Seikhlas Daun Yang Jatuh
Kata terpaksa, yang saat ini terjadi dalam hidupku, hal yang tak pernah ada dalam bayanganku ini, harus ku terima.
Secara tiba tiba takdir merengut mimpiku, dimana harusnya anak seusiaku menikmati sekolah, tapi lihatlah keadaanku saat ini, berada di kota, untuk menyusul orang tua ku, karena paksaan tanteku, aku baru merasakan, rasanya duduk di bangku SMA, tak pernah terbayangkan, aku harus putus sekokah secara tiba tiba.
Adelia Fitriani, atau yang lebih sering dipanggil Lea, seorang gadis yang sedang duduk termenung,ndi dalam kosan berukuran 3x4, yang di huni kedua orang tuanya, dia tak pernah mengira berada disana, Tantenya, yang bernama Lilis, memaksanya untuk ikut pada paman nya, dan menyusul ibunya ke kota, Dengan alasan, bahwa ibunya tak akan pernah kembali, kalau tak di susul olehnya, dan Tantenya, tidak mau di repotkan, bila ia harus menjadi beban, ketika ibunya tak mentransfer uang sepeserpun.
Dalam renungan nya, sebenarnya ia ingin menangis tersedu sedu, pada ibunya, sambil berteriak dan berkata, "bu apa salahku, di mana letak dosaku, padahal sebelum ibu berangkat ke kota, ibu sudah menegaskan, bahwa aku akan tetap bisa menyelesaikan masa SMA ku, tapi apa ini bu, kenapa sekarang aku berada di tempat ini bersama mu karena di paksa oleh kakak mu sendiri bu, bagaimana kehidupan ku selanjutnya bu, seorang lulusan SMA saja sulit mencari pekerjaan lalu apa ini, bahkan aku tak tamat SMA bu, aku baru menginjakan kakiku di SMA selama 2 bulan bu, hari ini bukan kah aku harusnya berada di sekolah, sedang belajar dan bermain, bersama teman teman ku, menikmati masa masa indah ku bu, seperti selayaknya gadis remaja lain nya, kenapa seakan takdir tak berpihak pada ku bu, keadaan macam apa ini bu, aku tak ingin disini bu, bawa aku kembali ke kampung bu, aku ingin bersekolah, hari senin aku sudah ujian, bukan kah ibu sudah berjanji, akan mentransfer biaya ujianku bu, tapi kenapa, aku malah berakhir disini, bersama mu bu," Lea hanya bisa menangis dalam diam, dia tak bisa melakukan apapun, rasanya akan sangat durhaka, jika dia berteriak pada ibunya, sedangkan yang ia jalan ni saat ini, adalah keterpaksaan karena keadaan.
Kita flasback ke beberapa hari sebelumnya.
Suasana malam yang begitu dingin, dirasakan oleh Lea, gadis itu sedikit heran, ketika sang ibu tampak berkemas.
"Bu, mau kemana kemas kemas," ucap Lea, mengerutkan dahinya.
"Nak, maafkan ibu, " ucap bu Romlah, dengan sendu .
"Kenapa bu," ucap Lea, menggenggam tangan ibunya.
"Nak kau tau kan, ibu punya beberapa hutang, bekas membiayai tantemu sekolah, dan itu cukup banyak, bahkan ibu punya beberapa hutang, pada saudara, kemarin saat kau sekolah, ibu bertengkar hebat, dengan kaka ibu, begitupun dengan sodara ibu yang lain, mereka mempertanyakan kapan ibu membayar hutang, sedangkan hutang ibu pada bank bank kecil saja, tak ibu bayar, pada hari itu, ibu sangat sangat terpukul, dan sakit hati, atas perilaku perkataan kakak ibu, bahkan ibu tiri ibu, begitu menghina ibu, padahal uang ayah ibu, yang bahkan harusnya untuk membiayai adik ibu, dia yang pegang dan habis kan,ibu sakit hati, ibu memutuskan akan bekerja di kota," ucap bu Romlah, sedikit tertahan, dengan is akan yang mulai terdengar.
"Maksud ibu bagaimana, ibu akan pergi dari rumah," ucap Lea, tidak mengerti.
"Iya Lea, maaf kan ibu hari ini dengan berat hati, ibu akan pergi," ucap bu Romlah.
"Ibu akan meningalkan aku, bersama adikku bu," ucap Lea sendu.
"Maaf, tapi ibu akan membawa adikmu, nak, kau pasti bisa melewati ini, ibu akan bekerja, hanya sampai hutang ibu lunas," ucap bu Romlah, dengan mengusap punggung Adelia.
"Bu, kenapa ibu tega, seperti ini, apa tidak ada cara lain," ucap Lea, dengan tatapan memohon.
"Nak, ibu mohon maaf, tapi ini jalan satu satunya, malam ini, ibu akan pergi bersama adikmu, ketika suasana sudah sepi, ibu sudah menyuruh orang untuk mengantar ibu," ucap bu Romlah, mencoba mengabaikan tatapan Adelia.
"Bu, bagaimana dengan Lea, bagaimana dengan sekolah Lea bu, Lea dengan siapa disini bu, perlakuan tante, dan nenek, begitu menyakiti ibu, lalu, apa mereka juga tak akan menyakitiku, bu, " ucap Lea, dengan mata berkaca kaca.
"Lea, kau akan tetap sekolah disini, tenang lah Lea, mereka pasti tak akan berlaku hal yang sama, tapi jika itu terjadi, kau pergilah kerumah nenek dari ayahmu, disitu kau akan aman, ini ibu punya uang 200rb, kau cukupkan ya, nanti ibu akan transfer, begitu juga untuk biaya ujian sekolahmu na, na ibu minta, jangan sampai kau putus sekolah, seberat apapun nanti, ujian nya, di depan, jangan sampai kau menyesal suatu saat, ya," ucap bu Romlah, sedikit mengeluarkan air matanya.
"Bu, bagaimana kalau nanti, aku tidak bisa melanjutkan sekolahku bu, bagaimana nanti, kalau mereka benar benar, tidak baik padaku bu," ucap Lea, dengan ragu.
"Kau akan bisa menghadapi nya na, nak, ibu mohon, jangan sampai orang tau, kalau ibu pergi, jangan katakan apapun, pada tantemu, kecuali dia mencari ibu, jangan bilang ibu pergi pada tantemu, nanti ibu akan sering menelponmu ya," ucap bu Romlah, menghapus air matanya.
"Lalu malam ini, aku akan ditinggal sendirian, dan tidur sendiri begitu bu," ucap Lea, sendu.
"Benar na, kau harus tegar, demi sekolahmu, ibu saja bisa menyelesaikan sekolah tantemu, kamu harus yakin, kamu pun akan bisa menyelesaikan sekolahmu," ucap bu Romlah, menguatkan Lea.
"Baik bu, Lea akan sekolah, dengan bersunguh sungguh," ucap Lea, mencoba tegar.
"Nak, ibu akan segera pergi, sepertinya keadaan nya mulai sepi," ucap bu Romlah, menatap arah sekeliling.
"Bu, apa ibu tega, " ucap Lea, mulai meneteskan air matanya.
"Lea maafkan ibu ini adalah jalan terbaik, ibu harap kamu mengerti, ibu mohon, jaga dirimu dengan baik, ingat selalu pesan ibu ya, kau harus tegar dan kuat, yakin semua akan baik baik saja," ucap bu Romlah, dia segera berdiri membawa tasnya, dan mengendong adik Lea yang tertidur.
"Baik bu, hati hati, semoga ibu selamat sampai tujuan, tapi Lea ingin ikut sampai jalan," ucap Lea, mengenggam tangan ibunya.
"Baik, ayo," ucap bu Romlah,mulai melangkah.
Mereka berjalan beriringan, dengan Lea membawakan tas ibunya, lalu setelah di jalan, Lea pun mencium tangan ibu nya, dan ibu nya pun pamit, lalu menaiki motor, Lea menatap ke arah motor, yang membawa ibu nya, dia benar benar ingin menangis lagi, lalu diapun buru buru berlari kerumah nya, ia pun mengunci pintu, lalu setelah sampai di kamar nya, Lea benar benar menangis, tersedu sedu menumpahkan kesedihan nya.
"Ya alloh, bagaimana ini, ibu ku pergi, meningalkan ku ke kota, bagaiamana kehidupanku selanjutnya, kemana aku harus mengadu, selain padamu ya alloh,"ucap Lea, menyembunyikan mukanya dibantal, sambil terus menangis, hingga akhirnya iapun tertidur, sambil menangis.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments