Siapkan kanebo kering untuk menyeka air mata!
Ia hidup menyedihkan dalam kemiskinan bersama sepasang anak kembarnya, padahal ayah dari anak-anaknya adalah orang terkaya di kotanya.
Semua bermula dari suatu malam yang nahas. Bermaksud menolong seorang pria dari sebuah penjebakan, Hanna justru menjadi korban pelampiasan hingga membuahkan benih kehidupan baru dalam rahimnya.
Fitnah dan ancaman dari ibu dan kakak tirinya membuat Hanna memutuskan untuk pergi tanpa mengungkap keadaan dirinya yang tengah berbadan dua dan menyembunyikan fakta tentang anak kembarnya.
"Kenapa kau sembunyikan mereka dariku selama ini?" ~ Evan
"Kau tidak akan menginginkan seorang anak dari wanita murahan sepertiku, karena itulah aku menyembunyikan mereka." ~ Hanna
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kolom langit, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 7
The Keong Mansion ...
Sebuah bangunan mewah berlantai dua dengan jendela kaca besar di beberapa sudut. Dilengkapi taman luas dengan kolam renang besar.
Mungkin sebagian orang akan menilai hidup seorang Evan Maliq Azkara sangat sempurna. Namun kenyataannya, memiliki harta berlimpah tak cukup untuk membuatnya bahagia. Hatinya kosong, bagai ruangan luas yang hampa.
Malam itu, di sebuah ruangan, ia sedang membicarakan peresmian cabang baru The Keong Kembar Cafe di kota Amasya bersama Rafli. Peresmian cabang baru tinggal dua hari lagi. Semua persiapan sudah matang.
Evan juga akan menjadi dokter relawan di sebuah rumah sakit di kota itu untuk beberapa bulan.
"Jadi kau akan tinggal di Amasya selama beberapa bulan?" tanya Rafli.
"Iya. Lagi pula aku butuh suasana baru. Evan menyeruput secangkir teh hangat demi menghangatkan tubuhnya dari dinginnya udara malam itu.
"Itu bagus. Setidaknya, kau bisa menenangkan diri di sana dan bertemu orang-orang baru. Aku dengar Amasya kota kecil yang sangat indah. Kau pasti akan betah di sana," balas Rafli mendukung keputusan Evan. Ia sangat paham bagaimana karakter Evan karena telah bersahabat sejak kecil -- hingga julukan Keong Kembar melekat dalam diri mereka.
Meskipun kaya raya, namun Evan bukanlah seseorang yang suka kehidupan glamor ataupun pesta mewah. Ia lebih senang menghabiskan waktunya dengan bekerja.
_
_
_
Masyarakat kecil di kota Amasya sudah dihebohkan dengan berita peresmian cabang KKC. Banyak warga yang berbondong-bondong mendatangi kafe mewah berlantai tiga itu.
Hari ini KKC pertama kali dibuka, mereka membagikan makanan dan minuman secara gratis kepada semua pengunjung dan masyarakat sekitar. Tentu saja hal ini dimanfaatkan masyarakat kecil.
Berbeda halnya dengan Hanna yang memilih mengurung diri di rumah setelah mengetahui bahwa ayah dari anak-anaknya membuka cabang kafe di kota yang sama. Ia tidak menyangka Evan akan ada di kota yang sama dengannya.
Meskipun sejak pagi tadi Sky dan Star terus memohon untuk mengunjungi kafe baru itu demi mendapatkan makanan dan minuman kesukaannya secara gratis, namun Hanna tidak memberi izin.
Padahal akan ada Kebab Turki yang akan dibagikan dan Star sangat menyukai makanan itu. Ia bahkan rela menunggu sebulan demi mendapatkannya. Karena selama ini, Hanna hanya membelinya saat gajian saja.
"Mommy ... kenapa kita tidak boleh ke sana? Star kan sangat suka makan roti dan kebab?" tanya Sky yang tiba-tiba muncul di hadapan mommy-nya.
Hanna memeluk tubuh kecil Sky. Ia kecup puncak kepalanya terus menerus. Satu hal yang selalu Hanna lakukan, ia selalu menyembunyikan air matanya di hadapan anak-anaknya dan menjadi seorang ibu yang kuat.
"Sky ... Kita tidak boleh mengharapkan belas kasih orang lain. Kita harus hidup dengan mandiri dan tidak bergantung pada pemberian orang. Mengerti?"
"Mengerti, Mommy." Sky melingkarkan tangannya di tubuh Hanna. Mereka saling memeluk erat.
"Nanti saat punya uang, mommy akan belikan roti dan kebab yang banyak untuk Sky dan Star. Jadi kita tidak usah ke sana ya," bujuk Hanna berharap Sky akan mengerti.
Sky menjawab dengan anggukan kepala. Hingga suara ketukan pintu membuat pelukan sayang itu terlepas.
"Siapa yang datang?" gumam Hanna bangkit dari duduknya.
Wanita itu segera membuka pintu. Tampak seorang wanita berdiri dengan senyum di wajahnya.
"Hanna, aku kemari untuk minta uang sewa rumah. Minggu lalu kau memintaku untuk datang hari ini."
"Ehm ... Nyonya Gulsha ... Maafkan aku ... Tapi beberapa hari lalu anakku sakit. Aku menggunakan uangnya untuk ke dokter," jawabnya seraya menundukkan kepala. Star memiliki riwayat pneumonia bawaan lahir. Ia kerap kali mengalami sesak napas dan membutuhkan obat untuk meredakan sesaknya.
Seketika senyum di wajah wanita itu meredup mendengar jawaban Hanna. Wajah ramah yang ia tampilkan tadi mendadak hilang entah ke mana.
"Kau selalu menggunakan anakmu yang sakit sebagai alasan. Aku mulai bosan mendengarnya. Anakmu itu sakit-sakitan dan sangat menyusahkan!"
Mata Hanna menyala memancarkan kemarahan. Siapapun boleh menghina dirinya, tapi jangan berani mengusik anak-anaknya. Karena bila itu terjadi, ia akan berubah menjadi menyeramkan.
"Kau bilang apa tadi? Anakku menyusahkan?" Hanna bergerak maju hingga membuat wanita pemilik kontrakan itu mundur beberapa langkah.
"Ha-Hanna ... Kenapa jadi kau yang marah?" ujarnya terbata. "Seharusnya aku yang marah. Kau tinggal di rumahku dan tidak mampu bayar."
"Tapi aku bukan tidak mau bayar, kan? Aku tetap akan membayarmu begitu punya uang."
"Ka-kalau tidak punya uang, sana cari rumah sewa lain!" usir wanita itu.
Hanna pun semakin geram. Ia berkacak pinggang dengan menantang di hadapan wanita itu.
"Berani sekali kau mengusirku dari sini. Dengar baik-baik, Nyonya Gulsha ... Kalau kau mengusirku dari rumahmu, maka aku akan membongkar perselingkuhanmu dengan Tuan Omar! Dan kau akan menjadi janda tua karena suamimu akan menceraikanmu!"
"Kau berani mengancamku?" balas wanita itu tak terima.
"Bukan mengancam, tapi meminta kelonggaran waktu. Sekarang pergi dari sini, aku akan membayarmu jika sudah punya uang."
Setelah mengucapkan kalimat ancamannya, Hanna masuk ke dalam rumah dan mengunci pintu rapat-rapat. Sepertinya ancaman tadi cukup untuk menakuti pemilik rumah agar tidak mengusirnya.
"Ada apa, Mommy?" tanya Sky menatap penuh tanya.
"Tidak apa-apa, Nak! Nyonya Gulsha hanya menanyakan apa kita betah di rumah ini atau tidak."
Pandangan Hanna kemudian menyapu seisi ruangan itu demi mencari keberadaan putrinya. Sejak tadi ia belum melihat Star.
"Sky ... di mana adikmu?"
****
kalo zian dah hbs tu ayael