Hari hari SMA, adalah hari yang menyenangkan, Namun tidak dengan seorang Adelia Fitriani, masa SMA nya harus terenggut, karena hutang hutang orang tuanya, dia harus putus sekolah, dan itu menjadi awal penderitaan untuknya, akankah dia mendapatkan titik kebahagiannya lagi.
Disamping kesedihannya, ada Mahatur, yang selalu memberinya dukungan, begitupun dengan Meidina, yang sudah ia angap sebagai kakak.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon latifahsv, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tidak melanjutkan sekolah.
Pagi itu, setelah membereskan tempat tidur, Lea menyapu area kontrakan nya, lalu ibunya datang, bersama ayahnya, membawa nasi uduk.
"Bentar amat ma, keluarnya," ucap Lea, saat ibunya masuk rumah.
"Kan mama sama bapak cuman beli kedepan, nasi uduk, nih, ayo kita makan sama sama," ucap bu Romlah, sambil menunjukan nasi uduk yang ia bawa.
"Iya maa," ucap Lea.
Merekapun lalu duduk, dan mulai membuka makanan tersebut.
"Lea, mama sama bapak mau ngomong," ucap bu Romlah.
"Iya, kenapa ma," ucap Lea.
"Lea, pulangnya seminggu lagi aja ya, mama sama bapak, ngumpulin dulu uang, buat kamu nanti bekal dikampung," ucap bu romlah.
"Ma, pa, Lea kan sekarang udah ada disini, ga papa, Lea ga usah balik lagi ke kampung," ucap Lea, dengan tegar.
"Kalau kamu ga balik kekampung, gimana sekolah kamu dong Lea," ucap pa Beben.
"Ma, pa, mungkin Lea dibawa kesini itu, karena takdir, jadi mungkin memang lea harus putus sekolah," ucap Lea.
"Na, tapi kan kamu pengen lulus SMA," ucap bu Romlah.
"Ma, Lea ga papa, lulus SMA, juga cuman buat dapet ijazah kan mah, dapet ijazah sekarang bisa paket c, gampang mah," ucap Lea, dengn senyum paksa.
"Na, tapi kan sekolah bisa dapet ilmu, ketemu temen temen, nikmati sekolah kamu," ucap bu Romlah.
"Ma, pa, Lea berpikir seperti itu, gimana ya Lea, kan masih pengen sekolah, Lea ko malah dipaksa kesini, ma mungkin, bukan karena keterpaksaan, tapi takdir yang membawa Lea kesini," ucap Lea hampir menangis.
"Lea, mama ga papa, kalau kamu mau sekolah, mama akan usahakan," ucap bu Romlah, menangis.
"Bapak juga, Lea, bapak bakal berusaha, biar kamu sekolah, kita tunggu seminggu ya," ucap pa Beben, membujuk.
"Ga papa ma, ini sudah jalan takdirnya, mungkin memang takdir Lea, putus sekolah, ma dari pada mama berusaha biar Lea sekolah, mening Lea kerja aja, bantu bantu mama, sama bapak, melunasi hutang," ucap Lea, mulai meneteskan air matanya.
"Lea, nak, kamu masih kecil, ga papa ga harus sampai kerja," ucap bu Romlah.
"Ga papa ma, biar ngebantu mama, Lea juga ga tega, kalau harus liat mama susah," ucap Lea.
"Na, kaka kamu aja ga lulus SMA, sekarang kamu masa ga lulus SMA, bapak sedih na," ucap pa Beben.
"Pa, ga papa, lulus SMA cuman gelar, harapan bapa masih ada, Muni, mungkin Lea sama kakak, ga bisa lulus SMA, semoga Muni, ade Lea, bisa lea sarjana kan, jangan hilang harapan pa, ma, kan kata kalian juga, kita ga tau, takdir apa yang ada di depan," ucap Lea, mencoba tersenyum.
"Na, maafin mama ya, yang ga bisa, memenuhi kebutuhan kamu," ucap bu Romlah, menangis lalu memeluk Lea.
"Maafin bapak juga, ya Lea, yang ga bisa memenuhi tangung jawab bapak sebagai orang tua, ke anaknya" ucap pa Beben lalu dia juga memeluk Lea dan istrinya.
Mereka berpelukan, dengan tangis yang pecah.
"Udah pa, bu, ga papa, kita jalani aja, apa yang ada di depan, nanti ya, udah akh, jangan pada nangis nangisan, ayo, katanya tadi kita mau makan," ucap Lea, melerai tangisan itu.
"Iya udah, jangan nangis, yaudah yu makan, Muni, belom bangun ya," ucap bu Romlah.
"Iya, masih ngantuk kali, ma," ucap Lea.
"Yaudah, ga papa, kan beli 4,nasi uduknya jadinya pas, biarin aja, tar kalau bangun, sama Lea, kasih ya," ucap bu Romlah.
Merekapun akhirnya makan, tanpa adanya percakapan, setelah selesai makan, ayah dan ibu nya, akan berangkat bekerja, ayahnya sebagai tukang sol keliling, dan ibunya sekarang sedang bekerja, mencuci gosok, dirumah tetangga, sambil mencari pekerjaan sebagai baby sister.
"Bapak berangkat ya, kamu hati hati di kontrakan, tutup aja pintunya," ucap pa Beben.
"Iya siap pa," ucap Lea.
"Ibu juga, berangkat ya Lea, nanti kalau adik kamu bangun, jangan lupa suruh makan, jangan kemana mana ya," ucap bu Romlah.
"Iya ma, lagian mau kemana, Lea aja ga tau sekitaran sini," ucap Lea.
Kedua orang tuanya pun, sedah pergi bekerja, kini tinggalah Lea, dia sedang berpikir bagaimana ya reaksi teman teman nya, terutama Meidina, bagaimana responnya, ketika tau bahwa dia keluar, apalagi ka Artur, dia kan sudah janjian akan berangkat bareng, ia lalu mulai memberanikan diri untuk membuka hpnya.
Banyak sekali notifikasi di hpnya, dari Meidina, Artur, dan juga beberapa teman nya.
Beberapa teman nya mengirim pesan menanyakan keberadaan nya, dimana, sedangkan pesan dari Artur, dan juga Meidina, begitu banyak.
"Tiga hari ga buka wa, mereka semua nyariin aku ternyata, aduh aku sampai lupa, kan pas mau kesini, aku janjian sama ka Artur, kalau nanti berangkat bareng sekolah, pasti dia mencari ku, bisa bisanya aku sampai lupa, duniaku terlalu kacau" ucap Lea.
Diapun lalu membuka pesan dari Artur, terlebih dahulu.
^Lea aku nunggu kamu di depan.
^Lea ko kamu lama, apa udah duluan.
^Lea ko disekolah ga ketemu.
^Apa kamu ga sekolah.
^Lea kamu kemana, pesan aku ko ga di bales.
^Lea, temen kamu yang cewe itu, sampai nanya ke aku.
^Lea, ko masih ga aktif, hari ini juga ga sekolah.
^Lea, kamu kemana sebenarnya, menghilang ga ada kabar, tanpa jejak.
^Lea, ayo jawab don,g apa kamu ga punya kuota?.
"Benerkan, kak Artur nanyain pas aku ga ada, aku bener bener kacau banget, beberap hari ini sampai ga mau buka hp, sama sekali, tapi hari ini aku sudah janji sama diriku sendiri, aku akan menjalani semuanya seperti air," ucap Lea, lalu diapun membalas pesan dari Artur tersebut.
^Maaf ya ka, aku ga aktif beberapa hari ini, sebebernya aku ke kota nyusul mama ka.
Setelah membalas pesan itu, diapun beralih membuka pesa dari Meidina.
^Lea, kamu ga sekolah hari ini.
^Kamu kemana Lea, ko ga aktif.
^Lea, aku sampai nanyain ka Artur loh.
^Lea, kamu beneran ga aktif.
^Lea, aku tanya renald, katanya kamu udah ga disini.
^Ko kamu, ga cerita ke aku, kalau ke kota, Lea gimana sekolah kamu, Lea padahal kamu punya aku, kenapa ga cerita apa apa, sama aku.
^Kenapa ga tinggal sama aku aja.
"Meidina, bener bener sepeduli ini sama aku, ternyata di dunia ini, aku masih punya Meidina, yang bener bener baik, sama aku, di banding keluargaku sendiri," ucap Lea, dia mengeluarkan air matanya, karena terharu lalu diapun membalas pesan dari Meidina tersebut.
^Mei, makasih banyak ya, udah baik sama aku, iya aku sekarang di kota, aku ga ngelanjutin sekolah aku, kayanya.
Lea lalu menutup kembali hp nya, dia menangis tersedu sedu, hingga tak sadar dia membuat adiknya bangun.
"Kaka kenapa," ucap Muni, sambil mengucek matanya.
"kaka ga papa ko," ucap Lea, menghapus air matanya.
"Tapi, tadi muni denger kakak nangis," ucap Muni, dengan polosnya.
"Ga papa de, ayo kamu cuci muka, kita makan yu, kamu laper kan," ucap Lea.
"Iya ka, Muni laper," ucap Muni, memegang perutnya.
"Yaudah yu, kita cuci muka dulu," ucap Lea, lalu dia menuntun adiknya, untuk cuci muka.
Setelah itu, Lea menyuapi adiknya makan.