Menceritakan tentang Naomi, seorang istri yang dijual oleh suaminya sendiri untuk membayar hutang. Dia dijual kepada seorang pria tua kaya raya yang memiliki satu anak laki-laki.
"Dia akan menjadi pelayan di sini selama 5 tahun, tanpa di bayar." ~~ Tuan Bara Maharaja.
"Bukankah lebih baik jika kita menjualnya untuk dijadikan PSK?" ~~ Gama Putra Maharaja.
Bagaimana nasib Naomi menjadi seorang pelayan di rumah mewah itu selama 5 tahun? Apa yang akan terjadi padanya setelah 5 tahun berlalu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon CHIBEL, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 25 - Cerita masa lalu dan panggilan video
"Bibi pernah melihatku sebelumnya?" tanya Naomi pada Bibi Sarah. Keduanya tengah melipat pakaian sebelum siap di setrika.
"Bibi melihatmu setiap hari," balas Bibi Sarah tanpa menolah ke arah Naomi.
Foto yang di temukan di ruang kerja Tuan Bara pagi ini menimbulkan tanda tanya besar di otaknya. Dia tidak mungkin bertanya langsung kepada pemilik rumah, jadi dia memutuskan bertanya pada Bibi Sarah yang sudah bekerja di sini sedari lama.
"Maksudku sebelum aku bekerja di sini. Apakah Bibi pernah melihat seseorang yang terlihat sepertiku?" jelas Naomi lebih spesifik.
Bibi Sarah menaruh baju yang sudah di lipat ke dalam keranjang, dia mulai melihat wajah Naomi dengan lamat. Otaknya yang tidak lagi muda mencoba mengingat-ingat jika dia pernah melihat seseorang yang memiliki rupa sama dengan wanita muda di depannya.
Ingatannya kembali ke masa saat pertama kali datang ke rumah ini. Saat itu Tuan Bara adalah pengantin baru yang menikahi kekasih hatinya. Wanita cantik dan baik hati yang hanya bisa menemani sang buah hati hingga berusia 10 tahun.
Mata Bibi Sarah berkaca-kaca, "Pantas saja saat pertama kali melihatmu, Bibi tidak asing dengan wajah ini," ucapnya. Tangan yang sudah mulai keriput itu mengelus wajah Naomi perlahan.
"Maksud Bibi?" tanya Naomi penasaran.
"Aku melihat wajah ini 30 tahun yang lalu. Wajahmu ini mirip dengan wajah Nyonya rumah ini saat masih muda," jelas Bibi Sarah.
Naomi mematung di tempat, jika Bibi Sarah mengatakan "Nyonya rumah" berarti dia adalah istri Tuan Bara dan Ibu dari Gama? Jadi foto itu adalah foto keluarga kecil Maharaja?
"Nyonya Nia adalah wanita cantik dan lemah lembut, karena tumor otak yang di deritanya saat itu, dia harus kembali ke pangkuan Tuhan dan meninggalkan Tuan Bara dan Tuan muda selama-lamanya," ucap Bibi Sarah bercerita.
Awalnya Naomi kira Tuan Bara bercerai dengan istrinya, tak disangka ternyata ada kisah sedih dibalik kesendiriannya. Apakah ini alasan Gama selalu mengatakan jika dia berbeda dengan wanita lain? Karena rupanya yang hampir mirip dengan sang Ibu?
Haruskah sekarang dia percaya cerita ibunya yang mengatakan jika setiap orang memiliki 7 kembaran di dunia ini?
"Tadi pagi aku melihat foto wanita yang wajahnya mirip denganku di ruang kerja tuan Bara, jadi aku bertanya pada Bibi karena hanya Bibi yang sudah bekerja di sini dari lama," jelas Naomi lebih dulu.
Bibi Sarah tampak terkejut, "Kamu melihatnya?"
Naomi lantas mengangguk, "Sebenarnya tidak sengaja, aku menjatuhkan kotak di atas lemari buku, saat membereskannya aku melihat foto tersebut."
Bibi Sarah menghela napas panjang, "Setelah kematian Nyonya, semua benda yang menyangkut tentangnya di simpan rapat, hanya Tuan Bara yang tau di mana. Kematian Nyonya membuat sepasang ayah dan anak itu terpukul."
"Hari itu keadaan Nyonya semakin parah, tapi Tuan Bara sedang mengurus proyek di luar negeri, sedangkan tuan muda sedang melakukan studi tour sekolah. Hanya Bibi yang menunggu Nyonya di rumah sakit hingga napas terakhirnya," lanjut Bibi Sarah.
Naomi menyeka pipinya yang sudah basah, air matanya turun begitu saja saat mendengar cerita itu.
"Lambat laun, Tuan Bara semakin gila kerja hingga tuan muda merasa terabaikan, hingga membuatnya menjadi pribadi yang keras dan salah pergaulan."
Sore itu, Naomi habiskan untuk mendengar cerita masa lalu tentang keluarga Maharaja.
...****************...
"Kamu sedang apa?" tanya Gama yang wajahnya terpampang jelas di layar ponsel Naomi.
Hari sudah malam, Naomi bahkan sudah berada di kamarnya. "Hanya bersantai," balasnya.
Wajah tampan Gama tampak kelelahan, seharian ini dia harus visit proyek barunya dan rapat dengan beberapa investor yang ikut menyokong proyeknya.
"Kamu gak ada niatan mau nyusul aku gitu?"
Mendengar hal itu Naomi tertawa kecil, "Masih aja ya."
Niat? Tentu saja Naomi memilikinya, tetapi dia sudah berjanji pada dirinya sendiri untuk tidak keluar rumah ini jika tidak benar-benar mendesak.
"Pasti di sana udah malem banget, kan di sana lebih cepat satu jam," kata Naomi mengalihkan pembicaraan.
Gama mendengus kesal, tetapi tidak sampai satu detik dia merubah ekspresinya. Tujuannya melakukan panggilan video karena ingin melihat Naomi sebagai obat lelahnya, jadi dia tidak akan merusak suasana.
Pada akhirnya dia mengangguk, "Kalau kamu udah mau keluar nanti kita kesini. Aku yakin kamu pasti suka," balasnya.
Tentu saja Naomi akan suka, memangnya siapa yang tidak ingin pergi ke tempat yang memiliki julukan Pulau Dewata? Pulau yang terkenal dengan pantai dan adat istiadat yang masih kental, banyak pelancong dan turis yang rela terbang jauh untuk melihat keindahannya.
Naomi tersenyum kecil, "Iya, kapan-kapan," jawabnya.
Gama yang awalnya duduk di kursi kini merebahkan tubuhnya di atas kasur hotel. Yang tadi hanya wajahnya yang memenuhi layar ponsel, kini Naomi bisa melihat jika pria itu masih mengenakan kemeja.
"Kamu belum mandi, Mas?" tanyanya.
Gama lantas menggeleng dan menaruh pipinya di atas bantal. "Aku baru selesai makan malam sama tamu, balik hotel langsung telpon kamu ini," ungkapnya.
Naomi melihat jam yang menggantung di kamarnya, pukul 21.25. Berarti di tempat Gama sudah pukul 22.25. "Mandi dulu, Mas. Gak baik mandi malam-malam, nanti kita sambung lagi," perintahnya lembut.
Gama masih terlihat ogah-ogahan untuk meninggalkan kasur, "Besok aja aku telpon kamu lagi, kamu juga perlu istirahat," balasnya. Setidaknya hari ini dia sudah melihat wajah kesayangannya.
Tanpa lama Naomi mengangguk, dia memang sudah mengantuk sedari tadi. "Pakai air hangat ya, Mas."
Gama memberikan jempolnya, "Oh iya, besok kayaknya aku agak senggang. Kamu mau oleh-oleh apa?" tanyanya.
Naomi tampak berpikir, setelah beberapa saat dia tersenyum. "Oleh-olehnya kamu pulang dengan selamat, Mas. Ya udah aku tutup teleponnya, sampai jumpa."
Bukan tanpa alasan Naomi menutup panggilannya sepihak, dia sangat malu saat mengatakan kalimat yang terdengar seperti gombalan itu. Jadi jangan sampai Gama melihat wajah malunya dan berakhir mengejeknya.
Bersambung
Terima kasih sudah membaca 🤗 Jangan lupa like komen dan subscribe biar author tambah semangat
naomi hrus kuat
itu orang iri jgn d pkir kn naomi
senang x baca novel yg ini