Sulfi sangat bahagia ketika liburan sekolah akan tiba dan ia memutuskan untuk pulang ke rumah neneknya
Saat pulang sekolah ada sebuah mobil yang menyerempet Sulfi sampai kakinya tidak bisa untuk berjalan
Pengendara mobil itu langsung membawa Sulfi ke rumah sakit dan ia akan bertanggung jawab semuanya
Sulfi yang merasa jengkel meminta pengendara itu untuk menemaninya ke rumah nenek yang ada di Kota M
Dan tanpa Sulfi ketahui kalau pengendara itu ternyata Om dari kekasih Sulfi yang bernama Hatta
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon my name si phoo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 30
Keesokan paginya dimana Marshall sudah menyiapkan sarapan untuk mereka berdua. Sulfi yang baru selalu mandi langsung turun ke ruang makan.
"Selamat pagi sayang" ucap Marshall sambil memeluk tubuh istrinya. Ia pun lekas mengajak istrinya untuk segera sarapan pagi.
Mulai hari ini Marshall mengajak istrinya untuk ikut ke perusahaannya karena ia tidak mau jika terjadi sesuatu lagi kepada istrinya.
"Mas, kalau aku ke kantor nanti bagaimana dengan belajarku?" tanya Sulfi.
Marshall mengatakan kalau sudah menyiapkannya ruangan untuk istrinya agar bisa belajar dengan tenang. Ia juga meminta Alan untuk menjemput guru pengajarnya.
Setelah selesai sarapan, mereka berdua lekas berangkat menuju ke perusahaan Marshall.
Tak butuh waktu lama untuk mereka sampai disana dan Marshall mengajak istrinya ke ruangan yang sudah ia sediakan untuk belajar nanti.
Sambil menunggu Alan yang masih belum datang, Marshall mengajak istrinya untuk masuk ke ruangan kerjanya.
"Mas, kerja dulu ya sayang" Marshall lekas duduk dan membuka laptopnya.
Sulfi mengambil bukunya dan mempelajarinya lagi karena sebentar lagi ujian Nasional.
Marshall melihat istrinya yang sedang fokus membaca buku pelajarannya dan ia tidak mau mengganggunya.
Tak berselang lama Alan datang dan mengajak Sulfi untuk masuk ke ruangan belajar.
Sulfi mencium tangan Sinta dan segera memulai belajarnya.
"Saya mengucapkan turut berdukacita atas meninggalnya nenek anda" ucap Sinta
"Iya Bu, terima kasih"
Kemudian Sinta meminta Sulfi untuk mengerjakan beberapa soal yang sudah ia siapkan.
Sulfi mengambil bolpoinnya dan ia pun mulai mengerjakan soal itu.Sinta melihat Sulfi yang begitu teliti saat mengerjakan tugas yang ia berikan.
Satu jam kemudian Sulfi telah menyelesaikan tugas yang diberikan oleh Sinta.
Sinta langsung memeriksanya dan ia tidak menyangka jika Sulfi bisa mengerjakannya dengan nilai yang baik.
"Setelah ini kamu mau kuliah dimana?" tanya Sinta.
"Masih belum tahu Bu, saya harus ijin suami saya dulu" jawab Sulfi
Setelah itu Sinta berpamitan kepada Sulfi dan ia meminta Sulfi untuk mengerjakan pekerjaan rumah yang ia berikan.
Sulfi kembali duduk dan langsung mengerjakannya dengan serius. Ia tidak mau mengerjakannya di rumah karena kalau sudah sampai di rumah ia ingin fokus pada suaminya.
Tok
Tok
To
Sulfi menoleh dan melihat suaminya yang datang dengan membawa beberapa bungkus makanan dan minuman.
"Ayo sayang, makan siang dulu. Sudah jam satu siang" ajak Marshall
Sulfi langsung membuka makanan yang sudah di beli oleh suaminya.
"Apakah ada soal yang tidak bisa kamu kerjakan?" tanya Marshall yang melihat wajah murung istrinya.
Sulfi meletakkan sendok nya dan ia ingin mengatakan sesuatu kepada suaminya.
"Mas, apakah nanti aku boleh kuliah?" tanya Sulfi dengan hati-hati agar suaminya tidak marah.
"Tentu saja boleh, bukankah kamu juga punya cita-cita yang harus kamu raih. Tetapi ada syaratnya kalau mau kuliah lagi" jawab Marshall.
"Syarat? Syarat apa Mas? Bukankah aku sudah melakukan kewajibanku sebagai istri" ujar Sulfi.
Marshall langsung tertawa terbahak-bahak mendengar perkataan istrinya.
"Sayang, kenapa kamu selalu menggemaskan seperti ini. Mas hanya ingin kita mengadakan resepsi pernikahan yang belum sempat kita adakan" Marshall ingin mengadakan resepsi setelah istrinya lulus sekolah.
Sulfi yang mendengarnya langsung menganggukkan kepalanya.
Mereka berdua melanjutkan makannya dan setelah itu Marshall kembali lagi keruangannya.
Sementara itu di tempat lain dimana Dhea sedang menunggu mobil jemputan yang belum datang dari tadi.
"Mau aku antar pulang?" tanya Yanuar yang menghentikan mobilnya di depan Dhea.
Yanuar meminta agar Dhea lekas masuk ke dalam mobil karena saat ini sekolah sudah sepi.
Dhea pun langsung masuk ke dalam mobil Yanuar dan ia meminta supir untuk tidak usah menjemputnya.
Sebelum mengantarkan Dhea pulang, Yanuar mengajaknya untuk ke cafe Venus.
Dhea menatap wajah Yanuar yang sedang menyetir dan ingin rasanya ia mengatakan kalau dirinya sangat mencintainya.
"Dhea, jangan menatapku seperti itu" ucap Yanuar.
Dhea langsung menundukkan kepalanya saat mendengar perkataan Yanuar.
Sesampainya di Cafe, Yanuar mengajak Dhea untuk segera turun dari mobil dan mereka langsung masuk kedalam.
"Kamu mau pesan apa?" tanya Yanuar.
Dhea membaca buku menu dan ia pun langsung memesan nasi goreng dan es teler. Begitupun juga Yanuar yang memesan menu yang sama.
Yanuar mengambil ponselnya dan mengirimkan pesan kepada Sulfi agar mau bergabung dengan mereka yang sekarang ada di cafe yang ada di samping perusahaan Marshall.
Sulfi yang sedang menyelesaikan tugasnya langsung mengambil ponselnya yang sedang berbunyi. Ia melihat Yanuar yang sedang mengirimkan pesan kepadanya untuk datang ke cafe.
Sulfi langsung membalas pesan dari Yanuar dan memintanya untuk menunggu sebentar.
Setelah memasukkan semua buku dan alat tulis lainnya. Sulfi lekas menuju keruangan suaminya untuk meminta ijin kalau akan ke cafe sebelah perusahaan. Disaat akan masuk, Sulfi mendengar suara suaminya yang sedang melakukan meeting dan ia pun mengurungkan niatnya untuk berpamitan dengan suaminya.
"Nanti saja aku pamit lewat chat" Ucap Sulfi yang langsung keluar menuju ke cafe.
Sesampainya di cafe, ia melihat Yanuar dan Dhea yang sudah ada disana.
"Aku kira kamu tidak datang ke sini" ucap Yanuar sambil tersenyum tipis.
Dhea tidak menyangka jika Yanuar akan mengajak Sulfi kesini.
"Maafkan aku yang datang terlambat, aku baru saja mengerjakannya tugas homeschooling" ujar Sulfi.
Dhea tersebut dan meminta sahabatnya untuk segera memesan makanan.
"Aku minum saja" Sulfi mengatakan kalau dirinya masih kenyang karena baru saja makan siang dengan Marshall
Sambil menunggu pesanan mereka datang, mereka bertiga mulai mengobrol dan bercanda sambil tertawa terbahak-bahak.
Sulfi sampai lupa tidak memberitahukan kepada suaminya kalau sekarang di sedang berada di sebuah cafe.
"Tinggal dua bulan lagi kita ujian dan semoga kita lulus dengan nilai yang baik" ucap Yanuar sambil menikmati makanannya.
Mereka mengobrol panjang sampai lupa kalau sekarang sudah pukul empat sore.
Sulfi melihat ponselnya yang berdering dan ia langsung berpamitan kepada Yanuar dan Dhea. Ia segera masuk kedalam lift.
Pintu lift terbuka dan ia melihat suaminya yang sedang berdiri di hadapannya.
"M-mas Marshall...." Sulfi sangat ketakutan saat melihat wajah suaminya yang sedang marah.
Marshall masuk kedalam lift dan segera ia menuju ke parkiran mobil.
"Mas, aku minta maaf. Aku tadi..."
"Diam dan jangan banyak bicara" Marshall melajukan mobilnya menuju ke rumah.
Disepanjang perjalanan mereka berdua tidak saling bicara.
Marshall merasa jengkel dengan istrinya yang entah tadi pergi kemana tanpa berpamitan kepadanya.
Sesampainya di rumah, Marshall menyuruh istrinya untuk segera masuk ke dalam rumah.
"M-mas, aku tadi...." Sulfi langsung menghentikan bicaranya saat melihat suaminya yang sedang mengunci pintu kamar mereka.
Marshall langsung menghampiri istrinya yang sedang berdiri mematung.
"Bukankah aku sudah pernah mengatakan kalau aku tidak suka jika kamu keluar dengan lelaki lain" ucap Marshall yang sebenarnya tahu kalau istrinya bertemu dengan Yanuar dan Dhea
"M-mas, disana juga ada Dhea dan aku cuma mengobrol saja dengan mereka" ujar Sulfi.
Marshall menghela nafas panjang saat istrinya tetap keras kepala.
"Jadi Mas juga boleh dong kalau ngobrol sama perempuan cantik?" tanya Marshall
"Nggak boleh, itu kan sudah beda konsep" jawab Sulfi.
Marshall mendekati istrinya dan membawanya ke kamar mandi.
"Mas harus menghukum mu saat ini" Marshall menghidupkan shower dan meninggalkan istrinya yang ada di dalam kamar mandi. Ia melarang istrinya untuk keluar dari kamar mandi sebelum meminta maaf kepadanya.
Sulfi akhirnya memanggil suaminya dan ia meminta maaf karena sudah tidak ijin.
Marshall yang mendengarnya langsung membuka pintu dan membopong tubuh istrinya yang sedang kedinginan.
"Maafkan aku ya, Mas tidak mau kamu dilaknat oleh malaikat karena pergi tidak ijin sama suami" ucla Marshall sambil menggosok tubuh istrinya dengan minyak kayu putih.
Sulfi menganggukkan kepalanya dan ia berjanji untuk tidak melakukannya lagi.
"Itu baru istriku dan sekarang ayo kita tidur" ajak Marshall.
"Nggak olah raga?" Sulfi langsung menutup mulutnya yang keceplosan mengajak suaminya untuk melakukan ritual olahraga.
"Dengan senang hati sayang" Marshall langsung mematikan lampu kamarnya dan segera ia mengajak istrinya untuk melakukan ritual olahraga bersama.