Raisa terpaksa menikah dengan Adam, bodyguard dari Papanya sendiri, karena insiden di satu malam yang telah di rencanakan pesaing partai Papanya.
Posisi Papanya yang menjadi orang momor satu dari sebuah partai politik membuat Raisa terpaksa menerima pernikahan yang sama sekali tidak pernah ia inginkan itu demi menyelamatkan Papanya juga nama baiknya sendiri karena foto-foto vulgarnya itu telah di sebar luaskan oleh orang tak di kenal.
Namun bagaimana Raisa yang keras kepala dan sombong itu menerima Adam sebagai suaminya sedangkan Raisa sendiri selalu menganggap Adam hanyalah penjilat dan pria yang mengincar harta Papanya saja.
Rasa bencinya pada Adam itu tanpa sadar telah menyakiti hati pria yang menurutnya kaku dan menyebalkan itu.
Bagaimana juga Raisa berperang melawan hatinya yang mulai tertarik dengan sosok Adam setelah berbagai kebencian ia taburkan untuk pria itu??
mari ikuti perjalanan cinta Raisa dan Adam ya readersss...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon santi.santi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pertemuan
"Tunggu dulu" Adam mencegah Raisa yang ingin keluar dari mobilnya.
"Apa?? Udah telat loh ini" Raisa menatap Adam tak suka.
Pria di sampingnya itu malah merogoh sesuatu dari dalam saku jasnya.
"Ini, pakailah untuk kebutuhan mu. Isinya memang tak sebanyak uang yang Papa kamu berikan. Tapi ini nafkah dari ku. Jadi simpan lah" Adam menyodorkan benda tipis persegi panjang ke depan Raisa.
Raisa sempat menatap kartu debit itu dengan Adam secara bergantian sebelum kahirnya dia mengulurkan tangannya untuk menerima nafkah dari Adam itu.
"Hemm, makasih"
"Gunakan sebaik mungkin, jangan boros-boros!! Kamu tau kan kalau aku ini miskin, uangku tidak sebanyak uang Papa"
Ucapan Adam ternyata mampu membuat Raisa tersinggung. Padahal dulu, dia sendiri yang sering mengatakan jika Adam itu kere dan sebagainya.
Raisa mengembalikan kartu debit yang sudan ada di tangannya itu kepada Adam.
"Kalau nggak ikhlas, mending nggak usah aja!! Belum juga di pakai udah banyak larangannya"
"Aku nggak ngelarang, cuma mengingatkan kebiasaan kamu yang sering belanja barang mewah aja. Ini bawa lagi, pinnya tanggal pernikahan kita" Adam menyelipkan kartu itu di tas Raisa kemudian keluar dari mobil lebih dulu.
"Dasar kere pelit, nyebelin!!"
Tapi setelah Raisa pikir, nafkah yang di berikan Adam itu cukup ada manfaatnya. Karena kondisinya sekarang yang tak punya apa-apa. Meski Raisa belum tau berapa jumlah uang yang ada di dalam kartu itu, tapi Raisa bisa bernafas lega sambil menunggu waktu gajiannya tiba.
Setelah satu minggu menjadi PA untuk Adam, Raisa sudah cukup terbiasa dengan pekerjaannya. Dia juga bisa mengatur jadwal Adam dengan mudah tak seperti pertama kalinya.
Meski hubungan mereka masih saja tak ada perubahan dan hambar, namun Raisa bisa memilah antara pekerjaan dan urusan pribadinya.
"Mas Adam"
Adam mengalihkan perhatiannya pada sosok cantik yang baru saja masuk ke dalam ruangannya.
"Hemm"
"Aku mau makan siang saka Stevi dan Fany, boleh kan??"
Menurut Adam, kejadian waktu itu memang bisa sedikit merubah Raisa, seperti saat ini. Raisa memilih meminta ijin dari Adam dulu daripada langsung memilih pergi menemui teman-temannya.
"Yakin sama teman mu?? Bukan sama laki-laki itu??" Selidik Adam.
"Ya elah curigaan amat sih, kalau nggak percaya ya udah ikut aja!!" Ucap Raisa spontan. Karena niatnya memang hanya ingin bertemu dengan Stevi dan Fany setelah satu minggu tidak bertemu.
"Ya udah ayo!!"
"Kemana??" Bingung Raisa.
"Katanya mau makan siang??"
"Apa??" Bola mata Raisa hampir saja keluar karena Adam yang sudah beranjak dari kursinya. Ternyata niat basi-basinya di tanggapi dengan serius oleh Adam.
"Aku itu nggak serius ngajakin kamu tau nggak??" Raisa tak peduli kalau Adam marah atau tersinggung saat ini.
Mana mungkin dia mengajak Adam di tengah teman-temannya. Sedangkan tujuan Raisa bertemu mereka saja untuk menggosipkan Adam.
"Terus kamu mau makan siang sama teman-teman kamu itu sedangkan aku kelaparan di sini??"
Raisa menatap Adam dengan jengah. Pria di depannya ini mudah sekali berubah-ubah sesuai keinginannya.
"Kan bisa pesan online"
"Ya udah kita pesan online aja, kamu ngga usah pergi" Adam kembali duduk di kursinya.
"Dasar nyebelin!! Ya udah cepetan!!" Raisa meninggalkan ruangan Adam dengan menghentak-hentakkan kakinya kesal.
"Gimana gue bilangnya sama mereka ya??" Raisa merasa tak enak hati pada sahabatnya itu.
"Sudahlah, itu pikirkan nanti saja. Merek juga pasti senang karena ada pria idola mereka itu di sana"
Adam dan Raisa memasuki restoran di mana Stevi dan Fany sudah menunggunya di dalam. Meski masih was-was jika sahabatnya akan marah, namun Raisa mencoba setenang mungkin. Dia hanya akan membuktikan kepada Adam jika kecurigaan pria itu benar-benar salah.
Braakk...
Raisa meletakkan tasnya di atas meja dengan sedikit keras di hadapan kedua sahabatnya.
"Eh lo udah dat..." Ucapan Fany terhenti karena melihat sosok gagah nan tampan di samping Raisa.
"Eh, Mas Adam hehe" Fany tertawa canggung di hadapan Adam. Raisa sebenarnya sudah menebak jika situasinya akan seperti itu.
"S-dilahkan duduk Mas Adam" Stevi bahkan menggeser salah satu bangku di sebelahnya untuk Adam.
"Ni bocah pada kenapa sih, lihat cowok modelan kaya gini aja udah kaya lihat artis"
"Hemm, makasih" Bahkan Adam duduk lebih dulu dari Raisa yang mengajaknya.
"Heh, kenapa lo nggak bilang kalau lo ajak dia??" Bisik Fany setelah Raisa akhirnya duduk di antara dirinya dan Adam.
"Sorry, dia tiba-tiba pingin ikut. Kalau nggak boleh dia nggak kasih ijin gue ke sini"
"Tapi nanti ad..."
"Udah, ayo pesan dulu. Lihat noh mukanya udah nyebelin kaya gitu" Potong Raisa karena Adam terus saja menatapnya yang sedang berbisik dengan Fany.
"Mas Adam mau pesan apa??"
Raisa dan Fany terperangah karena justru Stevi yang menawari Adam makan. Bahkan wanita satu itu sengaja mendekatkan bangkunya dan duduk menghadap ke arah Adam.
"Biar istri saya saja yang pesan" Jawab Adam dingin namun malah membuat Stevi tersenyum sumringah.
"Uuhhh so sweet banget sih. Sa, kalau lo udah cerai sama Mas Adam, boleh ya Mas Adam buat gue" Ucap Stevi masih menatap Adam dengan terpana.
"Hemm!!" Geram Fany karena Stevi tak bisa mengontrol ucapannya.
Sementara Raisa hanya bisa diam menundukkan kepalanya. Dia tidak siap menerima tatapan tajam dari Adam.
"Saya bukan barang yang biasa di buang ke sana ke mari"
Deg...
Raisa memejamkan matanya, mendengar suara Adam yang menyiratkan kemarahan itu. Fany pun menjadi semakin canggung berada di sana.
"Sumpah ya step, gue sumpal mulut habis ini"
Entah apa yang ada di pikiran Adam saat ini, yang jelas dia hanya diam dan tak mengeluarkan sepatah kata apapun setelah pernyataan Stevi tadi. Bahkan makanan yang telah di pesan oleh Raisa tak di sentuh sama sekali.
"Mas Adam nggak makan??"
Raisa memicing tajam pada Stevi yang bersikap lembut pada suaminya.
"Apa Mas Adam nggak suka yang itu?? Mau coba punya aku??"
"Stev!!" Pekik Fany pada Stevi yang menurutnya sudah keterlaluan.
"Apa sih Fan, aku kan cu..
"Maaf baru datang, kalian udah dari tadi??"
Tiba-tiba saja datang seorang laki-laki yang kedatangannya benar-benar tidak di harapkan oleh Raisa di sana.
"R-rio??" Gumam Raisa, dia langsung menatap Adam. Seolah ingin menyangkal pikiran Adam saat ini.
"M-mas aku ngga tau kalau ada dia" Raisa mencoba membela dirinya.
"Sorry Sa, tadi Rio bilang mau ketemu lo mau minta maaf makanya dia minta bantuan sama kita. Sorry ya??" Fany tampak menyesal ketika melihat raut muka Adam yang semakin masam.
"Selesaikan dulu masalah kalian, aku pergi dulu" Tiba-tiba Adam bangkit begitu saja dari tempat duduknya.
"Mas!! Mas tunggu Mas!!" Raisa mencoba mengejar Adam namun Rio menahan tangan Raisa.
*
*
JENG JENG JENG!!!!
Manakah yang akan Raisa pilih??
Mengejar Adam atau tetap tinggal bersama Rio??"