NovelToon NovelToon
Mean

Mean

Status: sedang berlangsung
Genre:Berbaikan / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Keluarga / Persahabatan / Cinta Murni / Romansa
Popularitas:2k
Nilai: 5
Nama Author: WILONAIRISH

SEASON 2 NOT CONSIDERED

Melewati masa kritis karena tragedi yang menimpanya, membuat seorang Elina trauma pada penyebab rasa sakitnya. Hingga dia kehilangan seluruh ingatan yang dimilikinya.

Morgan, dia adalah luka bagi Elina.

Pernah hampir kehilangan, membuat Morgan sadar untuk tak lagi menyia-nyiakan. Dan membuatnya sadar akan rasa yang rupanya tertanam kuat dalam hatinya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon WILONAIRISH, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 10

Morgan merasa benar-benar dibuat kesal kemarin karena gangguan Shella, akhirnya Viola berhasil kabur dan tak bisa ia temukan setelahnya. Padahal kemarin adalah kesempatan yang bagus untuk mencari jalan bertemu Elina.

Namun gara-gara Shella, wanita tak tau malu itu. Arghhh Morgan dibuat kesal setengah mati kalau mengingat hal itu. Apalagi sekarang pastinya akan sulit untuk menemui Viola. Karena wanita itu pasti akan sengaja berhati-hati supaya tak bisa ditemukan olehnya.

Hari ini, ia tak ada mata kuliah. Jadi bisa bersantai di rumah barunya dan melakukan rutinitas seperti biasa. Yaitu menatap wajah cantik Elina dari jarak jauh. Meskipun tak cukup puas, namun bisa sedikit mengobati rasa rindunya.

Morgan mulai memposisikan dirinya untuk melihat dengan jelas wajah Elina. Namun ada sesuatu yang membuatnya begitu terkejut. Bukan hanya terkejut, tapi dadanya tiba-tiba serasa terbakar. Siapa pria itu?

Elina bahkan terlihat mengulas senyumannya saat berinteraksi dengan pria itu. Apakah pria itu yang kemarin Elina dan Viola lihat dari ponsel? Memikirkan hal itu membuat pikirannya semakin tak karuan.

Semakin lama diperhatikan, kenapa Elina terlihat begitu nyaman bersama pria itu. Wah ini tak bisa dibiarkan begitu saja bukan? Dengan terburu-buru Morgan segera menghubungi nomor Viola.

Namun nihil yang ia dapatkan, rupanya nomor sudah diblokir oleh sahabat kekasihnya itu. Rupanya Viola benar-benar sudah tak mau ikut membantunya lagi. Sia*. Umpatnya.

Ditengah kebingungannya yang melanda, tiba-tiba Morgan teringat orangtuanya. Ya, mamanya kemungkinan bisa membantunya. Apalagi hubungan mamanya dan kedua orangtua Elina cukup baik.

Tanpa pikir panjang lagi, Morgan segera menghubungi sang mama. Pada deringan ketiga akhirnya diangkat lah panggilan darinya itu.

"Ma, ada yang aku Morgan ceritain tentang El. Mama bisa pulang dalam waktu dekat ini?" tanya Morgan dengan penuh harap.

"Ada apa, Sayang? Kalian baik-baik aja kan, Elina kenapa?" tanya mama dengan penasaran.

"Ini gak bisa dibicarain lewat telpon, Ma. Harus langsung, takut ada kesalahpahaman." Jelas Morgan dengan bujuk rayunya.

"Ya udah, Mama usahakan. Mama juga harus menyesuaikan jadwal Papa soalnya." Jelas mama lagi.

"Yes" dengan rasa bahagia dalam hatinya, Morgan benar-benar antusias. Bagaimana bisa ia melupakan pahlawan yang tentu akan pasti bisa membantunya.

Huh kalau ingat ada mamanya, pasti dirinya tak akan susah-susah meminta bantuan Viola yang malah seolah mengkhianatinya sekarang.

Morgan tersenyum puas, kembali mengamati kegiatan Elina. Tapi rupanya pemandangan yang didapatinya semakin membuat dirinya kepanasan. Bagaimana tidak, Elina terlihat sedang diusap puncak kepalanya oleh pria itu.

"Siapa pria itu sebenarnya?" gumamnya dalam hati.

Masih asik mengamati kegiatan Elina dan pria itu, Morgan dikejutkan oleh dering ponselnya yang berbunyi. Rupanya wanita ular itu, Morgan tak berniat mengangkatnya.

Namun mengingat tentang pria yang sedang bersama Elina. Membuat Morgan menepis niatnya, ia berniat mengangkat panggilan dari Shella dan akan memanfaatkan wanita itu.

"Morgan, akhirnya lo angkat telpon gue. Gue tau kalau lo butuh bantuan buat ketemu El kan? Gue bisa bantu lo, gue jamin." Ujar Shella dengan nada yakinnya.

Morgan berpikir, dirinya sudah memiliki pahlawan untuk membantunya menemui Elina. Jadi tak butuh Shella untuk saat ini dalam urusan itu. Tapi ia butuh dalam menyelidiki pria itu.

"Gue butuh lo lakuin sesuatu." Ujar Morgan dengan datar.

***

Setelah lama pergi LN meninggalkan putrinya, kedua orangtua Elina akhirnya kembali ke tanah air. Namun kali ini kepulangan tak hanya berdua, melainkan bersama seorang pria tampan.

"Tante, itu siapa?" tanya Bianca dengan mencuri pandang pria itu.

Mama Reta tersenyum. "Ini namanya Rozer, anaknya teman Mama." Jelasnya menatap dalam Elina, sekaligus menjawab pertanyaan Bianca.

"Mama sengaja ajak Rozer biar bisa bantu kamu juga dalam proses pemulihan. Karena sahabat kamu cewek semua, Papa juga gak selalu bisa jagain kamu setiap jam. Jadi Mama bawa teman baru yang bisa diandalkan untuk kamu dan kalian berdua." Jelas Mama mengulas senyum manisnya.

Elina, Viola, dan Bianca mengangguk paham, meskipun rasa tak masuk akal alasan mamanya. Namun sudahlah, terserah mamanya saja mau bagaimana.

"Ya udah sana, kalian ngobrol bareng dulu biar lebih kenal." Titah mama menyuruh mereka untuk ke tempat santai Elina dan teman-temannya seperti biasa.

Mereka semua menurut, dan benar-benar ke tempat mereka biasanya menghabiskan waktu. Duduk berempat dengan saling memandang satu sama lain. Kentara sekali ada kecanggungan di sana.

Hingga akhirnya Rozer yang menyudahi situasi tak nyaman itu.

"Gue belum tau nama-nama kalian" ujar Rozer menaikkan sebelah alisnya dengan senyuman tipis di bibirnya. Ketampanannya sungguh bertambah berkali-kali lipat.

Mereka sempat terpesona namun hanya sekejap, kecuali Elina yang biasa saja. Entah mengapa tak merasakan getaran terpesona apapun.

"Gue Bianca" akhirnya Bianca yang memulai dulu memperkenalkan diri setelah tersadar dari rasa terpesonanya.

"Gue Viola, dan Elina lo pasti kenal dong." Ujar Viola dengan santainya.

"Tentu. Tante Reta udah banyak cerita soal El." Jawab Rozer menatap Elina dengan lekat.

Mengundang pemikiran macam-macam dalam pikiran Viola dan Bianca. "Kayaknya Tante Reta mau jodohin mereka" bisik Bianca di telinga Viola.

"Gak mungkin lah, mana mungkin Tante Reta masih kuno begitu." Ujar Viola ikut berbisik, rasanya tak mungkin.

"Ya udah biarin mereka kenalan aja deh" Bianca menarik tangan Viola untuk menghindari kedua insan itu.

"Kalian mau kemana?" tanya Elina yang bingung dengan kepergian kedua sahabatnya itu.

"Kita lagi ada tugas kuliah, El. Tadi bener-bener lupa mau ngerjain, besok dikumpul soalnya." Jelas Bianca kemudian berlalu masih tetap menggandeng Viola.

"Tapi .." belum sempat mengucapkan kalimat lengkapnya, mereka sudah pergi tak terlihat lagi.

"Huh"

"Kenapa, lo gak nyaman berdua sama gue?" tanya Rozer yang menangkap ketidaknyamanan Elina.

"Eh enggak kok, cuma biasa ditemenin mereka jadi ada yang hilang aja rasanya." Kilah Elina, padahal benar apa yang Rozer bilang.

Rozer mengangguk dan mulai mengajak Elina mengobrol secara santai. Rupanya Elina terlalu berpikir berlebihan, karena ternyata Rozer bisa membuatnya senyaman saat ini.

Rozer bisa membuatnya nyaman lama-lama mengobrol dan berbincang bersamanya. Seolah Elina merasa merasa seolah telah lama mengenal Rozer.

"Lo asik ternyata" gumam Elina tanpa sadar.

Mengundang kekehan Rozer kemudian mengacak rambut Elina dengan gemas, dan berakhir mengusapnya. Elina pun membiarkan Rozer melakukannya.

"Lo juga lucu, menggemaskan" ujar Rozer mengulas senyum manisnya.

Membuat Elina tersipu karena perkataannya itu. "Udah deh, nanti gue jadi malu." Ujar Elina dengan menahan rasa malunya.

"Iya-iya gue berhenti deh" akhirnya Rozer berhenti menggoda Elina meskipun itu menggemaskan menurutnya melihat wajah malu Elina.

Next .......

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!