaganya. Kala tahu Anin seperti apa, walaupun kami baru saja bertemu dan baru saling mengenal. Untuk masalah menikah, Kala minta di undur dulu. Biarkan hati Anin tenang. Bukan Kala tak mau menikahinya, biarkan kami saling mengenal, Kala tidak akan macam-macam. Karena Kala akan tetap pulang dan tidur di rumah Papa. Biar Anin dijaga bibi saja hingga melahirkan, Kala hanya ke sana kalau siang." ucap Kala.
"Apa kami bisa bertemu Anin?" tanya Tante Mela.
"Nanti aku akan menanyakannya. Emosi Anin belum stabil, om, tante," jawab Kala.
"Om serahkan semua padamu. Terima kasih, Nak Kala, kamu sudah menolong putri Om."ucap Seno
"Iya om, sama-sama. Pah, apa Kala boleh pindah mengurus perusahaan Papa yang di Semarang agar lebih dekat dengan rumah Kala?"tanya Kala.
"Iya, boleh. Mulai besok kamu di sana saja. Biar Papa mengurus perusahaan yang di sini." Papa Kala memperbolehkan Kala mengurus perusahaannya di sana.
Keluarga Kala pamit untuk pulang karena hari sudah semakin sore. Kala meminta Tante Mela menatakan baju-baju Anin untuk di bawa Kala besok pagi ke rumahnya yang sekarang ditempati Anin.
Kala sudah sampai di rumahnya, dia langsung masuk ke dalam rumahnya dan masuk ke dalam kamarnya. Kala mendudukan dirinya dan tepi ranjang, dia menyangga wajahnya dengan kedua tangannya dan mengusap kasar wajahnya. Dia benar-benar frustrasi dengan keadaan ini, walaupun dia terlihat biasa dan santai menghadapinya.
"Kenapa harus seperti ini? Aku harus apa kalau sudah seperti ini? Kenapa aku mau saja menuruti apa yang Anin mau, aku tidak bisa menolaknya, sungguh tidak bisa. Mungkin ini cara Tuhan agar aku lebih tau bagaimana Anin sebenarnya. Kasihan juga dia? Kekasihnya yang menghamilinya, malah pergi entah ke mana." Gumam Kala dalam hati.