KEHADIRANMU MENGUBAH HIDUPKU bukan sedekar bicara tentang Cinta biasa namun tentang perjalanan hidup yang mereka lalui.
Diambil dari sebuah kita nyata perjalanan Hidup sebuah keluarga yang berasal dari keluarga miskin. Perselisihan dalam rumah tangga membuat Anak mereka yang baru lahir menjalani kehidupan tanpa seorang ayah. Sampai anaknya tumbuh dewasa. Perjalanan sebuah keluarga ini tidaklah mudah deraian air mata berbaur dalam setiap langkah mereka. Kehidupan yang penuh perjuangan untuk sebuah keluarga kecil tanpa adanya kepala keluarga. Mereka lalui dengan ikhlas hingga mereka menemukan kebahagiaan yang sedikit demi sedikit mereka dapatkan dan membuat mereka semua bahagia.
Bagaimanakah perjalanan kisahnya?
Ikuti terus Kisah ceritanya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SitiKomariyah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sri
Iman sungguh tak kuasa melihat kakaknya bersedih, ia berjanji akan selalu menjaga dan melindungi marni walaupun tidak setiap hari melihat marni. Iman keluar meninggalkan marni sendiri dikamar. Sedangkan Marni masih terisak menangis meratapi nasibnya.
Kini nasi sudah jadi bubur, Marni tidak bisa menolak keinginan adiknya. Karena ia tau betul bagaimana sifat adiknya Iman. Ia yakin iman melakukan semua ini pasti sudah difikirkan secara matang.
Perlahan ia mengusap air mata yang mengalir di pipinya, mencoba menenangkan hati dan fikiran agar menerima kenyataan yang pahit ini. Ia beristighfar berkali-kali lalu pergi kekamar mandi untuk membasuh wajahnya. Kemudian ia masuk ke kamar lalu ia gunakan lipstik dibibirnya agar terlihat lebih segar.
Kusno mengetuk pintu marni, karena sudah hampir satu jam ia belum keluar-keluar.
“ Marni tolong buka pintunya, apa aku boleh masuk?," ujar kusno.
“ Iya mas, tunggu sebentar aku sedang mengikat rambutku dulu," jawab marni yang haru saja selesai menyisir rambutnya.
Marni segera membuka pintu dengan perasaan yang tak menentu. Dan menyuruhnya masuk kekamar, Ia mencoba memperlihatkan senyuman diwajahnya meski berat. Marni kemudian duduk di atas ranjangnya dan kusno mendekati marni. Ia meraih tangan marni kusno meminta maaf kepada marni atas segala perlakuannya selama ini pada Marni, kusno juga berjanji jika ia akan memperbaiki dirinya.
Hati kecil marni berkata jika kusno tidaklah bersungguh. Tapi marni menepis kata hatinya, ia mencoba mempercayai suaminya setelah semua hal yang di sampaikan adiknya iman. Dengan berat hati ia memaafkan kusno, lalu mereka keluar dari kamar dan menemui orang tua mereka.
Ayah kusno juga datang untuk menjemput marni dan tisna. Mereka berbincang dan sepakat dengan perjanjian yang dijelaskan oleh iman kepada keluarganya. Karena hari sudah mulai gelap keluarga kusno menginap dirumah Marni, dan esok harinya baru mereka akan kembali bersama Marni dan Tisna.
Disaat kusno dan marni tidur bersama, kusno ingin memeluk marni. Namun marni menolaknya. Kusno yang sudah lama tak bersama dengan marni dan lama tidak melakukan hubungan suami istri tidak bisa menahan gelojak dihatinya. Ia membujuk marni hingga istrinya mau melayaninya.Marni yang tak berdaya hanya bisa pasrah karena sudah menjadi kewajiban seorang istri melayani suaminya.
Setelah berhubungan suami istri kusno merasa bahagia, karena istrinya mau melayaninya. Lain halnya dengan marni, ia begitu sedih setelah melayani suaminya. Namun itulah marni lagi dan lagi harus menerima kenyataan hidupnya. Sudah larut malam akhirnya mereka tertidur dan siang harinya mereka bersiap untuk kembali kerumah kusno.
Ibu marni sedang berbincang bersama ibu kusno di dapur sembari memasak nasi, sayur dan lauk pauk untuk sarapan pagi. Sedangkan iman dan ayah kusno mereka sedang berada diteras menikmati secangkir kopi. Kusno menghampiri ayahnya dan iman. Marni sibuk mengurus tisna memandikan dan menyusui. Setelah hari sudah siang kusno, ayah dan ibunya serta marni berpamitan pada ibu dan adik marni untuk pulang kerumah kusno.
Disepanjang perjalanan pulang Marni berharap semua baik-baik saja. Sesampainya dirumah kusno meletakkan semua barang bawaan marni kekamar.
“ Dek, untuk sementara bolehkah ibu dan bapak tinggal bersama kita. Agar ada yang menemanimu saat aku pergi kerja," ujar kusno.
“ Boleh mas," jawab marni singkat.
“ Mamas minta maaf dek udah mengecewakanmu. Aku janji dek akan memperbaiki diri lebih baik lagi," ujar kusno.
“ Iya mas," jawab marni singkat sembari membereskan pakaian miliknya dan tisna yang ia bawa.
Selesai membereskan pakaian marni segera membuatkan kopi dan menggoreng pisang untuk suaminya. Ayah dan ibu kusno kini tinggal bersama mereka. Hari demi hari ia lalui hingga genap satu minggu Ayah kusno akan pergi kejawa untuk menjenguk Istri kedua ayah kusno. Adik kusno datang menjenguk mereka.
Kusno memiliki 6 bersaudara ditamba 3 saudara dari ibu tirinya di jawa. Rumah mereka tak begitu jauh dari rumah kusno. Mereka berkumpul karena ayah mereka akan kejawa, setiap anak memberikan uang ayahnya begitu juga kusno. Marni bisa mengerti keadaan mereka.
Kakak pertamanya datang menemui Marni menanyakan kabar dan menggendong Tisna.
“ Anakmu sangat cantik Marni, mirip dengan ayahnya. Nanti kalau besar bisa jadi rebutan laki-laki ini, hehehe," ujar kakak pertama kusno.
Marni membalasnya dengan senyuman lembut diwajahnya. Namun terlihat wajah marni begitu pucat.
“ Mba kamu kenapa? Apa kamu sakit? ," tanya adik bungsu kusno.
“ Aku tidak apa-apa dek, tadi lupa belum makan. Nanti setelah makan juga sembuh," jawab marni.
“ Tunggu sebentar mba aku kewarung dulu beli obat. Mba istirahat saja dulu, lagi pula tisna juga sedang dibawa mamasku," ujar adik bungsu kusno.
Adik kusno segera kewarung membeli obat untuk marni, diwarung ia berjumpa dengan Sri.
“ Ayu kamu beli obat, emang kamu lagi sakit? Wajahmu saja terlihat segar begitu masa iya sakit," ujar Sri.
“ Bukan aku yang sakit mba tapi mba Marni, sepertinya sakit maagnya kambuh karena tadi lupa tidak makan," jawab ayu.
“ Halah, palingan juga sakit biasa. Terlalu manja si Marni itu yu. Sudah bagus dia tinggal dirumahnya, kenapa harus dibawa pulang lagi sih sama mas kusno. Banyak lho wanita lain yang lebih baik daripada marni," ujar Sri dengan wajah bencinya.
“ Astaghfirullah, mba Sri kalau ngomong itu dijaga. Mba marni itu baik! Fikiranmu saja yang jelek mba," jawab Ayu dan berlalu pergi meninggalkan Sri.
Disepanjang perjalanan ia tak habis fikir jika kakaknya bisa sebenci itu dengan marni. Namun Ayu tak peduli dengan kakaknya, ia lebih peduli dengan Marni. Sesampainya dirumah ia memberikan obat untuk marni. Marni segera meminum obat yang diberikan oleh Ayu.
“ Terimakasih dek, maaf merepotkanmu," ujar marni.
“ Sama-sama mba, o..iya mba sudah makan? Jika belum biar saya ambilkan," ucap Ayu.
“ Sudah dek, baru saja selesai makan. Ini mba mau cuci piring dulu kedapur. Tolong titip Tisna sebentar ya dek, tadi baru selesai mba susui," ujar marni.
” Iya mba, tenang saja aman sama Ayu mba hehehe," canda Ayu pada marni.
Marni tersenyum merasa senang melihat ketulusan Ayu. Marni segera kedapur dan mencuci semua piring kotor. Baru saja selesai mencuci piring ada Sri yang datang dan langsung menghampirinya.
“ Udah pulang mba, katanya udah gak mau pulang lagi dan gak mau sama mamasku lagi. Ini nyatanya balik juga. Kalau aku sih malu mba!," ucap Sri tanpa berfikir perkataannya menyakitkan atau tidak. Tapi itulah sri yang memang sangat benci dengan marni.
Tak disangka di belakang sri ada ibunya yang sedari tadi mendengar semua yang di ucapkan Sri pada Marni.
“ Plak! Dasar anak tidak tahu sopan santun," ujar ibu kusno sembari menampar wajah Sri.