Wang Lu adalah juara satu perekrutan Paviliun Longtian, mengalami kerusakan pondasi internal dan berakhir sebagai murid tak berguna.
Tak ada yang mau jadi gurunya kecuali… Wang Wu.
Cantik!
Tapi tak bisa diandalkan.
“Bagaimanapun muridku lumayan tampan, sungguh disayangkan kalau sampai jatuh ke tangan gadis lain!” ~𝙒𝙖𝙣𝙜 𝙒𝙪
“Pak Tua! Tolonglah! Aku tak mau jadi muridnya!” ~𝙒𝙖𝙣𝙜 𝙇𝙪
“Tak mau jadi muridnya, lalu siapa yang mau jadi gurumu?”~
Murid tak berguna, guru tak kompeten… mungkinkah hanya akan berakhir sebagai lelucon sekte?
Ikuti kisahnya hanya di: 𝗡𝗼𝘃𝗲𝗹𝘁𝗼𝗼𝗻/𝗠𝗮𝗻𝗴𝗮𝘁𝗼𝗼𝗻
______________________________________________
CAUTION: KARYA INI MURNI HASIL PEMIKIRAN PRIBADI AUTHOR. BUKAN HASIL TERJEMAHAN, APALAGI HASIL PLAGIAT. HARAP BIJAK DALAM BERKOMENTAR!!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jibril Ibrahim, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 8
Balai Umum…
Selalu menjadi pusat informasi!
Wang Lu menemui Penatua Keempat dan menanyakan kapan terakhir kali pria itu bertemu gurunya. “Apakah guruku mengatakan ingin pergi ke mana?”
“Lembah Xuèyuè!”
Lembah Xuèyuè adalah hutan pertarungan binatang atau pusat perburuan monster spiritual, disebut juga Kawasan Bulan Sabit Merah karena wilayah itu selalu diselimuti kabut berwarna merah. Dari ketinggian, lembah itu terlihat seperti bulan sabit berdarah.
Kebetulan aku bisa menguji Enam Denyut Nadi Dewa, pikir Wang Lu. Kemudian memutuskan untuk turun gunung tanpa sepengetahuan semua orang.
“Butuh tunggangan kilat, Tuan?”
Terdengar suara seseorang ketika Wang Lu menuruni gunung di jalan setapak. Suaranya begitu dekat di belakang Wang Lu dan sama persis dengan suara Wang Lu.
“Shéi-ya?!” pekik Wang Lu sembari menyentakkan kepalanya ke samping, mencari-cari pemilik suara melalui ekor matanya.
Tiba-tiba seekor ular mencuat dari balik bahunya, melongokkan kepalanya ke depan. Sepasang matanya berwarna biru laut, kulitnya putih mengkilat, bentuk kepalanya seperti kobra.
“WOAAAAAAAA!” Wang Lu serentak kelabakan. Melompat-lompat dengan kalang kabut sembari menepiskan ular itu dari bahunya.
BRUK!
Ular itu terlempar dan terjerembab di rerumputan dalam wujud seorang pemuda berambut putih, mengenakan hanfu putih—bertolak belakang dengan penampilan Wang Lu yang serba hitam, tapi wajahnya sangat identik dengan Wang Lu. Hanya saja iris matanya berwarna biru laut, dan sebuah ikat kepala perak melingkar di kepalanya dengan permata—lagi-lagi—berwarna biru laut di dahinya.
Penampilannya seperti Long Ziling, tapi wajahnya seperti Wang Lu.
“Siluman dari mana?” Wang Lu gelagapan.
“Saya bukan siluman,” gumam pemuda itu dengan wajah memelas, kemudian menarik bangkit tubuhnya dan menyeringai, ekspresi tololnya juga sama persis dengan Wang Lu. Ia membungkuk ke arah Wang Lu dengan kedua tangan tertaut di depan wajah, memberikan salam soja. “Perkenalkan, saya Mófǎng! Roh Kaisar Pedang yang akan melayani Anda mulai sekarang!”
“Roh pedang?” Wang Lu menyipitkan matanya. “Beraninya kau meniru wajah tampanku!’ gerutunya kemudian.
“Saya tak menirunya, Tuan,” tukas Mofang. Raut wajahnya memelas lagi. “Darah dan sumsum Anda yang membentuknya.”
Wang Lu menghela napas kasar dan berkacak pinggang. “Bisa jelaskan apa maksudnya tunggangan kilat?! Dan apa itu melayaniku mulai sekarang? Apa kau serius? Kau tidak sedang mempermainkanku, kan?”
“Tuan! Pertanyaan Anda banyak sekali?” protes Mofang dengan ekspresi konyol khas Wang Lu.
“Yang benar saja? Dia bahkan meniru ekspresiku!” gumam Wang Lu tercengang.
“Tentu saja, bagaimanapun saya adalah belahan jiwa Anda,” sahut Mofang balas menggumam. “Darah dari darahmu, tulang dari tulangmu.”
“Sudahlah, sudahlah!” sela Wang Lu cepat-cepat. “Sekarang katakan, bagaimana kau akan melayaniku?”
“Tuan mau ke mana?” tanya Mofang sambil membungkuk lagi.
“Lembah Xuèyuè!” jawab Wang Lu.
“Hao-le!” seru Mofang bersemangat, kemudian menerjang Wang Lu dan merasukinya.
SLASH!
Kaisar Pedang melesat keluar dari telapak tangannya, kemudian melayang setinggi dua kaki dengan posisi horizontal.
WUUUSSSSHHH!
Tubuh Wang Lu melejit dan mendarat di bilah pedang itu dengan ringan.
Lalu dalam sekejap pedang itu melesat dengan kecepatan komet.
“WUAAAAAAAAAAAAAAAAAA…!”
Teriakan Wang Lu melengking nyaring ke langit tinggi.
Saat berikutnya, Wang Lu jatuh terpuruk dan menjeluak sembari menekuk perutnya.
Rupanya penerbangan tadi membuat Wang Lu mabuk udara.
“Howwwek!”
“Tuan, Anda baik-baik saja?” tanya Mofang sembari menahan tawa.
“Bì zuǐ!” hardik Wang Lu sembari menjeluak lagi. “Howwwek!”
Mofang berdesis tertawa.
Wang Lu mencebik sembari merangkak ke bawah pohon, kemudian menyandarkan punggungnya ke batang pohon itu dan mengistirahatkan dirinya.
Di sekeliling mereka, terbentang hutan hijau yang indah. Pohon-pohon bambu yang langsing dan pohon-pohon persik tumbuh melengkung ke arah ngarai. Di baliknya, hutan tampak gelap karena ditumbuhi pohon-pohon besar seperti cemara, oak dan mapel.
Kabut tipis berwarna merah menyelimuti seluruh hutan seperti serbuk warna yang ditaburkan dalam perayaan Holi di Negeri Selatan.
Tak lama kemudian, ia sudah duduk bersila dalam posisi lotus dan menarik napasnya dalam-dalam, kemudian menautkan kedua tangannya di depan perut bagian bawah dalam sikap dhyana mudra—telapak tangan menghadap ke atas dengan ujung ibu jari saling menyentuh membentuk lingkaran.
Ia memejamkan matanya dan mulai berkonsentrasi, memulai meditasi.
Saat energi murni mengalir ke tubuhnya, sel-sel kulitnya berubah dengan cepat dan lapisan kekuatan jiwa menutupi permukaan kulit. Kondisi itu membantunya mengurangi pengaruh mabuk udara.
Perlahan, Wang Lu memasuki atmosfer yang misterius. Pernapasannya mengalir melalui frekuensi khusus, dan seluruh tubuhnya menyatu dengan lingkungan sekitar.
Sekitar satu jam atau lebih, jiwanya berputar dalam pikiran di lautan rohnya, dan di jantung pusaran jiwa, ada telur darah yang semakin besar dan lebih jelas.
Setelah telur darah benar-benar terbentuk, kekuatan jiwa murni mengalir dalam telur darah dan mengalir ke tubuh Wang Lu.
Ketika Wang Lu mengalir menyusur jiwa, bottleneck-nya dari batas yang tak bisa ia terobos, dengan mudah ditembus oleh jiwanya.
Bottleneck adalah istilah untuk menyebutkan suatu kondisi di mana kultivator secara kiasan menabrak dinding dalam pelatihan mereka dan tiba-tiba menjadi sangat sulit untuk melanjutkan latihan ke tahap selanjutnya.
Dalam proses mengamati jiwa yang dihantam jiwa, Wang Lu menemukan pengetahuan tentang Qinggong—ilmu meringankan tubuh.
Setelah menyelesaikan fragmen memori dalam benaknya, Wang Lu memiliki perasaan campur aduk dalam hatinya.
Wang Lu tak pernah bermimpi bahwa hidupnya akan berubah secara dramatis karena terlalu banyak direndam.
Pukulan terakhir Long Ziling dan penyatuan tulangnya dengan Kaisar Pedang telah menghantarkannya ke puncak tahapan dari Enam Denyut Nadi Dewa dan menyempurnakannya.
Sekarang dengan mudah ia menerobos ke ranah Diagram Kerajaan Langit tingkat satu.
Segel pertamanya terbuka.
Terobosan! Wang Lu bersorak dalam hatinya, menekan jantungnya dengan gembira.
Mengingat kondisi kultivasinya sebelum ini, membangkitkan Legenda Longtian setelah kerusakan pondasi internal, siapa yang akan percaya? Semua mata akan terpukau karenanya. Kondisi masuknya sekarang adalah keadaan kosong dari impian semua orang. Beberapa orang tak dapat masuk sekali seumur hidup.
Benar-benar berkah setelah bencana!
Wang Lu melompat berdiri dan memasang kuda-kuda, mencoba mempraktikkan apa yang baru saja didapatkannya.
“Teknik Qinggong dari Tujuh Diagram Kerajaan Langit menyebutkan Harta Karun dan Harmoni,” gumamnya sambil memutar jemari tangan di sisi tubuhnya. Apa maksudnya? pikirnya.
GROAAAAH!!
Cahaya berwarna biru laut berpendar dari telapak tangannya seperti lidah-lidah api biru.
“Untuk memahami nasib alam…” Wang Lu mendadak tertegun. Seluruh indranya spontan waspada.
Aura ini…
Wang Lu serentak mengedar pandang, “Kenapa aura spiritual di sini begitu kuat?” gumamnya. “Jangan-jangan ada harta karun alam!”
Wang Lu menarik kembali aura spiritualnya dan berjalan perlahan menelusuri sekitar.
Setelah berjalan beberapa puluh meter, ia berhenti di tepi ngarai.
Sesuatu di sela-sela akar sebatang pohon besar yang menjorok ke lembah menarik perhatiannya. Sebuah benda menyala seperti lentera sungai berbentuk bunga teratai yang mekar sebagian.
“Sungguh ada buah spiritual!” desisnya dengan takjub. Sepasang matanya spontan membulat dan berbinar-binar. “Sepertinya sudah akan matang!”
Wang Lu mendekat ke pohon itu dengan berhati-hati, kemudian membungkuk sembari menggosok-gosokkan kedua telapak tangannya.
Ia menggigit bibir bawahnya dan menyeringai, kemudian memetik buah spiritual itu.
Kaya mendadak! Ia menggumam senang dalam hatinya, kemudian mengantongi buah spiritual itu ke dalam Kantong Qinyang-nya—bukan Kantong Qinyang biasa, tapi kantong penyimpanan spiritual dengan kapasitas ruang ratusan kubik, sama fungsinya dengan cincin intrerspasial atau storage treasures—penyimpanan harta karun, disebut juga Kantong Kun.
Sekonyong-konyong tanah di bawah kakinya bergetar.
Terdengar geraman dalam.
Rupanya dia bukan satu-satunya yang menginginkan buah spiritual itu.
Seekor monster harimau sebesar badak merangkak mendekatinya. Punggungnya bercula tiga, taringnya seukuran tanduk banteng.
“Bùshì-ba…” erang Wang Lu sembari melengak.
Monster di depannya adalah satu dari yang terbuas, setingkat dengan kultivasi bela diri tingkat lima. Dilihat dari penampilannya, jelas-jelas sudah mulai berubah jadi siluman.
Dengan tingkat kultivasinya sekarang, Wang Lu tak yakin dapat mengatasinya.
Habislah sudah! katanya dalam hati.
Bagaimana ini? pikirnya.
Jangan lupa dukungan dari kang Authornya, hingga Wang Lu "susah" sekali untuk sial...
/Determined//Determined//Determined/
😅😅😅
Ingin menggaruk demua rahasia Long Tian ( Wang Lu )...