NovelToon NovelToon
Iparku, Kekasih Rahasia Suamiku

Iparku, Kekasih Rahasia Suamiku

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta setelah menikah / Konflik etika / Selingkuh / Pelakor / Penyesalan Suami / Pelakor jahat
Popularitas:5.1k
Nilai: 5
Nama Author: Mommy2R

Luna harus menerima kenyataan pahit saat mengetahui jika suaminya yang baru saja menikahinya memiliki hubungan rahasia dengan adiknya sendiri.
Semuanya bermula saat Luna yang memiliki firasat buruk di balik hubungan kakak beradik suaminya (Benny dan Ningrum) yang terlihat seperti bukan selayaknya saudara, melainkan seperti sepasang kekasih.

Terjebak dalam hubungan cinta segitiga membuat Luna pada akhirnya harus memilih pada dua pilihan, bertahan dengan rumahtangganya yang sudah ternodai atau memilih menyerah meski perasaannya enggan untuk melepas sang suami..

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mommy2R, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

(Tak Sebaik Yang Terlihat)

"Aneh, tak ada sakit apapun yang aku temukan dari diri Ningrum. Tapi kenapa dia terlihat seperti kesakitan?" batin Riana.

Riana sendiri adalah seorang dokter yang dipekerjakan secara pribadi oleh keluarga Hendra. Ia sudah menjadi dokter langganan yang selalu dihubungi ketika ada salah seorang anggota keluarga Hendra yang sedang mengalami sakit.

"Bagaimana, Dok? Apakah ada yang parah dari sakitnya Ningrum?" tanya Benny. Nada bicaranya terdengar penuh kekhawatiran. Dia benar-benar cemas dengan keadaan Ningrum.

"Ningrum.." Dokter Riana memperhatikan raut wajah Ningrum sambil mengernyitkan dahi. "Apakah benar kamu sakit, Ning? Memangnya apa yang kamu rasakan?" tanyanya kepada Ningrum.

Sambil berpura-pura meringis kesakitan, Ningrum menjawab, "Perut saya sakit, Dok, seperti diremas-remas. Sepertinya gerd saya kambuh,"

"Iyakah?" Dokter Riana terlihat tak percaya, ia meragukan keluhan yang dikatakan Ningrum barusan. "Saya suntik vitamin saja ya supaya tubuh kamu bisa kembali segar." ucapnya kemudian.

Ningrum mengangguk pelan.

Setelah dokter Riana memberikan suntikan vitamin kepada Ningrum, ia pun pamit undur diri.

Ia melangkah keluar dari kamar Ningrum ditemani Luna. Saat berjalan bersama, keduanya terdengar asik bercengkerama. Banyak hal yang keduanya bicarakan, mulai dari saling berkenalan sampai saling bertukar cerita mengenai kehidupan masing-masing.

"Senang berkenalan dan mengobrol denganmu, Luna. Kamu tipe orang yang asik diajak bercerita," puji Dokter Riana.

"Ah Dokter bisa saja. Saya jadi malu lho di bilang seperti itu," ujar Luna.

Dokter Riana terkekeh dibuatnya, "Terima kasih ya, Luna, sudah mau mengantar saya sampai ke teras," ucapnya. "Kalau begitu saya pamit pulang dulu,"

"Ehh tunggu sebentar, Dok, ada yang mau saya tanyakan," ujar Luna.

"Ya, mau tanya apa?"

"Sebenarnya Ningrum sakit apa ya, Dok? Apakah sakitnya parah?" tanya Luna balik.

"Sebenarnya saya tidak menemukan apapun saat memeriksa keadaan Ningrum tadi. Menurut saya kondisinya cukup baik dan sehat. Air mukanya juga terlihat bagus, tidak pucat. Tapi yang anehnya Ningrum terus saja merintih kesakitan, padahal sudah saya cek berulang kali dan saya yakin tak ada yang salah dengan tubuhnya," jelas Dokter Riana.

"Hah?" Luna melongo mendengar penjelasan sang Dokter. "Jadi, Ningrum tidak sakit, Dok? Ah.. bukan tidak sakit tapi lebih tepatnya, dia pura-pura sakit. Benar kan?" tanyanya memastikan.

Dokter Riana tersenyum tipis seraya menganggukkan kepala. "Saya pamit dulu ya, Luna, kapan-kapan kita sambung lagi pembicaraan kita," pamitnya.

"Iya, Dok. Hati-hati di jalan ya."

Luna kembali masuk ke dalam rumah. Ia berjalan cepat menuju ke kamar Ningrum, di mana semua orang berada.

"Aku harus memberitahu mas Benny mengenai apa yang ku dengar dari dokter Riana tadi." gumamnya.

"...."

Luna sejenak menghentikan langkahnya saat tak sengaja telinganya mendengar suara lirih Retno yang seperti sedang menasehati Benny.

Ia mengurungkan niat untuk kembali ke kamar Ningrum dan lebih memilih melangkahkan kakinya ke ruang kerja Benny, tempat suara yang didengarnya berasal.

Kebetulan ruang kerja suaminya itu berada tepat di sebelah kamar Ningrum dan pintunya juga sedang terbuka lebar, itu sebabnya suara dari dalam ruangan bisa terdengar sampai luar.

Luna mengintip dan menguping pembicaraan Retno dan Benny dari balik dinding ruangan.

"Jangan sampai ada seorangpun yang tahu mengenai masalahmu itu, apalagi papamu.. dia tak boleh sampai tahu, paham kamu?" kata Retno.

"Paham, Ma, maaf atas kecerobohanku tadi." ucap Benny.

"Apa sih yang sedang mereka bahas? Kenapa sepertinya serius sekali pembicaraan mereka?" batin Luna.

Tap tap tap.

Suara langkah mendekat, membuat Luna terburu-buru pergi dari tempat persembunyiannya. Ia kembali ke kamar Ningrum dengan memasang wajah setenang mungkin.

"Bagaimana keadaanmu, Ning? Sudah membaikkah?" tanyanya berbasa-basi.

"Sudah, Mbak, sudah enakan kok," jawab Ningrum.

"Baguslah kalau begitu."

Beberapa saat kemudian, masuklah Retno bersama Benny. Keduanya mengulas senyum dan melayangkan pandangan mereka kepada Luna dan Ningrum.

"Dari mana, Mas?" tanya Luna.

"Dari ruang kerja, bahas urusan kerjaan tadi sama karyawanku," jawab Benny berdusta. "Via telepon," imbuhnya.

"Oh.." Luna manggut-manggut saja menanggapi jawaban suaminya. "Kalau Mama, Mama dari mana tadi? Kok bisa datang barengan sama mas Benny?" tanyanya beralih pada Retno.

Ditanya seperti itu, Retno pun menjadi gugup, "Em Mama.. Mama.. tadi habis dari kamar mandi, Luna,"

Luna mengernyitkan dahi, "Dari kamar mandi yang mana, Ma? Lagian di sini kan juga ada kamar mandi dalamnya, kenapa Mama musti keluar kamar kalau cuma mau ke kamar mandi?" cecarnya.

"Ah anu-"

"Ma, perutku sakit lagi, bisakah Mama ambilkan aku air minum hangat?" sela Ningrum pada kalimat Retno yang belum sempat dilanjutkannya.

Ningrum sengaja mencari alasan seperti itu agar mamanya terhindar dari pertanyaan menyudutkan dari Luna.

"Oh air hangat? Kamu mau minum air hangat, Nak?" tanya Retno, memastikan.

Ningrum mengangguk pelan.

"Ya sudah, Mama ambilkan dulu ya."

Melihat drama antara mama mertua dengan adik iparnya, membuat Luna sedikit kesal. Ia menatap Retno dan Ningrum bergantian dengan ekspresi yang tak bisa dijelaskan.

Tep.

Sebuah tepukan di pundak Luna, seketika membuyarkan lamunannya.

"Ada apa, Mas?" tanyanya setengah terkejut.

"Kamu ngelamunin apa sih?" tanya Benny balik.

"Ah tak ada,"

"Kamu belum selesai sarapan kan? Turunlah ke bawah dan lanjutkan sarapanmu," perintah Benny.

"Aku menunggumu. Kalau kamu turun aku juga akan turun, kalau kamu masih tetap stay di sini, aku pun juga akan tetap di sini," jawab Luna.

Benny sekilas tampak melirik Ningrum, begitu juga sebaliknya.

"Ya sudah, ayok turun.." ajak Benny. "Kami turun dulu ya, Ning. Tak apa kan kalau kamu sendirian di kamar?" tanyanya kepada Ningrum.

"Tak apa, Mas, nanti juga mama ke sini, jadi aku ada temannya." jawab Ningrum.

Benny dan Luna akhirnya keluar dari dalam kamar Ningrum.

Seperginya mereka, Ningrum langsung beranjak dari tempat tidurnya. Ia berdiri di dekat ranjang sambil berkacak pinggang dan menatap kesal ke arah pintu kamarnya.

"Arrgh! S*alan si Luna! Semenjak ada dia, aku jadi susah sekali mencuri perhatian mas Benny. Padahal dulu mas Benny selalu memprioritaskan aku, dia akan selalu menuruti kemauanku. Tapi sekarang, semenjak ada wanita s*alan itu, mas Benny berubah." ucapnya seorang diri.

Ningrum menghembuskan nafasnya kasar, pandangannya sekarang tertuju ke dinding kamarnya. Dilihatnya foto-foto kenangannya bersama Benny sebelum adanya Luna di tengah keluarga mereka.

"Aku rindu padamu, mas. Aku benar-benar rindu. Aku maunya kamu itu cuma jadi milikku." ucapnya sembari mengusap sebuah foto yang ditempelkannya ke dinding.

Air mata Ningrum menyeruak keluar. Ia menangis sedih sambil terus memandangi foto-foto di depannya.

"Lihat saja kamu Luna, aku akan membuat pernikahanmu dengan mas Benny berantakan. Akan ku rebut kembali dia yang memang sudah ditakdirkan untukku." ucapnya seorang diri.

Tap.

Tap.

Tap.

Suara langkah kaki yang berjalan pelan terdengar oleh Ningrum. Ia pun buru-buru melangkah keluar dari kamarnya untuk memastikan siapa pemilik langkah kaki tersebut.

"Tak ada orang? Tapi, tadi jelas sekali aku mendengar ada suara orang berjalan di dekat kamarku." gumamnya.

Ningrum celingukan di depan pintu kamarnya, namun yang ia dapati hanyalah kekosongan. Tak ada siapapun di sekitar kamarnya.

Tap.

Tap.

Tap.

Suara langkah kaki itu terdengar kembali dan Ningrum masih menunggu di tempatnya berdiri.

"Kamu!"

_

1
Uti Enzo
Luar biasa
Ma Em
Ningrum si biang kerok yg mau memisahkan Luna dan Benny sengaja diadu domba agar mereka salah paham begitu juga dengan ibunya Benny dan pak Hendra mertuanya Luna agar mereka bisa benci sama Luna nomor WA Luna diganti agar tdk bisa dihubungi dan menghubungi emang dasar si Ningrum setan sdh usir saja si Ningrum dari rumah pak Hendra
Ma Em
Ningrum cuma anak pembantu yg diangkat derajatnya dijadikan anak angkat sama majikan ibunya tdk tau diri malah mau menggangu pernikahan anak majikannya si Beny yg blm bisa move on dari Ningrum begitu jg Ningrum tdk mau melepaskan Beny kalau kata aku mah mending Luna berpisah saja sama Beny daripada cuma makan hati sama Beny dan Ningrum
Ma Em
Luar biasa
Kafuka Fuura
Aku senang banget tidak salah pilih membaca cerita ini, semoga selalu berlangsung terus thor!
Mommy2R: terima kasihh 🤩
total 1 replies
NotLiam
Wow, thor punya bakat menulis yang luar biasa!
Mommy2R: terima kasihh 😍
total 1 replies
Mommy2R
SELAMAT MEMBACA 😊
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!