Diego Murphy, dia adalah seorang pembunuh berdarah dingin, dan dia juga adalah seorang mafia yang telah mendedikasikan hidupnya untuk mengabdi kepada klan Dark Knight. Bahkan dia telah mendapatkan julukan sebagai The Killer, siapapun yang menjadi targetnya dipastikan tidak akan pernah bisa lolos.
Ketika dia masih kecil, ayahnya telah dibunuh di depan matanya sendiri. Bahkan perusahaan milik ayahnya telah direbut secara paksa. Disaat peristiwa kebakaran itu, semua orang mengira bahwa dirinya telah mati. Padahal dia berhasil menyelamatkan dirinya sendiri.
Setelah beranjak dewasa, Diego bergabung dengan sekelompok mafia untuk membalaskan dendamnya dan ingin merebut kembali perusahaan milik ayahnya.
Disaat dia melakukan sebuah misi pembunuhan terhadap seorang wanita, malah terjadi sebuah insiden yang membuat dia harus menjadi menantu dari pembunuh ayah kandungnya sendiri. Sehingga dia terpaksa harus menyembunyikan identitasnya.
Apakah Diego berhasil membalaskan dendamnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DF_14, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27
Hari demi hari berlalu, Diego semakin jengkel dengan kehadiran Vanessa di rumahnya. Rencananya untuk ingin membuat wanita itu hidup menderita, sehingga Diego menginginkan mereka berdua tinggal di rumahnya yang sederhana itu. Tapi ternyata rencananya gagal, yang ada hidup Diego yang menderita dengan kehadiran wanita itu.
Diego membuat peraturan bahwa Vanessa harus menjalankan tugasnya sebagai seorang istri, yaitu memasak dan beres-beres rumah. Bukannya rumah tersebut menjadi bersih, tapi malah dibuat seperti kapal pecah. Membuat kepala Diego dibuat pusing tujuh keliling.
Bahkan ketika Vanessa sedang memasak, padahal hanya memasak chicken crispy saja, tapi bisa membuat dapurnya berantakan seakan telah terjadi gempa yang dahsyat. Dan yang lebih parah lagi, masakannya sangat tidak enak. Masakan terburuk yang pernah Diego makan.
"Hhh... seharusnya aku berpikir seratus kali untuk menikah dengannya." Keluh Diego sambil memasak nasi goreng di dapur.
Terlihat ada satu buah koyo cabe menempel pada keningnya Diego. Mungkin karena dia sangat merasakan kepalanya pusing dengan ulah wanita itu. Selama tiga hari dia menjadi suaminya Vanessa, dia belum bisa merasakan tidur dengan nyenyak. Apalagi Vanessa selalu ingin tidur di kamarnya dengan alasan belum terbiasa dengan suasana di rumahnya Diego.
Setelah selesai memasak, Diego pun segera membawa sepiring nasi goreng tersebut ke ruang makan. Dia melihat Vanessa yang sedang memainkan omlet masakannya dengan sendok, mungkin karena dia sangat menyadari bahwa masakannya tidak enak.
Vanessa tersenyum lebar ketika melihat Diego yang sedang berjalan menuju ruang makan, dia pikir Diego memasak juga untuknya. Tapi rupanya pria itu hanya memasak untuk dirinya sendiri. Padahal dia sangat merasakan lapar.
Vanessa memang sangat berhati-hati dalam soal makanan. Karena itulah dia jarang makan di luar, kecuali di beberapa restoran yang berada di bawah naungan perusahaan Murphy Group. Karena itulah di mansion ayahnya terdapat chef khusus yang akan memasak apapun yang Vanessa inginkan.
"Hanya satu piring? Kamu memasak hanya untuk dirimu sendiri?" Protes Vanessa dengan nada kesal ketika melihat Diego meletakkan satu piring nasi goreng di atas meja.
"Hm. Lain kali kamu harus belajar memasak lagi. Omlet buatan kamu sangat asin dan belum matang." Makanya Diego tadi sempat muntah ketika mencicipi masakan Vanessa.
Vanessa tidak menjawab apa-apa, wanita itu hanya memanyunkan bibirnya. Mungkin karena dia merasa bahwa suaminya sangat pelit sekali.
Diego ingin memulai makan, tapi entah mengapa Diego tidak tega melihatnya, karena memang dia memasak nasi gorengnya kebanyakan. Sehingga dia pun membawa piring kosong di atas meja, lalu membagi dua nasi goreng buatannya itu. "Aku memasak nasi gorengnya terlalu kebanyakan. Lebih baik bagi dua saja dengan kamu."
Vanessa bukan main senangnya setelah mendengar perkataan Diego.
"Hm, okelah. Karena aku sangat lapar setelah membereskan rumah seharian di rumah, jadi aku harus coba mencoba nasi goreng buatan kamu ini." Jawab Vanessa, sambil membawa nasi goreng tersebut.
"Kamu tidak membereskan rumah, tapi kamu malah membuat rumah aku berantakan." Diego mengkoreksi perkataan Vanessa.
"Lagian salah kamu sendiri, untuk apa kamu menyuruh aku beres-beres rumah? Kenapa kita tidak memperkejakan pelayan saja di rumah ini?" Vanessa mengusulkan keinginannnya untuk mempekerjakan seorang pelayan di rumahnya Diego.
"Aku tidak suka tinggal bersama dengan orang asing." Jawab Diego sambil melahap nasi goreng buatannya.
Vanessa mengerutkan keningnya, "Kenapa?"
Diego menghela nafas dengan dengan kasar, "Cepatlah makan. Jangan banyak bicara!"
Vanessa pun mendengus kesal, suaminya itu sungguh adalah pria yang paling menyebalkan di dunia ini. Dia segera mencicipi nasi goreng buatan Diego. Vanessa mengerjapkan mata, rupanya masakan Diego sangat enak sekali.
"Apakah kamu seorang chef? Masakan kamu sangat enak sekali!"
Diego tak menjawab pertanyaan dari Vanessa, pria itu sedang sibuk dengan sarapan paginya.
"Besok aku akan mulai masuk kerja. Aku akan meminta ayahku untuk mempekerjakan kamu di perusahaan." Vanessa mengambil waktu tiga hari untuk cuti honeymoon, padahal dia dan Diego tidak pergi kemana-mana. Hampir setiap hari diantara mereka ada saja yang harus diributkan.
"Oke." Diego menjawabnya dengan singkat. Padahal memang itu tujuan utamanya menikah dengan Vanessa, karena dia ingin masuk ke dalam perusahaan milik ayah kandungnya itu dan dia pun ingin menyelidiki tentang Pram.
"Mumpung aku masih libur. Aku akan mengajari kamu bagaimana caranya menembak. Walaupun aku seorang wanita yang peminim dan anggun, tapi aku cukup mahir dalam menembak." Vanessa sedang membanggakan dirinya sendiri, bahwa seolah-olah wanita itu sangat jago menembak.
Andai saja Vanessa tahu latar belakang yang sebenarnya sang suami, bahwa sebenarnya Diego adalah seorang pembunuh berdarah dingin dan seorang sniper yang handal.
"Hm oke, aku ingin tahu seberapa hebat kamu menjadi seorang penembak." Jawab Diego, penasaran.