Kisah cinta dua sejoli, yang kembali terjalin setelah beberapa tahun terpisah, kini diuji kembali. Sosok dari masa lalu yang mencoba menghancurkan hubungan mereka, hingga membuat keduanya berada dalam pilihan yang sulit, bahkan hampir meregang nyawa.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SangMoon88, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 24
Hari ini merupakan hari yang sangat berbahagia bagi Raisya, Al, papi dan para sahabatnya, namun tanpa mereka sadari ada sepasang mata yang menyaksikan itu dan merasa tidak suka.
Setelah makan siang istimewa itu, mereka memutuskan kembali ke kantor. Namun saat hendak masuk menuju gedung Raisya dipanggil oleh seseorang yang berada dibelakangnya.
"Bu, Raisya!"
Raisya dan yang lainnya dengan spontan menengok ke arah sumber suara.
"Ya, ada apa Pak Ivan?"
"Maaf mengganggu bu, tadi saya mencari ibu, karena klien menelepon dan meminta kita untuk menemuinya pukul 14.00 siang ini bu!" ucap Ivan dengan terbata-bata sambil mengatur nafasnya yang ngos-ngosan.
"Kenapa kamu gak hubungi saya saja?"
"Saya sudah menelepon ponsel ibu, tapi gak diangkat-angkat bu!"
Raisya merasa bahwa sedari tadi ponselnya tidak berdering, kemudian ia memeriksa ponselnya, ternyata ponselnya mati, ia lupa mengisi daya, lalu sambil menepuk jidatnya ia meminta maaf kepada Ivan.
"Apa kita bisa pergi sekarang bu, takutnya macet dan waktunya sudah mepet." ajak Ivan.
"Ah baiklah, pak bos, Pak Al, dan semuanya, saya pamit dulu ya, permisi!" pamit Raisya kepada semuanya.
Mereka mengangguk, lalu Raisya masuk ke dalam mobil, sudah ada Bernard, dan Tyo menunggu di mobil, kini mereka berempat pergi ke tempat klien mereka meninggalkan Al, dan yang lainnya didepan gedung.
Al sempat termenung, ia benar-benar merasa tidak asing dengan Ivan, namun lamunannya dibuyarkan oleh papi yang menepuk pundaknya lembut.
"Ayo son!" ajak papi untuk masuk.
Mereka kembali keruangan masing-masing dan melanjutkan pekerjaan seperti biasa, namun tidak dengan Al.
Seperti ada yang sedang mengganggu pikirannya, Al hanya termenung didepan layar laptopnya. Papi yang melihat ada yang sedang dipikirkan oleh anaknya, lantas bertanya.
"Apa yang mengusik pikiranmu son?"
"Pi, apa papi masih mengingat pria bernama Vandi, dia satu sekolah denganku saat SMA, kami bertengkar dan dia harus dikeluarkan secara tidak terhormat karena menyebabkan Yoana terluka karena menolongku?" tanya Al kepada papi nya.
Papi terdiam hendak berpikir, kejadian itu memang lama sekali, Al berharap papi masih mengingatnya, karena papi yang membantu mengurus kejadian itu.
"Ah iya, papi ingat, dia seniormu yang mengalani cidera lalu menuduhmu ada hubungan dengan anak cheerleader itu kan, Yoana, iya Yoana namanya!" jawab papi memastikan.
"Benar, apa papi masih ingat pria itu?"
"Ya son, ada apa?"
"Apa mungkin Ivan dan Vandi itu bersaudara?Karena mereka begitu mirip." tanya Al lagi.
"Benar juga, pantas saja tadi papi tidak merasa asing saat melihatnya, namun setau papi, Vandi itu hanya anak tunggal, ia hanya tinggal berdua dengan sang ibu, karena ayahnya pergi saat mereka masih kecil, dan ibunya tidak pernah menikah lagi, sampai ibunya meninggal dan Vandi pun mengakhiri hidupnya." jelas papi.
"Apa Vandi meninggal?" Al terkejut mendengar penuturan sang papi.
"Benar son, itu kejadiannya saat tidak lama ia keluar dari sekolah itu."
"Tapi Al gak tau pi, kalo papi gak bilang, mungkin sampai kapanpun Al gak akan pernah tau!"
"Papi pikir kamu sudah tau, karena kejadian itu sempat menghebohkan ibu kota. Dan ramai di media."
Al terdiam, ia benar-benar tidak tau akan hal itu, ia kemudian mengingat kembali kejadian beberapa tahun silam.
Setelah kepergian Vandi dari sekolah, Al pun hanya fokus untuk menghadapi ujian kenaikan kelas.
Kenaikan pun tiba, dan sekolah diliburkan 2 minggu, Al dan keluarga memutuskan untuk liburan ke Jerman. Kecuali papi, karena papi tidak bisa meninggalkan perusahaan begitu saja, sampai akhirnya yang pergi adalah, Al, kedua adik kembarnya dan mami.
Sementara papi dan Andrew menetap di ibu kota, karena urusan perusahaan dan banyak pekerjaan yang harus diurus oleh keduanya.
"Kapan kejadiannya, dan bagaimana ceritanya pi, apa papih masih mengingatnya?" tanya Al penasaran.
Papi mengangguk, kemudian beliau menceritakan kronologinya.
...****************...
Flash back on
Setelah dikeluarkan secara tidak terhormat dari sekolahnya, Vandi jadi sering mengurung diri, bea siswanya pun dicabut, padahal selama ini ia bisa masuk sekolah itu karena bea siswa.
Karena sang ibu, hanya bekerja sebagai buruh cuci saja, sehingga Vandi sebagai seorang anak hanya bisa mengandalkan kecerdasannya untuk tetap bisa bersekolah.
Semenjak kepergian sang ayah diusianya yang baru menginjak 5 tahun, Vandi dipaksa harus berpikiran lebih dewasa dari umurnya.
Melihat kondisi sang ibu, karena sang ayah tidak pernah membiayai hidup mereka lagi, Vandi kecil bertekad ia harus tetap bisa sekolah agar bisa menjadi orang hebat, supaya bisa mengangkat harkat derajat keluarganya.
Ia ingin membuktikan kepada sang ayah bahwa tanpa dirinya, ia bisa menjadi orang hebat. Vandi kecil sering membantu ibunya berjualan makanan disekolah, sementara ibunya menjadi buruh cuci rumah ke rumah.
Tahun demi tahun pedihnya kehidupan menjadikan Vandi anak yang kuat dan cerdas. Ia selalu mendapat beasiswa karena nilai akademisnya yang bagus juga karena kesukaannya terhadap olah raga basket membuatnya mendapat nilai lebih.
Sampai akhirnya ia masuk ke SMA favorit melalui jalur beasiswa prestasi, bahkan rak jarang ia pun selalu mendapatkan juara dalam mengikuti pertandingan basket.
Hingga suatu hari ia mendapat cidera di kakinya, yang menyebabkan ia harus mengubur impiannya menjadi pebasket profesional, pamornya di sekolah sebagai idola basket pun tergantikan oleh anak baru yaitu Alvian.
Al bukan hanya rivalnya di dunia basket, namun juga dalam hal akademis. Vandi yang biasa menjadi juara sekolah kini tergeser posisinya oleh Al si anak baru.
Hal itu membuat Vandi tidak suka, lantas ia selalu uring-uringan dan melampiaskannya kepada sang kekasih yaitu Yoana.
Yoana dan Vandi berpacaran dari kelas 1, namun hubungan mereka harus kandas semenjak kehadiran Al.
Vandi berpikir bila Al telah merebut Yoana darinya, padahal Yoana dan Al hanya bersahabat, kedekatan mereka terjalin karena Al adalah ketua tim basket sedangkan Yoana adalah ketua tim Cheerleader disekolah itu.
Yoana sering curhat kepada Al mengenai hubungannya dengan Vandi yang menjadi toxic, bahkan Vandi berubah semenjak ia vacum dari basket dan membuat nilai akademisnya turun, parahnya lagi bukan hanya toxic karena kata-kata kasar yang diucapkan kepada Yoana, namun Vandi juga berani sampai bermain kasar kepadanya.
Al yang memang berhati baik, ia hanya berusaha menghibur Yoana yang sudah dia anggap seperti saudarinya sendiri, namun hal itu menjadi pemicu pertengkarannya dengan Vandi.
Sampai Vandi dikeluarkan dari sekolah, membuat ibundanya bersedih hingga sering sakit-sakitan sampai akhirnya meninggal. Vandi yang merasa dunia ini begitu kejam kepadanya, merasa gelap mata.
Ia merasa semua sudah meninggalkannya, dimulai dari sang ayah, teman-temannya disekolah, hingga sang kekasih, sampai sang ibu pun meninggalkannya dari dunia ini, memutuskan mengakhiri hidupnya dengan menggantung diri di rumah kontrakan mereka.
Hal itu baru diketahui oleh tetangga mereka setelah beberapa hari semenjak ibunya meninggal, dihari yang sama setelah memakamkan ibunya, Vandi pun mengakhiri hidupnya.
Bau busuk yang menyengat dari rumah itu, membuat para tetangga harus mendobrak rumah kontrakan Vandi, dan menemukan Vandi sudah kaku tidak bernyawa, tergantung dengan kulit membiru, mata terbelalak dan lidah yang menjulur.
Flash back off