Arina khumaira putri seorang ibu rumah tangga, dengan 3 orang anak yg masih kecil yang dipanggil Bunda, Anak pertama bernama Muhammad Gala Samudera berumur 8 thn dipanggil Gala, Anak kedua seorang perempuan bernama Arumi Chintya Ananda berumur 3 tahun dipanggil Rumi, Anak ketiga bernama Muhammad Raihan Al Gibran di panggil Al.
Aku harus meninggalkan rumah bersama ketiga buah hatiku dan kota tempat kami tinggal secara diam- diam tanpa sepengetahuan suamiku dengan bantuan sahabatku astrid, akibat kekerasan fisik yang aku dapatkan dari suamiku seminggu yang lalu membuat aku membulatkan tekad ku untuk pergi meninggalkannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sha-Queena, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 11. Berpisah Demi Harga Diri
Aku dan Arina akhirnya meninggalkan rumah dinas papi dan pulang kembali ke kota M, sebelum meninggalkan kota tempat papi dinas, Arina minta berhenti di masjid karena kami belum melakukan sholat dhuhur, dikarenakan perdebatan aku dan kedua orang tuaku sehingga melupakan kewajiban itu.
Kami memasuki masjid untuk melakukan sholat dhuhur, dan kami berpisah karena aku ketempat laki-laki sedangkan Arina ketempat perempuan.
Setelah menunaikan kewajiban kami yang mana kami menjamak dengan sholat ashar, karena kita termasuk musafir dan jarak tempuh yang dilakukan lebih dari 60 kilo, sehingga kami memutuskan untuk menjamak sholat karena kita tidak tahu apa yang akan terjadi diperjalanan kita nanti.
Akhirnya kami melanjutkan perjalanan setelah melakukan kewajiban kami kepada Yang Maha Kuasa.
Selama perjalanan Arina hanya diam saja dibelakang aku, dan aku mengerti dia pasti sangat kecewa dan terluka dengan perlakuan dan perkataan kedua orang tuaku kepadanya.
Setelah menempuh perjalanan dalam waktu kurang lebih 3 jam, kami tiba dirumah Arina dan kami disambut oleh ibu Arina didepan pintu.
"Lho kalian sudah pulang nak? ibu kira kalian tibanya nanti malam" tanya ibu arina sambil menyuruh kami masuk kedalam rumah, namun Arina langsung mengatakan ke ibunya kalau aku mau langsung balik ke rumah kontrakan ku.
Aku tahu Arina sangat kecewa dan sakit hati dengan kejadian tadi dirumah dinas papi, dan saat ini aku ikuti saja dulu kemauan Arina yang mungkin ingin menyendiri dulu.
"Iya bu aku langsung balik karena masih ada yang mau aku urus dikantor, karena tadi komandan aku telpon makanya ini kami cepat balik" jawabku dengan membohongi ibu Arina dengan alasan aku ada urusan dikantor.
Yah mau bagaimana lagi kalo aku jujur sama saja aku juga akan menyakiti ibu orang yang aku sayangi.
"Iya deh nak kasian kamu pasti masih capek dari Kota P naik motor udah mau ke kantor lagi"
"Aku pamit bu...Srina...Assalamu Alaikum" pamitku ke Arina dan ibu tak lupa aku salim dan mencium tangan ibu.
"Waalaikum salam" jawab ibu dan Arina bersamaan.
Setelah pamit aku langsung melajukan motor aku ke rumah kontrakan aku untuk istirahat, dan menata kembali hati ini yang masih gundah gulana.
Sesampainya dirumah kontrakan ku aku langsung memasukkan motor ku kegarasi, dan masuk kedalam rumah buat istirahat sejenak, ingin hati untuk menelpon Arina untuk mengabarkan kabarnya apakah sudah baik perasaannya atau bagaimana.
Tak terasa sudah masuk waktu maghrib dan ternyata aku tertidur selama 1 jam di kamar.
Aku segera membersihkan diri dengan mandi sebelum ke masjid dekat kontrakan ku untuk melaksanakan sholat magrib.
Setelah melaksanakan sholat magrib dimasjid, aku mencoba menghubungi Arina untuk memastikan keadaannya baik-baik saja atau tidak.
Panggilan pertama tidak diangkat, aku coba lagi menghubunginya tetapi tetap sama tidak ada respon...akhirnya aku coba chat dia namun tidak terbaca, karena cuma centang dua dan belum berwarna biru tandanya belum dibaca.
Aku semakin gelisah dengan keadaan seperti ini, dimana hubungan aku bersama Arina jadi abu-abu, dikarenakan mami sama papi yang pemikiran mereka masih berdasarkan adat nenek moyang yaang menurutku itu sudah tidak masuk akal.
Hufftt....kuhembuskan nafasku secara kasar, dan segera ku ambil kunci motorku kemudian aku keluar untuk mencari makan malam untuk mengisi perutku yang sudah merasa lapar.
Aku memilih diwarung lesehan pinggir jalan untuk menikmati makan nasi ayam lalapan karena ini adalah makanan kesukaan aku dan arina....
Yah Arina kesayanganku itu orangnya sangat sederhana dan dia tidak memilih - milih tempat untuk makan, menurutnya selama tempatnya bersih dan nyaman walau dipinggir jalan dia ayo saja.
Setelah kupesan nasi ayam lalapan, aku mencari tempat duduk yang masih kosong, karena jam begini pasti ramai banyak yang datang buat makan malam...
Sambil menunggu pesananku, aku melihat hp ku apakah ada telpon dari Arina atau tidak dan ternyata tidak ada sedangkan chat aku pun belum dibaca nya.
Apakah dia tertidur atau kenapa ya tanyaku dalam hati.
Kucoba untuk positive thingking saja sambil menikmati makananku yang sudah ada dihadapanku.
Setelah makan aku segera membayar dan rencana mau langsung pulang saja kerumah, namun tiba-tiba sebelum aku naik ke motor hp aku berbunyi dan ku lihat itu telpon dari Arina....Alhamdulillah ucapku akhirnya dia telpon juga, dengan segera kuangkat telponnya.
"(Assalamu Alaikum sayang...)"jawabku
"(Waalaikum salam kak....kita boleh ketemuan ada hal yang penting akan aku bicarakan dengan kakak)
"(Mau bicara apa sayang kok aku jadi kepikiran)" jawabku lagi
"(Aku tunggu kakak sekarang di cafe tempat biasa kita ketemu ya karena aku sudah otw kesana)
"(Baiklah aku segera kesana kebetulan aku dekat dari cafe tersebut)" jawabku
"(Oke kak...Assalamu Alaikum)"
"(Waalaikum Salam)" jawabku kembali sambil ku masukkan hp ku kedalam saku jaket, dan kulajukan motorku menuju cafe yang menjadi tempat favorit aku dan Arina.
Hanya sekitar 10 menit aku tiba di cafe tersebut, dan kuparkir kan motorku ditempat parkir dan aku masuk kedalam dan melihat belum ada Arina didalam cafe, jadi aku segera ketempat favorit kami yaitu dipojok dekat dengan kolam ikan koi.
Tak berapa lama akhirnya Arina juga tiba di cafe dan langsung ke meja tempat aku duduk.
Aku langsung berdiri untuk menarik kursinya agar Arina bisa duduk.
"Makasih kak Fai" Arina berucap dan itulah dia hal sekecil apapun yang kulakukan untuknya tidak membuat dia gengsi untuk mengucapkan terima kasih
"Sama-sama sayang"jawabku
"Mau minum sama makan apa sayang?" tanyaku kembali ke Arina
"Jus nangka saja kak, tadi dirumah aku sudah makan jadi masih kenyang" jawab Arina
Kupanggil pelayan cafe nya untuk memesan dua jus buat aku dan Arina.
Setelah pelayan itu mencatat dan meninggalkan meja kami, aku pun langsung bertanya ke pada arina.
"Apa yang mau kamu bicarakan dek"tanyaku
Sambil menarik nafasnya dan menghembuskan secara perlahan dia mulai berbicara.
"Kak sebelumnya aku minta maaf jika apa yang akan aku sampaikan ini bisa membuat kakak sedih atau marah....huffft sebenarnya aku berat untuk mengatakan ini tapi ini harus diselesaikan kak, karena aku tak mau ini nantinya akan menjadi masalah buat aku maupun buat kakak bersama keluarga kakak"
"Kamu bicara apa sih sayang....jangan buat aku jadi penasaran dan takut" sahutku
"Kak... Arina mohon maaf karena aku tidak bisa melanjutkan hubungan kita ini karena banyak faktor yang tidak mendukung dan merestui hubungan kita ini kak, terlalu banyak dan tinggi perbedaan diantara kita sehingga aku sendiri tidak bisa untuk gapai kesana" dengan terisak Arina menjelaskan.
Pada saat aku mau berbicara tiba-tiba pelayan datang membawa pesanan kami.
Setelah pelayan itu pergi aku langsung memegang kedua tangan Arina sambil mengecup tangannya dan mulai berbicara
"Kenapa kamu harus mengambil keputusan itu sayang? apa karena ucapan mami sama papi tadi? tidak maukah kamu berjuang bersamaku untuk mendapatkan restu mereka?" ucapku dengan bergetar karena aku menahan untuk tidak menangis
"Bukan aku tak mau berjuang kak, tapi terlalu tinggi perbedaan diantara kita dan sangat jauh untuk bisa aku gapai, jika aku mau berjuang bersama kakak dan intinya itu sangat tidak mungkin dan mustahil tercapai, karena aku bukan seorang keturunan bangsawan seperti kakak dan aku bukan orang yang kaya...aku memilih berpisah kak demi harga diri aku dan keluarga aku" isak Arina kembali
"Makasih untuk semua hal baik yang kakak sudah berikan ke aku...kasih sayang kakak....cinta kakak....dan ketulusan kakak....Arina doakan kakak bisa mendapatkan wanita sesuai keinginan adat dan orang tua kakak" jelas Arina kembali dan menarik tangannya yang kupegang dan dia berdiri kemudian melangkah pergi meninggalkan aku di cafe ini sendirian.
"aku tidak bisa tanpamu Arina sayang" teriakku namun tidak menghentikan langkah Arina untuk meninggalkan cafe tersebut.
Inilah akhir kisahku bersama ARINA KHUMAIRA PUTRI wanita yang akan selalu aku cintai selamanya.....
terutama suamimu biar tahu diri