Mimpi yang terus terulang membwa Leora pergi ke dimensi berbeda serta merubah kehidupannya.
Dia yang hanya seorang pemilik toko kecil di pusat kota justru di sebut sebagai ELETTRA (Cahaya) di dimensi lain dan meminta bantuannya untuk melenyapkan kegelapan.
Secara kebetulan, begitulah menurutnya. dirinya pergi ke dimensi berbeda bersama Aron yang menjadi sahabatnya melalui mimpi, namun siapa sangka persahabatnnya bersama Aron justru membawa dirinya pada situasi yang tidak biasa.
Sihir yang semula hanya dia tahu melalui buku secara ajaib bisa dia lakukan.
Dan ketika cinta bersemi di hatinya serta tugas melenyapkan kegelapan telah selesai, apa yang akan dia lakukan?
Akankah dia kembali ke dimensi aslinya atau akan tetap bersama pria yang dia cintai?
Ikuti kisahnya.....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon FT.Zira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
8. LD 8.
# Di tempat berbeda...
Seluruh penghuni dari sebuah pemukiman serentak berkumpul setelah melihat cahaya hijau yang memancar ke atas seolah membelah langit beberapa saat yang lalu, tersenyum lega seolah mereka telah mendapatkan jawaban atas apa yang mereka tunggu sekian lama.
"Elettra,,,, Elettra akhirnya datang,,,,"
Hampir semua orang yang berkumpul di satu area terbuka di depan pemukiman mengucapkan satu kalimat yang sama, mengarahkan pandangan mereka ke atas seolah seseorang yang mereka tunggu akan tiba.
Beberapa saat kemudian, mereka melihat dua binatang terbang yang menuju ke arah mereka tanpa rasa takut, seakan-akan kemunculan meraka adalah hal yang di nantikan
Mereka menyambut kedatangan Leora dengan senyum hangat, kembali menggumamkan satu kalimat yang sama.
"Ramalan itu menjadi nyata,,, Elettra datang untuk kita,"
Xavier dan Fergus mendarat dengan mulus di hadapan semua orang, menunggu sampai dua wanita berbeda usia itu turun dari punggung mereka sebelum keduanya kembali ke wujud manusia mereka.
"Mereka tidak takut pada kalian berdua?" Leora bertaya setengah berbisik.
"Tidak, Nona," jawab Xavier.
"Sebagian besar dari mereka mengetahui siapa kami, karena seseorang yang pernah melindungi tempat ini berada di sini,"
"Pemilik pedang sebelum Anda," ungkap Xavier.
"Namun, hal ini akan berbeda jika kita berada di pemukiman lain yang berada jauh dari tempat ini," Xavier menambahkan.
Leora mengangguk tanda mengerti, sampai seorang kakek berambut serta berjanggut putih datang menghampiri Leora dengan senyum hangat di wajahnya. Pakaian serba putih dengan lapisan jubah berwarna coklat dan ikat pinggang sutera berwarna emas membuat kakek itu terlihat lebih gagah meski wajahnya telah menua, bahkan kharisma di wajahnya masih tetap terlihat jelas.
"Selamat datang di Asra." sambut Kakek itu menundukkan kepala.
Leora mengangguk sopan, namun gagal menyembunyikan wajah bingungnya melihat begitu banyak orang menyambut kedatangan mereka.
"Kembalilah ke rumah kalian masing-masing!" ujar sang Kakek.
Semua orang yang sebelumnya berniat ingin melihat Leora lebih dekat seketika mengurungkan niat mereka setelah mendengar perintah sang Kakek, memilih mundur dan membiarkan kakek itu membawa Leora beserta tiga orang yang bersamanya.
"Ikuti aku!" pinta kakek.
Leora menurut mengikuti langkah sang kakek dari belakang bersama gadis kecil yang menggenggam erat ujung pakaian Leora.
Tak butuh waktu lama bagi mereka untuk tiba di sebuah rumah kayu berukir dengan gaya panggung, meminta para tamunya untuk masuk dan duduk di kursi yang tersedia.
"Aku tahu kau memiliki begitu banyak pertanyaan dalam benakmu," ujar sang kakek.
"Sebelum itu, ijinkan aku memperkenalkan diri terlebih dulu,"
"Namaku Zohar. Zohar Akela," ungkapnya.
"Kau bisa memanggil langsung namaku, aku tidak akan keberatan dengan hal itu karena di sini mereka juga memanggilku begitu," ucap Zohar.
"Tidak mungkin, bagaimana mungkin saya langsung menggunakan nama anda?" sanggah Leora tidak nyaman.
"Kalau begitu, gunakan apa saja yang menurutmu nyaman, seperti kau memanggil mereka," tutur Zohar sembari menunjuk Fergus dan Xavier.
"Lakukan hal itu hanya ketika kau ingin melakukannya, aku tidak akan mendesakmu," Zohar menambahkan.
"Sekarang, apa yang ingin kamu tanyakan?" Zohar berkata lagi.
Leora terdiam sejenak, memikirkan kata yang harus ia susun untuk bertanya sebelum membuka suara,
"Tempat apa ini sebenarnya? Bagaimana saya bisa berada di sini?"
Zohar menghembuskan napas pelan dan menatap mata Leora, memahami apa yang di rasakan wanita di hadapannya.
"Tempat ini adalah Asra," ungkap Zohar memulai.
"Mungkin kamu menganggap ini hanya mimpi, akan tetapi ini tidak sepenuhnya mimpi,"
"Tempat ini tak berbeda dengan dari mana kamu berasal, hanya saja memiliki dimensi yang berbeda,"
"Sebagian manusia dari dimensimu bisa datang ke tempat ini melalui mimpi, kerena di sini memiliki energi sihir yang bisa menarik alam sadar manusia. Namun beberapa bisa memasuki tempat ini melalui portal,"
"Dari portal itulah salah satu dari kami pergi ke dunia manusia untuk meminta bantuan pada manusia terpilih, dan kaulah manusia terpilih yang di ramalkan bisa membantu kami," tutur Zohar.
"Manusia terpilih? Saya?" ulang Leora sembari menunjuk dirinya sendiri.
"Benar," sahut Zohar.
"Mengapa saya menjadi terpilih? Lalu bagaimana saya bisa berada disini dan cara saya untuk kembali?" tanya Leora.
"Kau bisa kembali kapan saja, karena tubuhmu masih berada di dunia asalmu," jawab Zohar.
"Bagaimana caranya?" tanya Leora tidak sabar.
"Melenyapkan Estrella," jawab Zohar.
Leora mengusap kasar wajahnya, menghembuskan napas kasar sebelum kembali berkata,
"Saya bahkan tidak pernah tahu siapa Estrella, dan mengapa saya terlibat? Mengapa saya harus melenyapkan seseorang yang bahkan tidak saya kenal? Apakah Anda ingin saya menjadi seorang pembunuh?" cecar Leora tidak suka.
Kakek itu tertunduk lesu, terdiam selama beberapa saat sebelum kembali mengangkat wajah seraya berkata,
"Kami minta maaf karena kami egois dengan menarikmu masuk ke dunia kami dan memintamu untuk membantu kami,"
"Akan tetapi, kami tidak memiliki pilihan lain ketika Estrella juga bisa menarik jiwa manusia yang datang ke tempat ini melalui mimpi mereka dan menahan jiwa mereka tetap berada di sini,"
"Jika hal itu terus di biarkan, maka tempat kami sekarang dan dimensimu saat ini akan saling bertabrakan, yang artinya adalah kehancuran dunia ini," Zohar menambahkan.
Kedua mata Leora membulat sempurna, menatap lekat sosok kakek yang berada di depannya namun tidak menemukan kebohongan dalam sorot mata sang Kakek.
"Siapa Estrella?" tanya Leora pada akhirnya.
"Pemimpin kegelapan, lebih mudah jika di katakan dia adalah ratu kegelapan,"
"Dia telah bekerjasama dengan saudara dari raja kami merebut tahta raja kami," jawab Zohar.
"Tunggu sebentar!" sela Leora sembari mengangkat satu tangan.
"Raja? Tahta? Apa maksudnya?"
"Apakah di tempat ini masih dalam peradaban kerajaan atau sejenisnya?"
"Ini gila!"
'Dan setelah ini akulah yang akan menjadi gila,' sambung Leora dalam hati.
[[ "Setidaknya jangan menyela ketika orang tua berbicara. Jika saja orang-orang kerajaan mendengar apa yang baru saja kamu ucapkan, kamu bisa saja di penggal karena menghina raja," Alsneta menimpali dalam benak Leora.
"Semua ini tidak masuk akal!" tukas Leora.
"Aku bisa mengerti mengapa kamu menolak semua ini, tapi ini adalah takdir yang harus kamu hadapi," jawab Alsneta.
"Jangan bercanda! Aku ingin kembali ke duniaku," sahut Leora. ]]
Leora menarik napas dalam-dalam, lalu menghembuskannya dengan kasar.
"Aku ganti pertanyaanku," ucap Leora lagi tanpa sadar merubah sikap formalnya.
"Apa yang akan terjadi pada mereka jika jiwa mereka terperangkap di tempat ini?"
"Jika jiwa mereka tidak segera di kembalikan, mereka akan tewas," jawab Zohar.
"Namun, hal itu berlaku jika jiwa mereka belum di korbankan," imbuhnya.
"Apa?" sergah Leora segera berdiri dari duduknya.
"Apakah yang sedang ingin Kakek katakan adalah, jika jiwa mereka telah di korbankan itu artinya mereka telah tewas?" tanya Leora.
Zohar tersenyum tipis, merasakan perasaan hangat ketika wanita di hadapannya memanggil dirinya dengan sebutan kakek serta menghilangkan sikap formalnya.
"Jika jiwa mereka telah di korbankan, itu artinya mereka lenyap, tidak akan ada yang bisa mengingat mereka pernah ada, baik di sini ataupun di dimensi orang itu berada," terang Zohar.
Leora terduduk lesu, tidak menyangka mimpi yang berulang kali ia alami justru menempatkan dirinya pada hidup dan mati semua orang.
"Apakah hal ini pernah terjadi sebelumnya?" tanya Leora lesu.
"Ratusan tahun lalu bencana ini pernah terjadi, dan Estrella berada di balik semua kekacauan yang ada," jawab Zohar.
" Bagaimana bencana itu bisa berhenti?" tanya Leor lagi.
" Aku berhasil menyegel Estrella dengan bantuan pedang giok dan anak panah yang membuat Estrella kehilangan kekuatannya," papar Zohar.
"Jika bencana kali ini sama seperti bencana waktu itu, bukankah Kakek juga bisa menghentikannya?" sambut Leora.
"Sayangnya, hal itu tidak berlaku padaku sekarang, karena pedang itu menolakku," jawab Zohar.
"Lalu apa hubungan semua ini denganku?" tanya Leora lagi.
"Kami mendapatkan sebuah ramalan bahwa ada satu manusia yang akan menjadi penyelamat kami," jawab Zohar.
"Ramalan Sabiya menyebutkan ada tanda yang menunjukkan bahwa dia yang akan menjadi penyelamat kami_,,,,"
'JLEGARRR,,,,,!!!'
Sebelum Zohar memiliki kesempatan untuk menyelesaikan penjelasannya , hembusan angin kuat di sertai suara petir yang menggelegar mengambil alih seluruh perhatian mereka. Cukup untuk membuat semua orang keluar untuk melihat apa yang sedang terjadi.
Untuk kesekian kalinya, Leora merasakan keanehan pada tubuhnya sendiri, ia mulai mengedarkan pandangannya mencari sesuatu yang bahkan dirinya sendiri tidak tahu apa itu.
Langit gelap malam itu menjadi lebih pekat, gulungan awan hitam bergerak mendekati pemukiman yang membuat semua orang di bawahnya panik dan berkumpul di belakang Zohar..
Zohar mengangkat satu tangannya, mengarahkan telapak tangan pada mereka yang telah berkumpul hingga Leora bisa melihat dinding trasparan menggurung semua orang untuk melindungi mereka.
"Apa yang sebenarnya terjadi?" tanya Leora menggenggam erat tangan gadis kecil yang mencengkram ujung pakaiannya dengan tangan gemetar.
"Dia datang," jawab Zohar.
"Dia siapa?" sambut Leora bingung.
"Erebus,,,"
. . . .
. . . .
To be continued...
produktif sekali thorrr/Drool//Drool/
why/Curse//Curse//Curse//Curse/
terasa horor /Joyful//Joyful//Facepalm/