Tidak pernah terbersit dibenaknya untuk menikah dalam waktu dekat, Namun karena kebodohan sang adik, yang ingin dirinya cepat menikah, Membuatnya terpaksa harus menikahi laki-laki yang bertubuh gemuk, berjenggot juga berkumis dan satu lagi berkacamata tebal.
"Apa ini karma?" ucap Julya saat dirinya melihat pantulan wajahnya dicermin, dengan riasan khas pengantin wanita.
"Iya benar ini karma bagiku, yang sering menyakiti hati pria." ucapnya lagi yang sadar sudah menolak banyak pria, yang datang melamarnya.
"Dan sepertinya kamu yang paling sakit hati. Riski. Maaf."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ade Diah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Aku usahakan
Junny yang melihat betapa bersemangatnya Julya, langsung tersenyum, karena berpikir jika Julya sudah membalas perasaan Radit, dan karena alasan itulah Junny langsung menggoda Julya terlebih dulu, sebelum memberitahu apa yang ingin diketahui Julya.
"Cie, cie. dulu benci sekarang sudah cinta, sampe pengen disentuh segala." ucap Junny sambil tersenyum menggoda sang kakak.
"Apa sih, gak yah. kakak belum cinta." Elak Julya karena dia benar-benar tidak merasa sudah mencintai Radit.
"Lah terus, kenapa pengen banget disentuh kakak ipar, Hem?" ucap Junny tak percaya dan masih konsisten dengan senyumannya yang membuat Julya jengkel tentu saja.
"Sudah tahu jawabannya, tapi masih tanya kenapa?" jawab Julya ketus.
"Tahu sih, tapi setelah lihat kakak yang terlalu bersemangat, jadi ragu jika itu alasannya."
"Ya sudah sih kalau gak percaya!" ucap Julya yang langsung beranjak dari duduknya, karena kesal terus digoda sang adik.
"Eh kok marah, ya udah aku kasih tahu." ucap Junny dan Julya kembali duduk dihadapan Junny dan langsung berkata "Apa?"
"Emmm. Tapi aku ragu kakak mau melakukannya."
"Dasar, belum apa-apa sudah berkata seperti itu."
"Baiklah-baiklah, jangan marah lagi, nanti cepat tua. Tahu rasa, dan sekarang dengarkan aku dengan baik!"
"Ya." jawab Julya yang kini mulai agak malas, karena dari tadi Junny tidak juga menjawab pertanyaannya, terbersit pula dibenaknya jika junny tidak tahu cara menormalkan Radit.
"Perk*s* dia."
Hening tidak ada tanggapan dari Julya, karena kaget jika itu adalah cara yang disarankan Junny, dan itu tidak pernah terbersit dibenaknya sama sekali.
"Tuh kan aku bilang apa, pasti kakak tidak akan sanggup melakukannya." ucap Junny yakin akan perkiraannya, Karena reaksi Julya sekarang mencerminkan jika dia tidak akan bisa, atau tidak mungkin melakukan apa yang disarankan Junny.
Namun tidak lama prasangka Junny terbantahkan saat Julya berkata "Bagai mana cara memulainya?"
"Heh, kakak beneran mau?" Sungguh Junny tidak menduga jika sang kakak mau melakukan saran darinya.
"Ya." ucap Julya yakin dan Junny memberitahu langkah-langkah apa saja yang harus dilakukan Julya.
Julya mulai meragu setelah mendengar apa saja yang harus dia lakukan, takut belum apa-apa Radit sudah bangun dan malah memarahinya karena sudah bertindak lancang.
"Ya sudah gih, cepat praktekkan!" ucap Junny mengusir Julya. Agar bisa secepatnya direalisasikan.
Namun julya tidak meng iyakan ucapan Junny, pasalnya malam belum begitu larut dan mereka pun belum makan malam.
"Aduh... saking semangatnya bergosip kakak sampai lupa jika kita belum makan malam dan kamu juga belum minum obat, Ya sudah kakak tinggal, dan ingat jangan terus meratapi nasib." pesan Julya takut-takut sang adik terlalu meratapi nasibnya yang bisa dibilang menyedihkan.
"Aku usahakan." Ucap Junny yang tidak bisa berjanji. Karena jujur dia tidak bisa jika tidak meratapi nasibnya yang malang.
Julya yang ingat belum menyiapkan makan malam tentu langsung ke area dapur, dan sungguh diluar perkiraan. Ternyata Radit sudah membeli banyak makanan. Terbukti dengan banyaknya bungkus makanan dari sebuah Restoran yang dia ketahui, berjejer diatas meja makan
"Ini kapan datangnya, kenapa aku tidak tahu." tanya Julya pada Radit yang tengah sibuk membuka satu persatu bungkusan makanan.
"Barusan, mungkin karena terlalu fokus bergosip jadi tidak terdengar." ucap Radit dan Julya hanya mengangguk. Tanpa berpikir jika ucapan Radit bermakna sesuatu.
Julya yang bermaksud ingin membantu menyalin makanan langsung ditahan Radit, karena Radit ingat jika Julya belum membersihkan tubuhnya, terbukti dengan pakaian yang masih sama seperti saat mereka baru pulang.
Julya hanya bisa patuh, karena tatapan Radit sudah sangat menjelaskan jika laki-laki itu tidak mau mendengar sepatah katapun bantahan dari mulutnya.
Radit yang melihat Julya mulai melangkah meninggalkan area dapur, kini terbayang akan rencananya, dan tanpa sadar bibirnya menipis. Menbuat Junny yang datang kearea dapur karena ingin membantu Julya memasak langsung ikut tersenyum.
"Cie, cie, ada apa nih kok senyum-senyum sendiri?" sontak ucapan Junny membuat Radit memasang wajah dinginnya lagi, dan langsung mempertanyakan maksud kedatangan Junny kearea dapur, dan Junny langsung mengatakan tujuannya datang kearea dapur.
ceritanya bagus
mampir kenovelku juga jika berkenan/Smile//Pray/
maaf, ya. keknya aku terlalu ikut campur sama dialog kamu🙏