apa jadinya kalau seorang istri dari CEO ternama selalu dipandang sebelah mata di mata keluarga sang suami.
kekerasan Verbal sekaligus kekerasan fisik pun kerap dialami oleh seorang istri bernama Anindyta steviona. memiliki paras cantik ternyata tak membuat dirinya di hargai oleh keluarga suaminya.
sedangkan sang suami yang bernama Adriel ramon hanya mampu melihat tanpa membela sang istri.
hingga suatu hari Anin mengalami hal yang membuat kesabaran nya habis.
akan kah Anin dapat membuat keluarga suaminya itu menerima balasan dendam darinya. semua jawaban itu terkuak dari novel ini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rifa Riris, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29
Mobil Anin telah terparkir di depan pekarangan rumah yang sudah lama tak ia lihat. Hampir 3 tahun, Anin tak melihat rumah megah yang diberikan oleh Eyang sastro padanya.
Meski seperti itu, Anin selalu memberi seseorang untuk merawat dan membersihkan rumah yang memang sengaja tak ia beri izin siapapun untuk menghuninya.
Ditemani sopir pribadinya, pintu mobil pun terbuka.
Anin beranjak keluar dari mobil.
Tak lama suara mobil lainnya terparkir di belakang mobilnya.
Pria tampan, dengan kemeja hitam yang kini pria itu kenakan. Sembari menenteng paper bag berukuran sedang.
"Danu! Kamu ngapain kesini?" Tanya Anin terkejut akan kedatangan pria yang tak lain adalah orang yang ternyata selama ini ikut andil dalam pembalasan dendamnya.
*****
Flashback on
Anin dan Danu duduk bersama di atas atap rumah sakit.
Danu mengulurkan tangannya pada Anin. Seperti ucapan perkenalan antara nya dirinya dan gadis yang baru dua kali ia temui itu.
"Apa kau tidak ingin berteman dengan ku?" Tanya Danu pada Anin.
"Bukan itu, tapi...katakan sejujurnya, untuk apa aku harus berteman dengan mu, bahkan kau bersedia untuk membantu ku balas dendam?"
Danu menatap lekat kearah Anin. "Mertua mu telah membunuh mama dan papa ku." Sahut Danu.
Anin di buat tertegun. Matanya menyepit, dadanya terasa sesak. Membunuh? Siapa? Mertua? Apa ini sebabnya, Adriel meminta nya untuk pergi menjauh. Dan tak mencari gara-gara dengan mamanya?
"Mertua mu itu bukan mama kandung dari suami mu. Keluarga sastro tak mempunyai keturunan kandung. Apa kau ingin tau kebenaran terbesarnya?" Danu berhenti berucap.
Anin terdiam sesaat. Tak lama rasa penasaran nya pun mencuak. "Siapa yang memberi tahu mu semua itu?"
"Aku akan diam, jika kau tak mau bekerja sama dengan ku. Tapi akan aku katakan, jika kau mau menuruti semua rencanaku, sekaligus mau berada di pihak ku." Imbuh Danu.
"Aku tidak ingin di perintah oleh siapapun, aku memang mengalami masa terpuruk ku karna kelakuan kluarga Adriel sekarang. Tapi bukan berarti aku mau menjadi budak mu." Sahut Anin.
Sontak tawa ringan keluar dari bibir Danu. "Kau benar-benar wanita idaman, tentu! Aku tidak akan menganggap mu sebagai budak ku. Tapi lebih tepatnya partner, musuh kita sama, tujuan kita hampir sama. Lalu? Apalagi? Bukan kah kita harusnya bekerja sama?"
Kedua tangan Anin terkepal, matanya mengisyaratkan dendam. "Kau benar, sekarang yang aku inginkan adalah, kehancuran keluarga Adriel, sampai mereka menginginkan kematian di depan ku." Ucapnya.
"Baiklah! Akan aku ceritakan semuanya tentang keluarga sastro. Tapi tidak disini, dan.... Seperti nya juga bukan sekarang."
"Lalu?"
Danu menatap penuh siasat kearah Anin.
Flashback off
********
Danu dan Anin duduk di taman belakang rumah, sembari memegang segelas minuman.
Tatapan Anin tertuju pada pemandangan bunga yang telah lama tak ia lihat.
Sedangkan Danu berdiri di samping Anin sembari menatap ke sumber dimana kini Anin tatap.
"Kau merindukan rumah ini? Tanya Danu.
"Hem, aku sangat merindukan rumah ini."
"Bukankah rumah ini penuh kenangan buruk?"
Anin tersenyum singkat. "Kau benar, tapi berawal dari rumah ini, aku membuat langkah yang penuh dengan luka."
"Kau ingin berhenti?" Danu bertanya kembali.
Anin terdiam. Dengan posisi yang sama, ia tak tahu jawaban apa yang harus ia berikan sekarang. Di satu sisi ia lelah, akan tetapi disisi lain rasa dendam, hingga kemarahan yang bertahun-tahun tak pernah berubah. Mengalah kan rasa lelalhnya sekarang.
Perlahan jawaban Anin berikan pada Danu. "Menurut mu aku bisa berhenti?" Anin menggantung ucapannya.
"Setelah semua ini, dan 3 tahun yang lalu. Aku bertekad tak akan pernah berhenti, sampai melihat dengan kepala mata ku sendiri, kehancuran mereka." Lanjut Anin.
"Aku harap seperti itu, jangan berhenti, tetap dengan tujuan awalmu. Setelah semuanya berakhir, kau baru bisa berhenti."
Pandangan Anin pun tertuju pada Danu. Tatapan nya lekat, dan seperti ada pancaran luka di dalamnya. "Apa kau yakin kita bisa menemui di hari ketenangan itu?"
Danu mengangguk yakin. "Meskipun salah satu dari kita harus ada yang mati. Tapi aku pastikan rencana kita akan tetap berjalan."
Mereka berdua pun terdiam. Tatapan mata mereka menatap kearah langit yang kini mulai gelap, sekaligus bertabur kan bintang.
Dalam hati Anin berkata. 'Andai aku tak bertemu dengan Danu, mungkin aku sudah lama tiada. Dan kalau tidak mempunyai tekad seperti Danu pun, mungkin aku telah lama menyerah.'
'Danu! Apapun yang terjadi kedepannya, aku ingin kamu dan aku sama-sama bertemu di masa penuh ketenangan itu."
******
(Di kediaman Apartemen Adriel )
Adriel melangkah masuk kedalam apartemen nya. Suara Nita pun terdengar memanggil dirinya. "Kak Adriel!"
Sontak langkah Adriel pun terhenti, sekaligus pandangannya menatap kearah sumber suara.
"Nita, ngapain kamu di luar?" Tanya Adriel.
"Aku mau ngomong sama kakak."
"Tidak hari ini, fikiran kakak sedang kacau." Balas Adriel.
"Tapi ini penting."
Mata Adriel pun tertegun, akan kata penting. Adiknya itu selalu merengek layaknya anak kecil. Akan tetapi, kini Adriel sedang melihat sisi lain dari Nita.
"Baiklah! Kita bicara di dalam."
"Aku tidak ingin di dalam, disini saja."
Semakin dibuat bingung, ditambah masalah yang kini Adriel hadapi. Tentu fikirannya mendadak kacau. "Nita! Kau tau aku...."
Belum sempat Adriel berucap, Nita langsung menyelak. "Dia mengancam aku!"
Adriel langsung terdiam.
"Dia mengancam aku kak." Nita mengulangi ucapannya.
"Apa maksud mu? Siapa yang mengancamu? Dan kenapa dia mengancamu?"
Nita menangis, gadis itu menggigit bibir bawahnya. "Anin, dia ngancam aku. Dia mengatakan kalau kakak dan aku bukanlah anak kandung mama. Dan mama adalah.... "
Mulut Nita di tutup langsung oleh Adriel.
Mata Nita pun terbelalak.
"Kita bicara di mobil kakak."
Nita mengangguk paham.
Mereka berdua pun berjalan kearah mobil Adriel yang masih terparkir di depan pekarangan rumah nya.
Nita dan Adriel berada di dalam mobil.
"Katakan! Apa maksud kamu tadi?"
"Anin, dia mengancam ku dengan urusan pribadi ku, dan dia bilang kalau aku dan kakak bukan lah anak kandung mama."
"Urusan pribadi mu apa? Apa ada yang sedang kamu sembunyikan?"
Nita seperti tengah berfikir, untuk mengatakan nya atau tidak.
Membuat Adriel sedikit curiga. "Apa kau melakukan kejahatan?" Tanya Adriel.
"Aku.... Aku telah tidur dengan banyak pria dan bahkan pernah membunuh salah satu dari mereka." Ucap Nita.
"Apa?"
Tangan Nita di genggam Adriel. "Nita! Kamu berbohong kan? Mana mungkin kamu tega melakukan itu."
"Aku nggak ada niatan bunuh mereka, tapi mama.... " Ucapan Nita terhenti.
"Mama kenapa?" Tanya Adriel.
Nita terdiam. Matanya terarah pada belakang kaca jendala mobil Adriel.
Sontak Adriel pun menatap kearah tatapan Nita sekarang.
"Mama!" Panggil Adriel.
Tubuh Nita bergetar.
Tok tok tok
Tangan mamanya kini mengetuk pelan kaca jendela mobil.
Adriel hendak membuka, tapi di halau oleh Nita.
"Jangan kak, mama.... "
Dalam hati Adriel berucap. 'Apa selama ini, mama juga mengajari Nita menjadi seorang pembunuh seperti ku?'
Bersambung.
bingung ihhh liat si othor
apa karena bacanya malam2 😂
turut berdukacita sedalam - dalam nya yaa Thor 😔🙏🙏🙏
semoga Othor dan keluarga yg ditinggalkan diberikan keluasan dalam sabar dan keikhlasan menerima takdir dr yg Maha Kuasa 🙏🙏😢
terimakasih juga masih menyempatkan untuk up 🙏🙏🙏🙏
nexxxttt 💞