Di tengah kota yang selalu bising, ada sebuah arena rahasia tempat para petarung dari berbagai latar belakang berkumpul untuk menguji kemampuan mereka dalam pertarungan tanpa aturan. Riko, seorang pemuda biasa dengan masa lalu yang penuh dengan kesulitan, tiba-tiba terjun ke dunia yang keras ini setelah menerima tantangan yang tak bisa ditolak. Dengan kepercayaan diri yang tinggi, Riko siap menghadapi musuh-musuh terberatnya, termasuk Kuro, legenda petarung yang namanya sudah terkenal di seluruh arena.
Namun, hidupnya tak semudah itu. Selain fisik yang harus terus dilatih, Riko harus belajar bagaimana mengendalikan emosinya, memahami strategi pertarungan, dan yang terpenting—mengenal dirinya sendiri. Dalam dunia yang keras ini, setiap kekalahan bisa menjadi pukulan besar, tapi setiap kemenangan juga membawa tantangan yang lebih berat.
Dengan dukungan sahabat sejati, Tatsu, dan berbagai teman baru yang ditemuinya di sepanjang jalan, Riko berusaha untuk bertahan hidup, mengatasi rasa t
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zylan Rahrezi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Gebrakan yang Tak Terduga
Malam semakin larut ketika Tatsu, Riko, dan Ryo memasuki gedung tua yang terletak di sudut kota. Meskipun tampaknya tidak ada yang mencurigakan, atmosfer di dalam gedung itu terasa mencekam. Suara langkah kaki mereka teredam oleh lantai kayu yang sudah tua dan berderit di setiap langkah. Gedung ini sepertinya sudah lama ditinggalkan, namun kenyataannya, tempat ini menyimpan lebih banyak rahasia daripada yang mereka kira.
“Gue benci suasana kayak gini. Tempat gelap, berdebu, dan kosong. Pasti ada sesuatu yang nggak beres,” Riko berbisik, matanya terus waspada ke sekeliling.
Tatsu, seperti biasa, tidak terlihat khawatir. “Wah, bro, lo bener-bener nggak bisa santai ya? Ini tempat kayak gini yang justru bikin petualangan makin seru. Lagian, siapa sih yang takut sama tempat gelap? Kita kan bukan vampir!”
Riko menatapnya dengan tatapan tak percaya. “Tatsu, ini tempat yang bisa aja jadi markas musuh, dan lo ngomongin vampire?”
Ryo yang berjalan di depan, memberi isyarat agar mereka lebih hati-hati. “Ayo, jangan cuma ngobrol, perhatikan sekitar kalian. Kita harus tetap waspada. X-Nation bisa saja mengintai kita sekarang.”
Tatsu mengangguk, meskipun masih terlihat santai. “Gue paham, bro. Tapi jujur aja, gue lebih khawatir pizza gue keburu dingin daripada musuh datang nyerang.”
Riko menatapnya dengan tatapan menyerah. “Tatsu, lo serius banget soal pizza. Gue bingung sama lo.”
“Ayo lah, bro, lo tahu kok kalau pizza itu penyelamat hati dan pikiran. Kalau lo nggak makan pizza, lo bakal jadi kayak orang yang kehilangan arah. Kaya gitu, kan?” Tatsu menjawab dengan ekspresi serius namun jelas-jelas mengandung kelakar.
Ryo hanya bisa menggelengkan kepala. “Lo memang nggak ada matinya, Tas. Kita harus tetap fokus.”
Namun, ketegangan mereka mendadak pecah ketika sebuah suara keras terdengar dari balik pintu yang terbuka di depan mereka. “Siapa yang berani menginjakkan kaki di sini?”
Suara itu memantul dari dinding yang kosong, memberikan kesan dingin dan mengerikan. Tatsu tersenyum lebar. “Tuh kan, kayaknya mereka udah nungguin kita. Hah, gue pikir bisa makan pizza dengan tenang dulu, ternyata malah diajakin main petak umpet.”
Riko menatapnya tajam. “Tatsu, ini serius. Kita nggak bisa asal bercanda!”
Ryo melangkah maju dengan lebih hati-hati, menyarankan mereka untuk tetap tenang. “Tatsu, Riko, ini bukan waktunya bercanda. Kita nggak tahu siapa yang di balik suara itu. Tahan diri, kita harus cari informasi dulu.”
Pintu besar yang mereka dekati terbuka perlahan, dan di dalamnya muncul sosok pria tinggi besar dengan mata tajam dan wajah penuh tatapan dingin. Darius. Pemimpin dari X-Nation.
“Ah, kalian akhirnya datang. Gue tahu kalian pasti penasaran dengan apa yang gue sembunyikan di sini. Tapi percayalah, kalian akan menyesal datang ke sini.” Darius berbicara dengan suara berat, seakan menguji keteguhan hati mereka.
Tatsu berdiri tegak dengan ekspresi kocak, meskipun jelas ada ketegangan di udara. “Lo tahu kan, Darius, kalau orang yang kocak dan santai itu bukan yang harus dilawan dengan serius? Kita tuh punya senjata rahasia—pizza!” Ia mengangkat kotak pizza yang sudah agak dingin di tangannya, seolah itu adalah senjata pamungkas.
Riko langsung menutup wajahnya dengan tangan. “Tatsu, lo itu gak ngerti situasi, ya? Ini bukan waktu buat bercanda!”
Darius hanya memandang Tatsu dengan tatapan bingung. “Pizza? Jadi ini yang kalian bawa ke sini? Kenapa gue nggak heran... Musuhmu ternyata bukan hanya kuat, tapi juga aneh.”
Ryo, yang lebih fokus, menarik perhatian Darius dengan suara serius. “Kami nggak datang ke sini untuk main-main, Darius. Kami tahu apa yang kalian rencanakan, dan kami nggak akan membiarkan kalian mengendalikan dunia ini.”
Darius tersenyum lebar, namun senyum itu lebih menyeramkan daripada mengundang kepercayaan. “Jadi kalian tahu? Well, itu menarik. Tapi apakah kalian yakin bisa menghentikan kami? Kami punya kekuatan yang jauh lebih besar daripada yang bisa kalian bayangkan.”
Tatsu mengangkat kotak pizza dengan cara yang dramatis. “Dengar, Darius. Lo boleh punya kekuatan, tapi... lo nggak punya ini!” Ia membuka kotak pizza dan mengangkat sepotong besar. “Pesta pizza adalah senjata terkuat di dunia!”
Riko mendesah. “Tatsu, serius deh!”
Darius menatap pizza itu dengan bingung, kemudian menoleh pada para pengikutnya yang muncul di belakangnya, tampaknya mencoba menganalisis situasi. “Ini bukan sesuatu yang gue duga. Tapi apa pun itu, kita akan menyelesaikan urusan ini di sini.”
Dengan gerakan cepat, Darius melangkah maju dan mengarahkan tangan ke arah Tatsu, mengeluarkan energi yang sangat besar. Tatsu, tanpa takut, melompat mundur dan sambil melontarkan pizza ke udara, ia berteriak, “Ayo, Riko! Ini saatnya!”
Riko yang terhenti sejenak melihat kegilaan yang baru saja terjadi, akhirnya melangkah maju dengan cepat, mengeluarkan serangan bertubi-tubi. “Jangan kasih kendor, Tas!”
Mereka bertarung dengan seru, namun gaya bertarung mereka jauh berbeda dari biasanya. Tatsu berkelahi sambil tetap memegang potongan pizza, sementara Riko dengan cepat menghindari serangan-serangan Darius yang penuh energi. Ryo, yang tidak ingin kalah, menyusun strategi dengan hati-hati untuk menanggulangi kekuatan besar yang dimiliki Darius.
Darius tampak terkejut, melihat betapa dua remaja ini, yang seharusnya tidak dianggap serius, mampu memberikan perlawanan yang cukup berarti.
“Ini… Ini gila!” Darius teriak, merasa kewalahan oleh kecepatan dan kelincahan mereka. “Kalian memang berbeda dari yang lainnya. Tapi ini tidak akan bertahan lama!”
Tatsu menyeringai lebar, sambil terus bergerak dengan lincah. “Lo bener, bro. Tapi kan gue punya kartu as—Pizza Ultimate!”